Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Perjodohan Jeni

Bab 12 Perjodohan Jeni

Sinar matahari sudah menampakkan sinarnya. Burung burung berkicauan dan harum bunga menyeruak ke penciuman Jeni.

"Huammmm!" Jeni menarik badannya merenggangkan otot ototnya.

"Serasa sangat nyaman tidur di kamar sendiri." Gumam Jeni lirih.

Ia mulai teringat tentang Vano apa dia baik baik saja sekarang.

"Gimana keadaan Om itu?"

Ia segera beranjak berjalan menuju balkon kamarnya. Hari ini tepat hari minggu Jeni libur sekolah. Sudah 2 hari dia tidak masuk sekolah tanpa alasan. Dan sekarang keluarganya ada di rumah jika mereka tahu pasti akan marah.

Jeni merasakan sejuknya udara pagi dengan nyanyian merdu kicauan burung. Dan semerbak bau bunga dari taman samping kamarnya. Terlihat dedauna saling menggesek hingga ada uang terjatuh ke tanah terkena tiupan angin silir yang begitu sejuk menemani udara pagi hari ini.

"Hari ini ada pertemuan keluarga, sangat aneh gak biasanya ada pertemuan seperti ini." Batin Jeni berjalan masuk meraih handuk berjalan menuju kamar mandi.

Ia tidak mau telat ke ruang pertemuan. Karena dia tidak ingin selalu kalah dengan sepupunya yang seolah di puji orang tuanya membuat dia iri dan sangat kesal.

Tak butuh waktu lama Jeni keluar dari kamar mandi. Ia menatap jam dinding bulat di tembok putih samping kanan ia berdiri menunjukan pukul 08.00 . Dan pertemuan di mulai jam 09.00 . Ia segera memakai baju se feminim mungkin untuk menunjukan jika dia bisa tampil anggun dan lebih cantik dari sepupunya.

Tepat jam 08.25 Jeni keluar dari kamarnya dengan gaun biru yang sangat pas memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sexy. Dengan rambut di biarkan terurai panjang Benar benar membuat dia risih sebenarnya. Namun bagaimana lagi ia terpaksa harus tampil cantik.

Jeni berjalan anggun menuju ke ruangan yang begitu luas di rumahnya. Ruangan yang hanya unyuk minum teh bersama keluarganya.

"Anak mama cantik sekali." pungkas mamanya berjalan mendekatinya.

"Iya, kan jeni selalu cantik." Jawab Jeni dengan sangat percaya diri tersenyum manis menyapa mamanya.

"Iya, pasti anak mama paling cantik." mamanya merapikan rambut Jeni yang terurai panjang.

Mereka berjalan bersama menuju ruang pertemuan yang sudah ada beberapa keluarga dari ayahnya sudah menunggu.

"Selamat pagi" Sapa Jeni dengan senyum manis merekahnya.

--0o0--

Kini semua keluarga besar Jeni berkumpul di suatu ruangan. Di mana yang biasa hanya untuk berkumpul menikmati teh dengan pemandangan yang indah di balik jendela kaca yang terbentang di ruangan itu. Kini ruangan itu di buwat untuk berkumpulnya keluarga besar nya . Jeni hanya terdiam wajahnya nampak malas dengan semuanya.

Apalagi dia tidak pernah akur dengan kakak sepupunya alinda. Biasa di panggil linda dia gadis sok cantik , centil dan banyak bicara membuat jeni sangat muak. Apa lagi dia diam diam menghanyutkan. bagaimana tidak linda selalu merebut kekasih Jeni di sekolah.

Semua keluarga terdiam seketika saling memandang satu sama lain berharap ada yang mulai pembicaraan lebih dulu.

"Baiklah semuanya maaf sudah membuat kalian repot-repot untuk berkumpul di sini. Saya berharap kalian tidak keberatan dengan undangan tiba tiba ini." Ayah Jeni memulai pembicaan lebih dulu. Seolah ia tahu semua menanti ada yang mengawali sebuah sambutan.

"Sebenarnya ada apa semua di sini." Saut Jeni dengan nada semakin tinggi. Ia sontak berdiri menggebrak meja membuat semua keluarga menatapnya bingung. Karena Ia sangat tidak nyaman harus bersikap formal pada semuanya. Bagi dia itu hal yang membosankan harus pura pura baik dengan semua keluarganya.

"Jeni duduk!" pinta Ayah Jeni menatap tajam ke arahnya dengan memberi kode agar dia cepat duduk.

Jeni berdecak kesal dengan terpaksa ia duduk kembali di tempatnya.

"Benar-benar membosakan." gumam Jeni lirih melempar wajahnya ke arah berlawanan.

Semua tak perdulikan Jeni dan masih fokus dengan pembicaraan yang akan segera di mulai.

"Kali ini aku akan menjodohkan salah satu keluarga kita dengan seorang anak dari pengusaha kaya. Siapa yang mau menikah dengannya akan mewarisi semua harta pemberian dari Keluarga Jie." Ungkap Ayah Jeni membuat seisi ruangan itu pun melotot terkejut. Bagaimana tidak hal yang tak di sangka sebuah perjodohan yang tak terduga. Entah siapa lelaki yang akan di jodohkan. Bahkan kini Jeni dan Alinda yang harus bersaing. Hanya mereka satu satunya keluarga perempuan yang masih muda. Semuanya sudah menikah dan punya anak.

"Apa apaan semua ini, aku tidak mau di jodohkan. Lagian wajahnya saja tidak tahu!" pungkas Jeni berdiri seketika.

"Jeni duduk!" ucap Mama nya lirih menarik tangan Jeni agar segera duduk kembali.

"Orang yang ingin kita jodohkan seorang lelaki berusia 24 tahun dia sudah mapan dalam segi materi perusaannya sangat besar di manca negara. Tapi jika kalian sudah punya pasangan tak papa aku akan membatalkan perjodohan."

"Apa? Mana mungkin aku menikah dengan Om Om." pungkas Alinda dengan wajah seolah jijik menikahi orang yang jauh lebih tua darinya.

"Meskipun dia kaya aku tak mau menikah dengan Om Om. Kali ini aku setuju dengan Jeni aku menolaknya." Pungkas Alinda dengan nada semakin tinggi.

"Linda duduklah. Jangan memotong pembicaraan kita. Lebih baik kamu diam saja. Dan dengarkan dulu apa yang kita bicarakan." bentak ayahnya membuat linda berdecak kesal. Segera duduk kembali Mengerutkan bibirnya memalingkan wajahnya berlawanan arah.

"Aku juga tidak mau aku sudah punya pasangan." Ucap Jeni membuat semua keluarganya tercengang seketika. Jeni yang selalu pacaran diam diam kini dia mau mengungkap hubungannya. Ya meskipun aslinya Jeni belum punya pasangan sekarang.

"Siapa? Apa pekerjaannya?" introgasi ayahnya membuat Jeni risih.

"Kenapa semua memandang dari harta. Apa mereka tidak memikirkan perasaanku." Batin Jeni berdengus kesal di buatnya.

"Apa perlu aku bicara di sini, nanti ada yang mencuri." Ucap Jeni menarik bibirnya sedikit, menatap tajam ke arah Linda. Seolah pembicaraannya tertuju padanya.

Linda tahu apa yang di maksud Jeni. Ia berdengus kesal. Mengerucutkan bibirnya membalas tatapan Jeni.

"Ya, sudah jika kalian sudah pasangan secepatnya bawa menemuiku." Ucap Ayahnya mengakhiri pembicaraan.

Semua keluarga menyeduh teh hijau yang sudah di sediakan di depan meja mereka masing masing. Namun Linda dan Jeni masih saling menatap seolah mereka tak mau kalah bersaing. Kali ini entah siapa yang akan menang.

"Lihat aja Jeni, aku akan merebut pacarmu dengan mudah." Batin linda masih menatap tajam ke arah Jeni.

"Bodoh, di perlihara, aku bohongin, kamu mau aja." Batin Jeni tersenyum kemenangan dalam hatinya. Seolah dia tahu jika linda pasti merencanakan sesuatu untuk merebut pacarnya. Aslinya sih Jeni belum punya pasangan lagi semenjak putus dari teman sekelasnya yang diam diam di rebut sepupunya.

Semua keluarga nampak berbincang tentang perusahaan yang tak di mengerti oleh Jeni. Kini ia mulai jenuh berada di ruangan itu dengan pembicaraan yang tidak ia mengerti. Untuk melancarkan rencananya . Ia segera keluar dari ruangan itu tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dia berjalan pelan pelan menuju ke pintu dan membukanya perlahan, lalu menutupnya kembali. Ia segera memakai jaket bomber hitam lalu melanjutkan dengan memakai helm full face nya.

Jeni berjalan menuju motor Ninja hitamnya . Mulai menyalakan montornya perlahan ia menarik gas montornya sambil menatap ke sepion yang memperlihatkanLinda berdiri di depan pintu rumahnya.

"Lebih baik aku menemui Vano, pasti dia mau menbantuku" Ucap Jeni semakin menarik kencang gasnya . Mengemudi di atas rata rata melintasi jalan raya. Semua orang yang melintas melihatnya sangat kagum. Ia masih mengenakan gaun saat menaiki montor itu sendiri..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel