Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Hari kian larut namun Sakura masih asik menatap langit malam bersama Sasuke. Sasuke menatap wajah Sakura tanpa ekspresi di atas jembatan. Dilihatnya wajah damai Sakura yang begitu cantik dan menawan.

"Terima kasih sudah meracik obat untuk para warga," ucap Sasuke membuat Sakura menoleh ke arahnya.

"Sama-sama, tapi masih ada sesuatu yang menganjal, dari mana ulat itu berasal?" tanya Sakura penuh tanya. Mendengar pertanyaan itu pun Sasuke terdiam, memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi.

"Suna adalah negeri gurun pasir namun letaknya sangatlah jauh dari sini," ucap Sasuke ketika teringat dengan negara Suna. Satu alis Sakura terangkat pun terangkat setelah mendengar hal itu.

"Apa mungkin ada seseorang yang membawa ulat mutiara hitam itu kemari?" tanya Sakura yang nampak berpikir.

"Mungkin ada seseorang yang dengan sengaja meracuni para warga," ucap Sasuke membenarkan ucapan Sakura.

"Apa tujuannya?" tanya Sakura membuat Sasuke menghela nafas.

"Yang jelas bukanlah hal yang bagus, aku akan menyelidiki kasus ini lebih lanjut dengan orangku," ucap Sasuke membuat Sakura mengangguk pelan.

"Jika Yang Mulia butuh bantuan, aku siap membantu," ucap Sakura dengan senyum tulusnya.

"Sejauh ini Kau sudah sangat membantu dan aku sangat berterima kasih," ucap Sasuke dengan senyum tipisnya.

"Sudahlah, santai saja," ucap Sakura membuat Sasuke mengangguk pelan.

"Ini sudah larut, mari kuantar pulang ke kediamanmu," ajak Sasuke namun Sakura malah menggeleng pelan.

"Aku tahu Yang Mulia sangat lelah, sebaiknya Yang Mulia beristirahat, aku bisa pulang sendiri," ucap Sakura mulai melangkahkan kakinya menjauh. Baru beberapa langkah berjalan namun kakinya sudah tersandung hingga ia sedikit berputar dan jatuh ke dalam pelukan Sasuke yang segera menangkap tubuhnya. Jantungnya berdebar, wajah Sasuke yang begitu dekat dengannya membuat wajahnya memanas bahkan ia menahan nafasnya, berusaha agar tak menjerit kencang.

"Kau baik-baik saja?" Suara bariton Sasuke mengalun indah diteligannya. Bibir Sasuke yang bergerak membuat Sakura tak bisa fokus karena nyatanya bibir itu benar-benar begitu menggoda.

"Putri Haruno." Panggilan itu terdengar begitu indah ketika Sakura melihat pancaran kelembutan di manik onyx hitam milik Sasuke. Cahaya rembulan di atas kepala Sasuke membuat pria itu kian menawan dan itu tak bisa membuat Sakura untuk berhenti terpesona. Waktu seolah berhenti, jantungnya kian berdetak kencang seiring dengan suara detak jantung Sasuke yang sama cepatnya. Suara jangkrik menemani keheningan malam mereka yang nampak masih nyaman dengan posisi mereka, menikmati keindahan di depan mata mereka hingga Sakura tersadar lalu buru-buru berdiri.

"M-maaf," ucap Sakura gugup dan malu, buru-buru ia pergi sambil menutup wajahnya dengan tangannya.

Sasuke masih berdiri di atas jembatan itu menatap sosok Sakura yang kian menjauh dengan hati yang masih berdebar. Mungkinkah ia memiliki perasaan romantis kepada gadis yang bahkan belum lama ini ia kenal? Gadis unik yang sukses mengelitik Sasuke dengan tingkah anehnya, gadis yang tangguh, cerdas serta punya pesona tersendiri. Gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, seolah ada sesuatu didiri gadis itu yang menyedot Sasuke untuk terus menatapnya dan hanya menatapnya. Wajah yang begitu menawan dan senyuman tulus yang indah terus terbayang dibenak Sasuke seolah itu adalah hal berharga yang tak bisa ia hilangkan. Sasuke menggelengkan kepalanya mengenyahkan semua pikiran yang menurutnya terlalu konyol lalu melangkahkan kakinya pergi dari jembatan itu, jembatan yang sudah menjadi saksi kedua kali pertemuan mereka dan jembatan yang menjadi saksi bahwasannya hati keduanya malam ini berdebar.

###

Sakura menatap langit-langit kamarnya dengan senyum yang menghiasi wajahnya tanpa lupa rona merah tipis di sana. "Astaga astaga!!! Aku bisa gila!!" pekiknya terlampau senang.

"Putri Haruno..."

"Putri Haruno..."

"Putri Haruno..."

Suara panggilan dari Sasuke terus saja terngiang-ngiang diingatannya membuat ia tak kuasa menahan senyum gelinya.

"Perutku geli sekali," ucapnya berbaring meringkuk di atas ranjangnya ketika merasakan rasa geli yang mengelitik di perutnya.

"Apa mungkin aku jatuh cinta padanya?" guman Sakura menerawang jauh. Ingatan tentang bagaimana cara mereka bertemu pun berputar dibenak Sakura, Sakura ingat ia sempat terpanah ketika melihat wajah tampan Sasuke yang berada tepat di depan pedangnya, tatapan yang tajam kali itu benar-benar menghipnotisnya.

"Kyaaaa...!!" Ia menjerit gemas seraya memukul bantalnya dengan tak kalah gemasnya. Suara teriakannya pun membuat Tenten buru-buru menghampirinya dengan kekhawatirannya, khawatir jika ada hal buruk yang menimpa Nonanya itu.

"Nona apakah Anda baik-baik saja?" tanya Tenten dengan nada khawatir yang tak bisa ditutup-tutupi membuat Sakura menghentikan aksinya.

"Aku baik-baik saja Tenten, mengapa Kau kemari?" tanya Sakura dengan deheman pelannya.

"Aku mendengar suara teriakan Nona dan segera kemari untuk mengecek apakah Nona baik-baik saja atau tidak," jelas Tenten membuat Sakura mengangguk pelan.

"Ohh ya aku baru ingat, aku melupakan janji minum tehku dengan Permaisuri Uchiha," ucap Sakura ketika ia teringat tujuannya ke istana hari ini adalah untuk minum teh bersama Permaisuri Uchiha.

"Astaga, apa dia akan marah padaku nantinya?" tanya Sakura sedikit panik membuat Tenten tersenyum tipis.

"Sejujurnya Permaisuri Uchiha tidaklah marah kepada Nona, ia jelas mengerti bahwasannya ketidakhadiran Nona dikarenakan urusan kenegaraan namun beliau tetap berharap Nona bisa mengosongkan jadwal Nona untuk minum teh bersamanya," ucap Tenten panjang lebar membuat Sakura mengangguk pelan.

"Baiklah, kita bisa ke sana besok," ucap Sakura hingga Tenten menggeleng pelan.

"Anda tidak bisa pergi besok Nona," ucap Tenten membuat kening Sakura berkerut penuh tanya.

"Mengapa aku tidak boleh pergi Tenten?" tanya Sakura yang langsung menyerukan isi kepalanya.

"Mentri Haruno tengah mencarikan pengawal untuk Nona dan ia berharap Nona bisa memilih pengawal Nona sendiri besok," ucap Tenten membuat Sakura melongo.

"Pengawal? Yang benar saja? Aku tidak memerlukan hal seperti itu, aku bisa menjaga diriku sendiri, ucap Sakura yang nampak tak menyetujui ide ayahnya untuk mencarikannya pengawal.

"Nona, Mentri Haruno sangatlah mengkhawatirkan keselamatan Nona semenjak insiden pernyerangan itu. Harap Nona memaklumi," jelas Tenten membuat Sakura mendengus.

"Aku ini sudah dewasa mengapa masih diperlakukan seperti anak kecil," gerutu Sakura membuat Tenten tersenyum tipis.

"Sudahlah aku sedang malas untuk melayangkan protesanku, aku akan melakukannya besok saja. Kau pergilah Tenten, aku ingin segera beristirahat," ucap Sakura seraya mengusir Tenten.

"Baik Nona," ucap Tenten segera undur diri meninggalkan Sakura sendirian di sana.

###

"Apa maksudmu? Rencana kita digagalkan oleh Putri Haruno?" tanya seorang wanita dengan jubah hitam yang menutupi wajahnya.

"Benar, bahkan gadis itu tahu darimana asal usul ulat mutiara hitam serta cara mengobatinya," jelas seorang pria dengan jubah hitam yang menutupi wajahnya.

"Sial tapi kita tidak boleh gegabah apalagi sampai membunuh Putri Haruno karena mau bagaimana pun ia sangat kita butuhkan saat ini," sahut wanita berjubah hitam itu.

"Sekarang kita harus apa? Rencana kita sudah gagal," tanya pria berjubah hitam itu.

"Kita buat rencana baru," ucap wanita berjubah hitam itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel