Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 5 Misi Penting

"Baiklah, kalau begitu! Opa memang punya tugas penting untukmu. Berhentilah menangis dan kembali lah duduk. Opa akan menjelaskan semuanya kepadamu," tutur Opa Bram kepada Zuri.

Gadis itu segera menyeka air matanya. Lalu kembali duduk di sofa.

"Maaf, Opa. Kalau boleh tahu, tugas penting apa yang Opa hendak sampaikan kepadaku?" tanya Zuri penasaran.

Opa Bram terlihat menghela napasnya. Tiga bulan telah berlalu sejak Edward kecelakaan. Namun sampai sekarang sang cucu masih saja seperti mayat hidup.

Hidup segan mati pun tak mau.

Semangat hidup Edward sepertinya telah hilang. Sang cucu hanya menghabiskan waktu bermalas-malasan sepanjang waktu. Untuk itu Opa Bram menyuruh Edward untuk kembali ke Jakarta dan mengurusi satu perusahaan yang telah sang kakek percayakan kepadanya sebelumnya.

"Begini, Zuri ...." Opa Bram mulai menjelaskan semuanya kepada gadis itu, jika sang opa menginginkan Zuri untuk dapat membuat cucunya, Edward Kenneth jatuh cinta kepadanya.

"Opa ingin kamu membuat Edward jatuh cinta bahkan sampai tergila-gila kepadamu," tutur Opa Bram kepadanya.

"Apa?" kaget Zuri.

"Ta ... tapi, Opa. Sa ... saya tidak mengenal cucu Opa itu," tukas Zuri.

"Kamu tenang saja, Geri akan mengurus semuanya. Dia akan mengirimkan beberapa file ke emailmu tentang profil Edward dan semua hal yang terkait dengannya," seru Opa Bram.

"Maaf Opa, jika saya lancang. Memangnya apa yang terjadi sebenarnya dengan Tuan Muda Edward?" tanya Zuri penasaran.

Opa Bram kembali menghela napasnya. Lalu berkata,

"Ceritanya sangat panjang. Intinya Edward ditinggalkan oleh seorang gadis yang telah menjadi pacarnya selama dua tahun lamanya. Gadis itu berselingkuh dengan pesaing bisnis Edward." ucap Opa Bram menjelaskan.

"Wah, sungguh tragis kisah cintanya." tutur Zuri merasa kasihan dengan kejadian yang menimpa Edward.

"Bukan hanya itu saja, sang pacar dan selingkuhannya telah menipu Edward sehingga dia rugi banyak dalam pengerjaan satu proyek besar," tukas sang kakek lagi.

Semakin jatuhlah belas kasihan Zuri kepada cucu Opa Bram itu.

"Makanya, Opa meminta bantuanmu. Buat Edward jatuh cinta kepadamu."

"Memangnya Tuan Edward belum bisa melupakan gadis itu?" tanya Zuri semakin penasaran.

"Ya, begitulah. Edward malah telah menyuruh orang untuk mencari gadis itu. Dia terlalu naif memandang cinta sampai melupakan akal sehatnya. Makanya Opa menugaskanmu untuk menyadarkannya dan dapat melupakan gadis itu secepatnya."

Ta ... tapi, Opa. Bagaimana saya bisa membuat Tuan Edward jatuh cinta kepada saya? Sementara saya sendiri tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun selama ini," jujur Zuri kepada Opa Bram.

"Justru karena Opa yakin kamu bisa menaklukkan Edward, makanya Opa memilihmu."

Setelah berkata begitu, Geri segera menghampiri Zuri dan menyerahkan sebuah kunci apartemen kepada gadis itu.

"Ini kunci apartemen Anda, Nona." ujar Geri, lalu menyerahkan kunci

apartemen tersebut ke tangan Zuri.

"Kunci apartemen? Maksudnya apa, ya?" tanya sang gadis tak mengerti.

Lagi-lagi Opa Bram menyerahkan selembar amplop putih di hadapan Zuri.

"Kamu periksa sendiri," ucap sang opa.

Zuri lalu meraih amplop itu dan mengambil secarik kertas di dalamnya. Dia pun mulai membaca tulisan yang tertera di kertas itu.

Alangkah terkejutnya Zuri saat membaca isi kertas tersebut. Di dalamnya tertuang tentang kepemilikan sang gadis terhadap sebuah apartemen.

Zuri segera menatap ke arah Opa Bram yang sedang tersenyum kepadanya, seraya meminta penjelasan darinya. Sang opa yang mengetahui kegundahan hati gadis itu, segera berkata,

"Mulai hari ini, apartemen tersebut adalah milikmu. Pindahlah ke sana sekarang."

"Ta ... tapi Opa, apakah ini tidak berlebihan?"

"Berlebihan bagaimana

maksud kamu, Zuri. Menurut Opa ini adalah suatu hal yang wajar." ucap sang opa lagi.

"Cepat atau lambat, kamu akan menjadi cucu menantuku, Zuri!" gumam Opa Bram, dalam hatinya.

"Maksud aku, Opa telah melunasi semua utang-utang keluargaku. Kenapa Opa masih memberiku sebuah apartemen secara cuma-cuma? Ba ... bagaimana aku membayar semuanya, Opa?" tanya Zuri dengan wajah tegang dan gelisah.

"Ha-ha-ha. Kamu kok sepertinya sangat khawatir?" tukas sang opa.

"Yaiyalah, Opa. Karena aku tahu semua itu, jumlahnya sangat banyak. Terus terang aku tidak sanggup membayarnya. Maaf, Opa. Aku tidak bisa menerima apartemen dari Opa." seru Zuri lalu meletakkan kunci dan surat kepemilikan apartemen itu di hadapan Opa Bram.

Pria tua itu telah melunasi semua utang-utang keluarganya saja, Zuri sudah sangat bersyukur.

"Zuri Agnesha, kamu itu telah Opa anggap seperti cucu Opa sendiri. Kamu tidak memiliki utang apa-apa kepada Opa dan kamu tidak memiliki kewajiban apa pun untuk membayar semuanya kepada Opa.

Opa ikhlas membantumu," seru Opa Bram kepadanya.

"Hanya saja, kamu punya satu tugas penting dari Opa. Buat Edward Kenneth, cucu Opa jatuh cinta kepadamu. Itu saja, kok." tuturnya lagi, sambil kembali menyodorkan kunci apartemen dan segala macamnya kepada gadis itu.

"Ta ... tapi, Opa." Zuri mencoba untuk kembali mengelak.

"Opa tidak menerima penolakan darimu, Zuri. Kerjakan semua yang Opa katakan. Segeralah pindah hari ini. Geri akan mengurus semuanya."

"Ba ... baik, Opa." Dengan berat hati, Zuri menerima semua fasilitas dari Opa Bram.

"Jika tidak ada lagi yang ingin kamu tanyakan, Geri akan mengantarmu. Opa juga mau beristirahat."

"Se ... semua sudah jelas, Opa. Saya permisi dulu."

"Good, hati-hati di jalan." ucap sang opa kepada Zuri.

"Geri, pastikan Zuri pindah ke apartemen hari ini. Penuhi semua kebutuhannya."

perintah sang opa kepada sang asisten.

"Siap, Tuan Opa. Kami permisi, dulu." Lalu keduanya pun meninggalkan ruang rawatan VVIP Opa Bram.

"Semoga rencanaku ini berjalan dengan baik, sehingga Edward dapat melupakan gadis yang telah mengecewakannya dengan cepat," harap Opa Bram dalam hatinya.

Geri dan Zuri saat ini sedang berada di dalam mobil. Keduanya sedang melakukan perjalanan. Di mana Geri sedang menyetir mobil menuju ke salah satu kawasan apartemen elit di daerah jakarta selatan.

Zuri mengedarkan

pandangannya dia merasa asing dengan arah jalan yang sedang dipilih oleh Geri. Gadis itu pun segera berkata,

"Lho, Asisten Geri. Kita pergi ke mana ini sebenarnya? Ini kan bukan jalan menuju ke tempat kost saya."

"Kita sedang menuju ke apartemen Anda, Nona. Semua atas perintah dari Tuan Opa," ucapnya menjelaskan.

"Apa? Tapi semua barang-barang pribadi saya masih berada di kost. Ada baiknya Anda putar balik dulu mobilnya, Asisten Geri. Kita ke kost saya dulu, baru kita kembali menuju ke apartemen," ucap Zuri.

Namun Geri yang terkenal garang itu, tidak sedikit pun menggubris omongan Zuri.

"Asisten Geri! Anda dengar nggak omongan saya?" tutur Zuri.

"Nona Muda, semua telah dipersiapkan dengan baik. Anda tenang saja," sahut Geri lalu membelokkan mobil ke area apartemen tersebut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel