Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. Melakukan Hal Buruk

"Theo Willermus? Seorang gigolo? Oh benar, memang nama itu ada sedikit mirip dengan pria-pria penghibur," ucap Mya sembari tertawa-tawa dengan tidak sadar akibat mabuk, tangannya yang kurus merangkul leher pria itu, menyubit telinganya.

"Shit!" Theo merasa kesal. Seumur-umur baru pertama kalinya telinganya dicubit oleh wanita, terlebih lagi dia terangsang oleh aksi sederhana ini, membuatnya merasa malu di antara kemarahannya.

"Jangan salahkan aku. Ini semua akibat ulahmu sendiri." Theo berkata dengan suara rendah, menunduk dan mencium Mya dengan intens.

Karena merasa tidak nyaman dengan ciuman Theo itu maka Mya berusaha menghindarinya, tapi tidak peduli bagaimana dia menghindari, tetap tidak bisa terlepas dari pria itu.

Mya yang setengah sadar hanya merasa dia sedang bermimpi ....

Malam masih panjang, Theo yang sangat berpengalaman, membuat Mya kecapekan luar biasa.

Setelah selesai bergumul dan terpisah dari tubuh Mya, waktu sudah lewat jam 2. Dengan menggunakan sinar bulan sebagai penerang di kamar, Theo melihat bercak darah di atas seprei dan mengangkat alisnya.

'Wanita ini masih termasuk bersih!' pikir Theo. Seutas senyum mempesona terbit di bibirnya.

***

Keesokan paginya, Theo bangkit berdiri. Sebelum pergi, dia menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Mya. Kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, hari ini masih ada satu video meeting yang harus dia hadiri.

Silau sinar matahari menembus jendela, menyentuh wajah Mya yang terlelap di ranjang besar dan empuk. Perlahan Mya menggeliat. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali dan menguap.

Saat Mya sudah membuka matanya, dia merasa seluruh tubuhnya sangat sakit seperti dilindas mobil.

'Ini adalah hasil dari mabuk-mabukan!' Mya memijit pelipisnya setelah mengingat samar kejadian kemarin. Dia pun merintih, "Ssh, tubuhku sakit sekali. Inti tubuh bawahku juga kenapa terasa sakit dan perih?"

Mya mengulurkan tangannya untuk mencari pakaian, lengannya yang terasa sakit membuatnya mengerutkan alisnya. Ketika dia merasa telapak tangannya basah, dia menarik dan melihat tangannya. Saat dia melihat noda darah samar di ujung jarinya, matanya langsung terbelalak.

Saat ini juga, terdengar suara aliran air dari kamar mandi, wajah Mya menegang beberapa saat, lalu dia bangun dari tempat tidur dengan panik, pandangannya tertuju pada seprei tempat tidur yang ternoda oleh bercak darahnya, kemudian melihat dirinya sendiri, tubuhnya penuh dengan jejak kemerahan bekas ciuman, dia terbengong seketika.

Berpaling melihat ke kamar mandi, di pintu kaca terlihat bentuk tubuh seorang pria yang dikelilingi uap, membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas.

'Kemarin ... aku sepertinya memanggil seorang gigolo?'

Mya meremas kuat rambutnya, merutuki kebodohannya.

'Ya Tuhan! Jangan-jangan pertama kalinya yang berharga hilang begitu saja!'

Mya merasa kulit kepalanya kebas, dirinya yang menerima ajaran keluarga yang tradisional dari kecil kenapa bisa melakukan hal seperti ini!

Terlebih lagi, gigolo kemarin sepertinya sangat bagus, pasti sangat mahal, akhir-akhir ini keuangannya tidak bagus, takutnya dia tidak sanggup membayarnya.

Dia semakin berpikir semakin stres, bagian bawahnya juga semakin sakit.

'Berani berkata dirinya gigolo! Keahliannya tidak bagus!'

'Kalau begitu bukannya boleh menurunkan harga?'

Mya mengacak-acak rambutnya karena stres. Dia mencari di seluruh kantong di dalam tasnya, dengan susah payah mengumpulkan beberapa ratus ribu, meletakkannya di atas meja dan bermaksud pergi.

"Aku harus pergi sekarang!"

Namun, kala hendak pergi, dia melihat kertas dan pulpen di samping, dengan cepat dia menulis sebuah kalimat, lalu memungut pakaiannya yang terletak di lantai. Sambil menahan kesakitan yang amat sangat, dia memakai pakaiannya, kemudian diam-diam keluar dari kamar.

***

Lima belas menit kemudian, Theo berjalan keluar dari kamar mandi. Di kulit tubuhnya yang berwarna gandum masih ada beberapa butir air, dia mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Saat pandangannya melihat kasur yang berantakan dan uang yang ada di atas meja, dia menaikkan alisnya.

Dia hanya mandi sebentar, tapi wanita itu sudah hilang? Dan untuk apa meninggalkan uang?

Beberapa detik kemudian, sebuah pemikiran melintas di kepalanya dan mukanya berubah gelap.

Theo berjalan ke depan meja, dia melihat secarik kertas yang terletak di atas meja.

"Keahlianmu tidak cukup! Masih perlu latihan!"

Saat ini juga, tulisan cantik di atas kertas itu diperbesar di matanya berkali-kali!

'Wanita bodoh itu sekarang sedang menganggapnya sebagai seorang gigolo?'

Theo meremas kertas itu dan duduk di sofa, ibu jarinya menyapu bibirnya, wajahnya seperti tersenyum, matanya penuh dengan sorot kedinginan.

'Keahliannya tidak cukup?'

'Kalau begitu siapa kemarin yang terus meronta nikmat di bawah tubuhnya dan terus meminta lagi?'

'Wanita arogan ini, tunggu saja ... lain kali aku pasti akan menunjukkan kepadamu, bagaimana keahlianku sebenarnya, cukup atau tidak cukup! Aku akan membuatmu menyerah di bawah tubuhku!'

***

Sementara itu, sekarang Mya sudah pulang ke rumah. Ayahnya baru ditangkap beberapa hari yang lalu, tapi dia sudah merasa rumah ini sangat kosong, tidak ada tanda orang-orang.

Setelah mengganti sepatunya ke sandal dan melepaskan jaketnya, Mya awalnya bermaksud langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi, tetapi langkahnya terhenti, dia menyadari kalau vas bunga langka yang terletak di koridor dan lukisan terkenal di dinding, semuanya ... hilang!

Hatinya tiba-tiba merasa tidak enak, dia langsung berlari ke lantai atas.

Semua pintu kamar di lantai atas sudah terbuka, dia berlari lurus ke arah kamar ibu tirinya, baju di lemari dan perhiasan di meja rias semua sudah tidak ada. Semua kamar kosong, bahkan satu perabot pun tidak ada.

'Sepertinya ibu tiri sialan telah lari dengan mengambil semua barang berharga di rumah ini!'

'Wanita ini, benar-benar keterlaluan, apakah dia sudah lupa bagaimana ayah memperlakukannya sebelum dia masuk penjara?'

"Wanita kejam!" Mya menunduk dan mengumpat.

Prang!

Tiba-tiba terdengar suara dari lantai bawah, seperti suara kaca dihancurkan.

Mya segera kembali ke lantai bawah, dia melihat 4-5 pria berdiri di ruang tamu, salah satu sedang berdiri di depan lemari pameran, di bawah kakinya penuh dengan pecahan kaca. Suara tadi adalah suara pria tersebut memecahkan kaca lemari dan saat ini pria itu sedang mengambil kalung di dalamnya.

"Ini adalah rumahku, apa yang sedang kalian lakukan?!" Wajah Mya memucat. Dia berteriak dan berlari untuk merebut kembali kalung itu, "Kembalikan!"

Pria itu menghindarinya. "Kembalikan? Aku beritahu kamu, semua yang ada di sini sekarang adalah milik bos kami! Termasuk rumah ini! Jadi sebelum kami bermain kasar, kamu cepat keluar!"

"Cepat kembalikan!" Mya tidak memperdulikan peringatan pria itu.

Kalung yang diperebutkannya adalah kalung yang tidak berharga, kalau tidak pasti sudah dibawa pergi oleh ibu tirinya. Namun, tidak bagi Mya. Kalung tersebut adalah peninggalan ibunya, juga merupakan satu-satunya kenangan yang ditinggalkan ibunya untuknya. Oleh karena itu dia tidak akan mengizinkan siapapun mengambilnya darinya, siapa pun tidak boleh!

"Kalau kamu tidak mengembalikannya, aku akan lapor polisi!" Mya yang saat ini sedikit kehilangan akal sehat mengancam dan mencakar muka lelaki itu.

Tapi sayangnya, dia benar-benar terlalu lemah. Belum sempat dia mencakar pria itu, pria itu terlebih dulu dengan kejam menarik rambutnya dan mencemooh, "Dasar wanita jalang! Ayahmu berhutang banyak ke kami! Tapi ... melihatmu lumayan cantik, bagaimana kalau kami mengambilmu untuk membayar hutang?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel