Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

"Bukankah ini terasa aneh Nona?" tanya Tenten ketika ia dan Sakura sedang berjalan bersama di dalam istana.

"Aneh seperti apa Tenten?" tanya balik Sakura acuh karena terlalu asik memperhatikan langkah kakinya.

"Dulu Permaisuri Uchiha memperlakukanmu dengan sangat buruk tapi sekarang ia malah mengudangmu untuk minum teh bersama, tidakkah Kau berpikir ini mencurigakan?" tanya Tenten membuat Sakura menoleh ke arahnya.

"Memperlakukan seperti apa?" tanya Sakura penuh tanya karena ia tak mengerti apa yang dimaksud oleh Tenten. Mendengar pertanyaan Sakura pun membuat Tenten mengerutkan keningnya.

"Nona lupa? Ia pernah menyiram Nona dengan anggur ketika ia makan malam di kediaman Nona dulu," ucap Tenten membuat Sakura terdiam sejenak.

"Tenten, aku mengalami hilang ingatan sehingga aku tak bisa mengingat apa yang terjadi di masa lalu jadi Kau harus sering mengingatkanku," ucap Sakura membuat Tenten mengangguk paham.

"Jadi itu adalah alasan mengapa Nona bisa lupa pada wajah Yang Mulia Sasuke," ucap Tenten membuat Sakura mengangguk. Sakura tak punya pilihan lain selain berbohong, ia tak ingin orang-orang tahu siapa ia yang sebenarnya.

"Apa aku pernah bertemu dengan Yang Mulia sebelumnya Tenten?" tanya Sakura hingga Tenten menggeleng pelan.

"Secara pribadi Nona dan beliau belum pernah bertemu tapi Nona pernah melihatnya dari kejauhan," jelas Tenten membuat Sakura mengangguk pelan.

"Apa Nona ingin saya memanggilkan tabib guna membantu mengembalikan ingatan Nona?" tanya Tenten hingga Sakura menggeleng pelan.

"Apa yang terjadi di masa lalu biarlah menjadi masa lalu, tak perlu diungkit lagi," ucap Sakura membuat Tenten mengangguk pelan, berusaha patuh atas perintah Sakura walau dalam hati ia sangat mengkhawatirkan keadaan Nonanya itu.

Mereka kembali berjalan dengan tenang, melewati sebuah taman yang mana di sana ada Sai, Kakashi dan Sasuke yang sedang berteduh di bawah atap yang nyaman.

"Kak Sakura?!!!" Sai berteriak memanggil Sakura membuat Sakura segera menoleh.

"Ayo kita ke sana Tenten," ajak Sakura berjalan menghampiri ketiga pria itu diikuti oleh Tenten.

"Kakak aku merindukanmu," ucap Sai setengah merengek membuat Sasuke geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

"Kau ini, kita belum lama tak bertemu tapi sudah bilang rindu," ucap Sakura membuat Sai menampilkan deretan gigi rapihnya.

"Putri Haruno mari bergabung dengan kami," ajak Kakashi membuat Sakura akhirnya ikut bergabung dan duduk bersama mereka.

"Ngomong-ngomong kenapa kakak kemari?" tanya Sai yang nampak begitu antusias melihat kedatangan Sakura.

"Aa Permaisuri Uchiha mengundangku untuk minum teh bersama," ucap Sakura membuat Sai mengangguk paham.

"Kalau begitu Kakak datang terlalu pagi, Permaisuri Uchiha belum bangun di saat seperti ini," ucap Sai sambil menuangkan teh untuk Sakura.

"Benarkah? Aku tidak menyangka hal itu," ucap Sakura, jelas ia tak percaya bahwa perempuan nomor satu di negeri ini bangun kesiangan.

"Ya begitulah Kak, Perempuan Tua itu nyatanya adalah pemalas," ucap Sai santai membuat Kakashi berdehem.

"Sebaiknya Tuan Sai menjaga ucapannya," ucap Kakashi memperingati membuat Sai berdecak kesal.

"Oh ya Putri Haruno, kudengar Kau diserang seseorang, apa Kau baik-baik saja?" Tanya Sasuke membuat Sai berdehem.

"Ah ya tentu saja Yang Mulia, aku baik-baik saja," jawab Sakura sambil tersenyum cerah hingga Sasuke mengangguk kecil.

'Kak Sasuke sangat mengemaskan ketika sedang mendekati Kak Sakura!!' batin Sai menjerit gemas.

"Kak Sasuke perhatian sekali," sindir Sai membuat Sasuke menatapnya tajam sementara Sakura mengaruk tengkuknya  malu.

"Yang Mulia! Yang Mulia!" Naruto datang dengan tergesa-gesa membuat semua orang berdiri, menatap Naruto yang baru saja tiba itu.

"Ada apa Jendral Uzumaki, mengapa engkau terlihat sangat panik?" tanya Sai yang menyadari kepanikan Naruto.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi tetapi beberapa warga menjadi gila dan menyerang warga lainnya," ucap Naruto buru-buru dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Astaga, kita harus segera mengeceknya," ucap Sai yang langsung mengambil pedangnya dan pedang sang Kakak.

"Aku juga ikut," ucap Sakura membuat Sasuke menatapnya.

"Putri ini sangat bahaya, sebaiknya Putri tetap di sini," ucap Sasuke namun Sakura menggelengkan kepalanya.

"Aku tak bisa hanya diam di sini lagipula aku bisa menjaga diri sendiri," ucap Sakura membuat Sasuke akhirnya mengangguk karena tak mungkin ia berdebat di saat seperti ini.

"Tapi berjanjilah selalu di sisiku," ucap Sasuke membuat Sakura menangguk pelan.

"Tenten tetap lah di sini, jangan membantah. Ini perintah mutlak dariku," ucap Sakura membuat Tenten tak punya pilihan lain selain patuh.

Mereka semua pun saling pandang seraya mengangguk pelan kecuali Tenten. Mereka pergi dengan terburu-buru menuju jalanan ibu kota hingga mereka melihat orang-orang yang berjalan sempoyongan dengan wajah yang mengerikan.

"Apa yang harus kita lakukan Yang Mulia, kita tidak mungkin membunuh mereka. Mau bagaimana pun, mereka tetaplah warga sipil negeri ini," ucap Kakashi menunggu perintah Sasuke.

"Kita hanya perlu membuat mereka tak sadarkan diri lalu membawa mereka ke penjara untuk sementara waktu dan mengobati mereka," ucap Sakura membuat semuanya menatapnya.

"Putri Haruno benar, ayo bergerak!" titah Sasuke yang menyetujui ucapan Sakura. Mereka mulai bergerak dan menekan bagian tengkuk warga sipil tersebut hingga mulai banyak yang ambruk berjatuhan. Mereka mengumpulkan semua orang-orang itu dengan susah payah hingga Sakura berjalan mendekat hendak memeriksa tubuh salah satu warga itu.

"Putri jangan, berbahaya" Ucap Sasuke menahan lengan Sakura membuat Sakura menoleh ke arahnya.

Hening. Keduanya sama-sama terdiam ketika keduanya sama-sama terjerat akan pesona masing-masing, onyx hitam kelam yang tajam bertemu dengan emerlad hijau yang meneduhkan. Sesuatu yang berbanding terbalik namun saling menghangatkan.

"Para prajurit akan segera tiba." Suara Kakashi membuat Sasuke dan Sakura tersadar dan segera membuang muka.

"Aku akan baik-baik saja Yang Mulia, aku harus mengeceknya," ucap Sakura membuat Sasuke kembali menatapnya.

"Saya tidak ingin Kau terluka," ucap Sasuke membuat hati Sakura menghangat.

"Ehem... bekerja terlalu keras membuat tenggorokanku terasa gatal," celetuk Sai sambil mengaruk lehernya.

"Ano aku a-akan baik-baik saja, percayalah padaku," ucap Sakura membuat Sasuke akhirnya mengangguk pelan. Sakura pun mendekati salah seorang warga sipil itu, menyentuh pergelangan tangannya hingga tiba-tiba mata warga sipil itu terbuka, ia langsung ingin menyerang Sakura namun sebuah pedang yang menancap di perutnya menghentikannya namun sebelum warga sipil itu mati Sakura sempat melihat kilatan merah di matanya. Sasuke menarik tubuh Sakura menjauh seraya menarik pedangnya yang menancap pada perut warga sipil itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke dengan suara datarnya namun tersirat nada kekhawatirannya.

"Aku baik-baik saja, harap Yang Mulia tidak khawatir," ucap Sakura membuat Sasuke mengangguk pelan.

"Apa Anda menemukan sesuatu Putri Haruno?" tanya Kakashi membuat Sakura kini menatapnya.

"Apa di sini ada daerah seperti gurun pasir?" tanya Sakura hingga semuanya menggeleng pelan.

"Memangnya ada apa Kak?" tanya Sai penuh tanya membuat Sakura kini menatapnya.

"Mereka terkena racun ulat mutiara hitam yang hidup di daerah gurun" ucap Sakura membuat semuanya saling pandang.

"Apa Kau bisa mengobatinya Putri?" tanya Sasuke hingga Sakura mengangguk pelan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel