Bab 9
Para selir Itachi nampak tengah mengadakan jamuan teh bersama, di sana terdapat Yamanaka Ino, Haruno Shion yakni kakak Sakura dan yang terakhir adalah Uzumaki Karin, Kakak Naruto. Mereka memang biasanya berkumpul untuk minum teh, sekedar rutinitas wajib mereka meskipun mereka sebenarnya tak terlalu menyukai kegiatan itu.
"Hari ini Selir Uzumaki tampil sangat menawan,” ucap Ino dengan senyum palsunya sementara Karin nampak tersenyum kecil.
"Apa kalian sudah mendengar bahwa pemilihan putra mahkota sudah dekat?” tanya Shion dengan gaya angunnya.
"Kau benar Selir Haruno tetapi nampaknya Kau kalah dengan adikmu,” ucap Ino dengan senyum sinisnya membuat Shion menatapnya.
"Mulutmu sangatlah tajam Selir Yamanaka,” ucap Shion tak kalah sinisnya sementara Karin hanya terdiam, tak ingin terlibat aksi perang sinis kedua selir itu.
"Adikmu itu seorang jalang, sesuai dengan ajaran kakaknya,” ucap Ino tajam tanpa sopan santunnya.
"Selir Yamanaka harap redakan amarahmu,” ucap Karin memperingati Ino yang segera memutar bola matanya.
"Bagaimana aku tidak marah? Kita sudah menjadi Selir Pangeran Itachi tetapi yang akan menjadi permaisuri adalah orang lain,” ucap Ino dengan nada kekesalannya.
"Cukup Selir Yamanaka, aku pun tidak menyukai adik sialanku itu,” ucap Shion yang ikut tersulut emosi. Mendengar pernyataan ketidaksukaan Shion, Ino pun menyeringai ketika sebuah ide jahat menyelinap di otaknya yang terbilang licik.
"Ah jadi Kau juga membenci Putri Haruno itu?” ucap Ino dengan nada yang terdengar santai.
"Maaf Selir Yamanaka, Selir Haruno. Aku harus pergi ke dapur untuk menyelesaikan racikan obatku,” ucap Karin beralasan karena sesungguhnya ia tidak tengah meracik obat apa-apa. Karin tahu Ino tengah membuat sebuah rencana licik dan ia tak ingin terlibat di dalamnya maka dari itu ia memilih untuk segera pergi.
"Kau boleh pergi,” ucap Ino pelan membuat Karin akhirnya undur diri.
"Aku benar-benar tidak menyukai Sakura, dia merebut segalanya dariku bahkan Ayah dan Ibu sangat menyayanginya,” ucap Shion dengan kilatan iri di matanya.
"Benarkah? Dia benar-benar sudah keterlaluan, tidakkah dia merasa malu? Setelah ia merebut ayah dan ibumu, ia ingin merebut Itachi?” ucap Ino dengan nada yang dibuat-buat perihatin.
"Hm, dia benar-benar tidak tahu malu! Seharusnya dia mati saja pada hari itu!,” ucap Shion membuat Ino menatapnya penuh selidik.
"Hari itu? Apa yang Kau maksud Selir Haruno?” tanya Ino memancing Shion bercerita lebih jauh.
"Hari itu semua orang berpikir bahwa Sakura bunuh diri padahal kenyataannya aku yang membunuhnya namun sialnya aku gagal, lalu aku kembali mencoba tepat di hari dimana ia ditetapkan sebagai calon permaisuri konoha selanjutnya namun lagi-lagi aku gagal! Entah apa yang ada didirinya sehingga segala hal yang aku lakukan untuk menyakitinya gagal,” ucap Shion geram sementara Ino nampak menunjukan seringainya lagi.
"Kau harus berusaha lebih keras Selir,” ucap Ino membuat Shion tersenyum kejam.
"Dan aku sudah menyusun rencana untuk menyakitinya,” ucap Shion dengan seringainya hingga Ino juga ikutan menyeringai.
'Bagus, ternyata aku tidak perlu mengotori tanganku untuk menyingkirkan wanita jalang itu,’ batin Ino senang.
###
"Nona Anda sudah sendari tadi berada di sini dan hanya melihat halaman,” ucap Utakata memperingati Sakura yang nampak menatap lurus.
"Hmm...,” sahut Sakura acuh tanpa minat karena sejujurnya ia tengah berpikir keras. Gadis berhelaian merah muda itu tengah memikirkan bagaimana caranya ia bisa sampai di tempat itu karena ia benar-benar lupa apa yang terjadi pada hari itu.
"Nona,” panggil Utakata membuat Sakura meliriknya sejenak.
"Sejujurnya ada sesuatu yang tidak saya mengerti hingga saat ini,” ucap Utakata membuat Sakura meliriknya lagi.
"Tentang apa?” tanya Sakura acuh tak acuh sementara Utakata mengatup bibirnya sejenak.
"Tentang mengapa Nona memilih saya, maksud saya, saya telah kalah melawan Nona lantas mengapa Nona masih memilih saya bukankah itu berarti saya tidak bisa melindungi Nona bahkan mungkin akan menyulitkan Nona?” tanya Utakata membuat Sakura mendengus.
"Aku melihat bakatmu, jika Kau diasah dengan baik mungkin Kau bisa lebih hebat dari saat ini,” ucap Sakura membuat Utakata tersentak kaget.
"Jadi maksud Nona? Nona ingin mengajari saya?” tanya Utakata hingga Sakura mengangguk pelan.
"Terima kasih atas kemurahan hati Nona,” ucap Utakata sedikit membungkukan tubuhnya sementara Sakura mengangguk pelan.
'Aku melihat Kau punya maksud yang berbeda maka dari itu aku memilihmu, aku ingin tahu seberapa jauh tindakanmu dan siapa yang mengirimmu untuk menyakitiku,’ batin Sakura cukup tenang. Sakura pikir ketika ia berada disini maka ia akan jauh lebih santai namun nyatanya lebih berat, tak ada waktu lagi baginya untuk bersantai-santai karena nampaknya ia akan terlibat lebih jauh pada masalah negeri ini. Takdir benar-benar membuatnya bingung maka dari itu, ia belum bisa bertindak gegabah. Untuk saat ini, lebih baik ia mengikuti alur yang berjalan bersamaan dengan mencari tahu bagaimana cara ia kembali ke dunianya.
"Salam Nona, Pangeran Itachi ada di sini dan ingin bertemu dengan Nona,” ucap Tenten melapor membuat Sakura menatapnya.
"Pangeran Itachi?,” tanya Sakura sedikit kebinguangan sementara Tenten nampak mengangguk pelan.
"Pangeran yang datang mengunjungi Nona bersama Pangeran Sasuke dan Pangeran Sai,” ucap Tenten mengingatkan Sakura membuat Sakura ber'oh' ria.
"Pria berwajah lembut itu?” celetuk Sakura membuat Tenten menangguk pelan.
"Anda benar sekali Nona, Pangeran Itachi memang memiliki wajah yang sangat lembut serta cantik,” ucap Tenten membenarkan ucapan Sakura.
"Untuk apa ia menemuiku?” tanya Sakura sedikit bingung karena rasanya ia tak punya urusan pribadi dengan putra sulung kaisar itu.
"Saya kurang tahu Nona, sebaiknya Nona bertanya langsung,” jawab Tenten membuat Sakura mengangguk mantap.
"Baiklah, ayo pergi,” ajak Sakura yang langsung melangkahkan kakinya yang segera diikuti oleh Tenten dan Utakata. Tak butuh waktu lama, akhirnya Sakura sampai di ruang belajar yang mana di sana sudah terdapat Itachi yang tengah duduk meminum teh.
"Salam Yang Mulia,” ucap Ketiganya secara bersamaan membuat Itachi segera menatap ketiganya. Kembali manik onyx hitam kelam Itachi dibuat terhipnotis dengan mata serta wajah indah milik Sakura yang malah mengerutkan keningnya.
"Maaf membuat Yang Mulia menunggu lama,” ucap Sakura sementara Itachi segera berdiri dan berjalan mendekati Sakura. Tepat dihadapan Sakura, Itachi menghentikan langkahnya sementara Tenten dan Utakata memundurkan langkahnya serta menepi tanpa diperintahkan.
"Aku kemari datang untuk memberimu sebuah hadiah,” ucap Itachi membuat Sakura kembali mengerutkan keningnya.
"Hadiah? Untuk apa? Aku tidak sedang ulang tahun,” ucap Sakura membuat Itachi mendengus geli. Sebuah ketukan dengan dua jari pun mendarat di kening Sakura membuat gadis itu tersentak kaget.
"Aku memberimu hadiah karena aku ingin,” ucap Itachi dengan senyum menawannya sementara Sakura mengelus keningnya yang terasa sakit akibat ketukan yang diberikan oleh Itachi.