Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Sakura melipat tangannya di depan dada dengan tidak sopannya dihadapan Ayah dan Ibunya yang hanya bisa terdiam. Terdiam melihat anak perempuan mereka satu-satunya itu yang nampaknya begitu marah.

"Ayolah kenapa kalian terus terdiam? Tidak bisakah kalian menjelaskan arti dari calon permaisuri konoha selanjutnya?" tanya Sakura yang mulai jengah dengan diamnya kedua orang tuanya itu. Kedua orang tua Sakura pun nampak saling pandang selama beberapa detik lalu kembali melihatnya.

"Begini Anakku, Yang Mulia berniat menjodohkanmu dengan salah seorang anaknya yang akan menjadi putra mahkota," jelas Mebuki, sang ibu tak enak.

"What the fuck?!" pekik Sakura sementara Kizashi dan Mebuki nampak kebingungan, tak mengerti arti dari kalimat itu. Dan sepertinya Sakura harus bersyukur karena ketidaktahuan itu.

"Ayah, ibu! Kita hidup dijaman apa? Kenapa ayah dan ibu malah menjodohkanku? Ibu pikir ini tahun berapa?" ucap Sakura dengan hebohnya.

"Err....."

"Pokoknya aku tidak mau, aku hanya akan menikah dengan pria yang aku cintai titik!!" teriaknya yang langsung pergi dengan kekesalannya.

"Bagaimana ini suamiku?" tanya Mebuki seraya menggoyangkan lengan Kizashi.

"Tenanglah Istriku, Sakura belum mengerti saja betapa pentingnya hal ini," ucap Kizashi sambil mengelus tangan Mebuki yang menyentuh lengannya.

"Ohh ya suamiku, apa Kau menyadari sesuatu?" tanya Mebuki hingga Kizashi menatapnya penuh tanya.

"Putri kita terasa berbeda, biasanya ia sangat pendiam serta elegan namun sekarang aku melihat putri kita nampak sangat hidup, periang, mudah marah serta sangat tangguh. Ia bahkan selalu berlatih pedang di halaman," ucap Mebuki membuat kizashi membenarkannya.

"Apa yang Kau katakan itu sangatlah benar istriku tapi aku bersyukur karena bisa melihat Sakura jauh lebih hidup sekarang," jawab Kizashi membuat Mebuki mengangguk.

"Tak ada hal yang jauh lebih baik selain melihat putri kita bahagia," ucap Mebuki yang kini menyandarkan kepalanya di bahu Kizashi.

Sementara itu di dalam kamar Sakura, nampak gadis itu tengah sibuk mondar mandir sambil mengigit bibirnya, ia terus memikirkan perjodohan sialan yang orang tuanya itu membuat. Perjodohan yang membuat ia begitu pusing.

"Arggg...!!!!" Ia berteriak kesal lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.

"Aku tidak boleh menikah di sini! Aku harus kembali ke duniaku, setidaknya aku ingin menikah dengan pria setampan Kim Taehyung!! Huahhh....!!! Aku bahkan belum pernah menonton konsernya!!" teriak Sakura frustasi.

"Aku harus kembali, bagaimana caranya?!!! teriaknya lagi. Teriakannya pun mengundang Tenten masuk karena khawatir akan keselamatan Nonanya itu.

"Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanya Tenten khawatir sambil menatap Nonanya yang nampak kacau.

"Huahhhh...!! Tenten katakan padaku bagaimana caraku kembali?!!" tanya Sakura membuat Tenten bingung.

"Kembali kemana Nona?" Tanya Tenten kebingungan hingga Sakura terdiam. Sakura mendudukan dirinya lalu menatap Tenten intens seraya menarik nafas panjang. Percuma juga jika ia bertanya pada Tenten, ia tak mengerti apa-apa.

"Sudahlah lupakan dan pergilah," titahnya membuat Tenten mengangguk pelan lalu pergi.

"Huft.... sejujurnya aku masih tak mengerti bagaiman caranya agar aku bisa berada di tempat aneh ini," ucap Sakura dengan helaan nafasnya.

"Sejujurnya di sini lumayan menyenangkan ya maksudku di sini aku tak punya banyak misi yang membuatku hampir kehilangan nyawa, tak perlu pusing untuk membayar tagihan, dan di sini juga aku diperlakukan sebagai seorang putri lalu di sini ada Pangeran Sai yang sangat menyenangkan," ucap Sakura yang nampak tengah berpikir.

"Lalu ada Pangeran Sasuke yang sangat tampan bahkan jauh lebih tampan dari Tae Oppa," ucap Sakura dengan senyum mesumnya.

"Heh?! Tidak-tidak apa yang aku pikirkan!" pekiknya sambil menampar pipi kiri dan kanannya berulang kali.

"Sadarlah Sakura ini adalah neraka! Ya, aku harus kembali ke duniaku, harus!" ucapnya mantap.

"Tapi.... bagaimana caranya?" Tanyanya lesu seraya kembali berbaring di ranjangnya.

###

"Kakak lihat aku membawakanmu sekeranjang tomat segar!" ucap Sai yang datang lalu meletakan tomat-tomat itu di atas meja di ruangan Sasuke.

"Kau terlihat sangat cerah," celetuk Sasuke hingga Sai memamerkan deretan gigi rapihnya.

"Setelah berbincang-bincang dengan Kak Sakura aku jadi sangat bersemangat!" ucap Sai sambil mengepalkan tangannya.

"Kakak senang mendengar Kau sudah bisa tersenyum," ucap Sasuke membuat Sai memajukan bibirnya.

"Jadi maksud kakak selama ini aku tidak bisa tersenyum?" tanya Sai membuat Sasuke tersenyum tipis.

"Maaf, maaf. Kakak hanya bercanda, ngomong-ngomong kenapa Kau memanggil Putri Haruno kakak?" Tanya Sasuke hingga Sai kembali tersenyum cerah.

"Karena mulai sekarang Kak Sakura adalah kakakku!" sahut Sai membuat Sasuke mengangguk pelan.

"Kakak tah?, Kak Sakura sangat menyenangkan! Kupikir ia sejenis perempuan yang barbaran ternyata dia sangat baik," ucap Sai yang nampak benar-benar menyukai Sakura.

"Padahal Kak Sakura sangat baik tapi ada saja orang yang ingin menyakitinya," ucap Sai membuat Sasuke menatapnya.

"Menyakitinya? Apa maksudmu Sai?" tanya Sasuke penuh tanya namun tersirat nada kekhawatiran di sana.

"Tadi siang kak Sakura dipanah menggunakan pisau namun Kak Sakura menangkisnya dengan pedangnya. Sayangnya orang yang memanah Kak Sakura berhasil kabur," ucap Sai membuat kening Sasuke berkerut.

"Siapa orang yang tega melakukan kejahatan itu? Apa Permaisuri Uchiha?" tanya Sasuke namun Sai segera menggeleng.

"Tidak mungkin Kak, Kak Sakura adalah calon permaisuri konoha selanjutnya, ia tidak mungkin berani melakukan hal itu," ucap Sai hingga Sasuke kembali dibuat bingung.

"Calon permaisuri konoha?" ucap Sasuke mengulangi kata-kata Sai sementara Sai nampak mendengus pelan karena menyadari kakaknya yang kurang berita itu.

"Iya kakak, bukankah sangat menguntungkan jika Kau berhasil menjadi kaisar nanti kak? Selain mendapatkan tahta dan kekuasaan Kau juga akan mendapatkan peri yang sangat cantik!" ucap Sai membuat Sasuke terdiam.

"Kenapa Kau diam Kak? Apa Kak Sakura tak cantik di matamu?" tanya Sai hingga ia melihat rona merah tipis di wajah sang kakak.

"Kau menyukainya kak?" bisik Sai sedikit menggoda kakaknya hingga Sasuke melayangkan tatapan tajamnya.

"Ohh baiklah," ucap Sai dengan nada menggodanya.

"Sudah pergilah, aku mau istirahat," ucap Sasuke mengusir Sai yang nampak terkekeh pelan.

"Baiklah, sampai jumpa," ucap Sai buru-buru pergi sebelum kakaknya itu marah.

Dalam perjalanan menuju kamarnya, Sai berpapasan dengan salah satu selir Itachi, Yamanaka Ino. Perempuan cantik dengan rambut pirang panjang yang begitu indah, jangan lupakan manik aquamarinenya yang birunya sebiru laut.

"Apa yang Kau lakukan di malam hari seperti ini Selir Yamanaka?" tanya Sai dengan suara datarnya.

"Itu bukan urusanmu," ucap Ino ketus lalu berjalan melewati Sai hingga ia menabrak bahu Sai cukup keras. Sai hanya terdiam di tempatnya, tubrukan Ino nampaknya bukan hanya melukai bahunya namun juga melukai hatinya teramat dalam. Sai berbalik menatap punggung mungil Ino yang kian menjauh mengingatkan ia pada saat dulu sekali, dulu saat punggung itu juga berjalan menjauh darinya.

"Tidakah Kau tahu, aku rapuh karenamu. Di saat duniaku hancur, di saat aku membutuhkanmu, Kau menghempaskanku begitu saja. Meninggalkan aku demi Itachi, demi sebuah tahta yang bahkan tak akan pernah bisa Kau miliki," guman Sai rapuh sambil menundukan kepalanya. Sai menyentuh dadanya yang kembali berdenyut sakit seolah ketika ia melihat wajah Ino membuat luka lamanya kembali terbuka, sebuah luka yang bahkan belum pernah sembuh hingga saat ini. Sai menggelengkan kepalanya hingga ia tersenyum, menampilkan sebuah senyuman yang terasa sangat pahit lalu kembali berjalan menuju kamarnya untuk segera beristirahat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel