Bab 8
Pagi ini, Sasuke nampak tengah duduk sambil mendengarkan laporan dari pengawal setianya Kakashi. Manik hitam kelamnya menatap tajam sosok Kakashi yang tengah bersuara.
"Yang Mulia, Putri Haruno sudah mengatakan bahwa musibah keracunan ini disebabkan oleh ulat mutiara hitam yang tumbuh di daerah gurun seperti Suna. Kita harus segera mengambil tindakan Yang Mulia,” ucap Kakashi sementara Sasuke nampak memejamkan matanya sejenak.
"Sesungguhnya semua ini tidak sesederhana apa yang Kau katakan Kakashi,” jawab Sasuke membuat Kakashi nampak kebingungan.
"Apa maksud Yang Mulia? Mohon maafkan ketidakmengertian saya,” ucap Kakashi sedikit membungkukan tubuhnya.
"Bisa saja memang Suna yang mengirimkan itu tetapi bisa juga orang di dalam istana yang sengaja membawanya kemari,” ucap Sasuke yang nampak tenang dengan ekspresi datar.
"Apa yang Yang Mulia maksud adalah seseorang tengah membuat rencana agar kita menyerang Suna?,” tanya Kakashi dengan wajah seriusnya.
"Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan gegabah,” ucap Sasuke sedikit memberi peringatan.
"Tetapi Yang Mulia, Suna adalah negeri asal Permaisuri Uchiha,” ucap Kakashi mengingatkan Sasuke bahwa Mikoto berasal dari Suna.
"Kau benar, meskipun Ayahku tidak mencintai Permaisuri Uchiha akan tetapi beliau masih menghormatinya sebagai permaisuri sehingga keputusan untuk menyerang harus dipikirkan berulang kali,” ucap Sasuke membenarkan membuat Kakashi mengangguk pelan.
"Anda benar Yang Mulia, kita tidak boleh gegabah dan malah membahayakan posisi kita,” ucap Kakashi menyetujui ucapan Sasuke.
"Jikalau benar Suna yang melakukan hal ini maka sepertinya kita benar-benar harus bertindak,” ucap Sasuke membuat Kakashi mengangguk.
"Segera beri saya perintah Yang Mulia,” ucap Kakashi kembali membungkukan badanya sedikit.
"Untuk saat ini kita harus waspada serta mengawasi Permaisuri Uchiha,” ucap Sasuke dengan suara datarnya.
"Baik Yang Mulia, saya akan melakukan sesuai perintah Yang Mulia,” ucap Kakashi membungkuk patuh.
"Dan kirimkan beberapa orang untuk mengawasi perbatasan Konoha dan Suna,” perintah Sasuke membuat Kakashi kembali membungkuk patuh.
"Ngomong-ngomong, Kaisar memanggil Anda, sepertinya ia sudah tahu tentang kasus ini Yang Mulia,” ucap Kakashi membuat Sasuke mengangguk pelan.
"Baik, ayo pergi,” ajak Sasuke yang segera beranjak dari duduknya. Sasuke pun berjalan keluar dari kediamannya menuju ke kediaman Fugaku namun di tengah jalan ia berpapasan dengan Sakura, Tenten dan Utakata.
"Salam Yang Mulia,” ucap ketiganya secara bersamaan seraya memberikan salam penghormatannya.
"Bangkitlah,” titah Sasuke datar dengan mata yang tak lepas dari Utakata.
"Putri apa yang sedang Anda lakukan di sini?,” tanya Kakashi mewakili pertanyaan Sasuke.
"Ah aku di sini ingin bertemu Permaisuri Uchiha untuk minum teh sebagai ganti ketidakhadiranku kemarin,” jelas Sakura dengan senyum hangatnya.
"Ah jadi begitu lalu siapakah pria yang bersama Putri ini?,” tanya Kakashi sambil melirik ke arah Utakata membuat pria itu sedikit gelagapan.
"Salam Tuan, Saya Pengawal baru Putri Haruno,” ucap Utakata membungkukkan tubuhnya seraya memperkenalkan diri.
"Hn, aku harus pergi menemui Kaisar. Buatlah dirimu nyaman putri,” ucap Sasuke datar namun tersirat nada perhatian di suaranya.
"Tentu, terima kasih Yang Mulia,” ucap Sakura masih dengan senyum hangatnya. Sasuke hanya mengangguk pelan lalu kembali melanjutkan langkah kakinya diikuti oleh Kakashi di belakangnya sementara Sakura juga melanjutkan langkah kakinya hingga ia tiba di taman istana yang mana di sana ada Mikoto bersama para pelayan lainnya.
"Saya memberi hormat sebelum Permaisuri,” ucap Sakura seraya memberi salam penghormatannya diikuti oleh Tenten dan Utakata.
"Sudah, tidak usah terlalu formal. Ayo duduk,” ucap Mikoto sambil menyentuh tangan Sakura. Sakura tersenyum kikuk lalu mendudukan dirinya di sebuah kursi yang berhadapan dengan Mikoto.
"Aku merasa sangat senang karena akhirnya bisa bertemu dengan Putri Haruno, ternyata rumor yang beredar tentang kecantikanmu benar adanya,” ucap Mikoto dengan senyum hangatnya namun Sakura jelas tahu, senyum itu hanyalah sebuah tipuan. Menjadi seorang agen FBI, membuat Sakura bisa dengan muda melihat ketulusan seseorang karena hal tersebut adalah salah satu dasar terpenting yang harus ia kuasai.
"Sesungguhnya Permaisuri terlalu melebih-lebihkan, saya merasa tak enak,” ucap Sakura dengan senyum setangah hatinya.
"Jangan merendahkan dirimu Putri, mau bagaimana pun engKau adalah calon permaisuri selanjutnya,” ucap Mikoto masih dengan senyum yang sama.
"Permaisuri kembali menyanjungku,” ucap Sakura dengan dengusan namun masih mempertahankan senyumnya.
"Mari bersulang untukmu,” ucap Mikoto menangkat cangkir tehnya membuat Sakura ikutan mengangkat cangkir tehnya hingga keduanya meneguk teh itu secara bersamaan.
"Putri apakah Kau sudah menetapkan siapa yang akan Kau pilih sebagai suamimu kelak?,” tanya Mikoto penuh harap.
"Sejujurnya saya tidak ingin terlalu terburu-buru,” ucap Sakura membuat Mikoto tersenyum maklum.
"Jikalau aku berada di posisimu, jelas aku juga akan merasakan kebingungan sepertimu akan tetapi Putri sebuah hubungan haruslah saling melengkapi seperti lembut dan keras,” ucap Mikoto mengingatkan membuat Sakura mengangguk pelan.
"Sepertinya saya harus segera pulang Permaisuri, terima kasih atas jamuan teh Anda,” ucap Sakura berdiri seraya membungkukkan badannya sedikit.
"Sayang sekali, padahal masih banyak yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap Mikoto dengan raut sedih yang dibuat-buat.
"Mohon maafkan saya Permaisuri Uchiha,” ucap Sakura membuat Mikoto tersenyum kecil.
"Jikalau memag Putri memaksa, aku tak bisa melarang. Semoga perjalananmu menyenangkan Putri,” ucap Mikoto membuat Sakura menangguk pelan.
"Permisi Permaisuri,” ucap Sakura undur diri diikuti Tenten dan Utakata yang setia disampingnya.
Dalam perjalanan menuju pintu utama istana, Tenten pun menyerukan suara ketidak sukaannya. "Bukankah ia jelas-jelas menyinggung jikalau Anda harus memilih pangeran Itachi Nona,” ucap Tenten dengan nada kekesalannya.
"Mengapa Kau berpikiran begitu Tenten?,” tanya Sakura dengan cukup tenang.
"Ketika ia mengatakan lembut dan keras, secara tidak langsung ia mengatakan Pangeran Itachi dan Nona,” jelas Tenten membuat Sakura menghembuskan nafasnya.
"Aku tidak menyangka hidup di zaman kuno seperti ini sangat merepotkan,” keluh Sakura dengan suara pelannya.
"Tetapi Nona, aku pun merasa penasaran tentan siapa yang akan Nona pilih,” celetuk Tenten membuat Sakura meliriknya sejenak.
"Sejujurnya aku tidak ingin menikah di sini tetapi nampaknya aku tak punya pilihan lain, kita lihat saja ke depannya,” ucap Sakura membuat Tenten mengangguk pelan. Segala sesuatu yang terjadi memang terlalu membingungkan bagi Sakura, ia ingin pulang tetapi ia masih belum tahu bagaimana caranya pulang. Ia selalu berharap bahwa apa yang ia alami di tempat aneh itu hanyalah sebuah mimpi namun semua yang terjadi terkesan begitu nyata.
"Ngomong-ngomong mengapa pengawal Yang Mulia memakai masker?,” tanya Sakura ketika teringat akan Kakashi yang memakai masker.
"Maaf Nona, saya pun kurang tahu pasti apa alasannya. Kalau boleh tahu, mengapa Nona bertanya?,” tanya balik Tenten yang nampak penasaran.
"Tidak, hanya saja aku merasa sangat familiar dengannya. Sudahlah, lupakan,” ucap Sakura membuat Tenten mengangguk pelan.