Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 6 Apartemen Baru

"Maksud Anda, apanya yang telah dipersiapkan?" Zuri masih saja tetap bertanya.

Pasalnya Asisten Geri tetap melajukan mobilnya menuju ke sebuah apartemen dan tetap tidak mempedulikan omongan Zuri.

Namun disaat mereka mulai memasuki area apartemen tersebut, dari kejauhan Zuri dapat melihat sahabatnya, Mirah

sedang memerintahkan beberapa orang untuk

menurunkan banyak kotak dari sebuah mobil box.

"Lho, Asisten Geri? Bukannya itu, Mirah?"

"Betul sekali, Nona." sahut Geri singkat.

"Terus, ngapain Mirah berada di sini?" tanya Zuri masih saja bingung dengan semuanya.

"Anda akan tinggal bersama Nona Mirah di apartemen. Semua juga berdasarkan

perintah dari Tuan Opa," tutur Geri menjelaskan.

"Apa? Tapi kok bisa?" tanya Zuri tak menyangka, dia bisa tetap tinggal bersama Mirah, sahabatnya sejak di bangku kuliah.

Mobil yang membawa Zuri akhirnya sampai juga di depan mobil box tersebut. Asisten Geri segera ke luar dari dalam mobil. Lalu membuka pintu mobil kepada Zuri.

"Silakan, Nona."

"Terima kasih, Asisten Geri." Zuri pun ke luar dari dalam mobil berdasarkan arahan dari sang asisten.

Mirah yang sedang sibuk dengan beberapa orang, seketika merasa senang saat melihat Zuri, sahabatnya akhirnya berada di tempat itu.

"Zuri! Ya ampun, kamu dari mana saja? Dari tadi gue menghubungi Lo. Kok ponsel Lo nggak aktif, sih? Sibuk ngapain Lo?" ketus Mirah sambil berkacak pinggang di hadapan sang sahabat.

"Sorry banget, Mir. Gue baru saja menjenguk Opa Bram. Beliau sedang dirawat di rumah sakit."

"Apa? Opa Bram sedang sakit?" ucap Mirah tak percaya.

"Lho kok nggak bilang-bilang gue, sih? Kita kan bisa bareng-bareng menjenguknya," tukas Mira lagi.

"Bagaimana gue bisa ngajak Lo, Mir. Opa Bram hanya ingin bertemu gue." gumamnya dalam hati.

Kedua sahabat itu, pun menunggu di sebuah kafe yang berada di dekat area apartemen. Sedangkan Asisten Geri dan Sekretaris Mayang sedang fokus membersihkan dan merapikan apartemen milik Zuri.

"Apa? Lo disuruh Opa Bram untuk merayu cucunya agar jatuh cinta kepada Lo?"

"Yap!"

"Makanya Beliau memberi Lo satu unit apartemen?" tanya Mirah lagi.

"Iya, Mirah. Dari tadi kan gue bilang iya kepada Lo! Bagaimana, sih?" kesal Zuri.

"Ya maaf, Zur. Habis gue setengah percaya nggak percaya dengan semua ucapan Lo!" seru Mirah.

Lalu gadis itu pun berkata penuh harap,

"Opa Bram, angkat diriku menjadi salah satu cucu mantumu!"

"Idih! Apaan sih Lo, Mirah! Gue aduin Lo, ya! Sama cowok Lo! Mau?" ancam Zuri.

"Yaelah, Zuri! Gue bercanda kali ...." ucap Mirah. Gadis itu telah memiliki kekasih yang saat ini bekerja di luar negeri. Mereka telah berpacaran sejak lama.

Walaupun Mirah dan sang kekasih menjalin hubungan secara LDR namun keduanya telah sepakat untuk saling setia.

Obrolan keduanya, terhenti saat Sekretaris Mayang menghampiri mereka, lalu berkata,

"Permisi para, Nona. Apartemen Anda telah selesai dirapikan. Silakan ikut saya, untuk melihat-lihat."

"Baik, sekretaris Mayang." jawab keduanya serentak.

Mereka pun mengikuti langkah sang sekretaris.

Alangkah terkejutnya para gadis saat melihat interior di dalam apartemen tersebut, begitu sangat elegan.

Zuri dan Mirah masing-masing punya kamar sendiri. Gadis-gadis itu tak henti-hentinya merasa terkaget-kaget karena semua perabotan di dalam apartemen itu telah lengkap. Mereka tinggal menempatinya saja.

Bahkan isi di dalam kulkas tak luput telah penuh dengan berbagai jenis dan macam bahan makanan. Sungguh kedua hati para gadis itu sangat senang.

Setelah semuanya lengkap,

Asisten Geri dan Sekretaris Mayang, segera undur diri dari apartemen.

"Nona Zuri, kami permisi dulu. Jika Anda merasa ada yang kurang. Anda tinggal menghubungi saya atau pun Sekretaris Mayang," ucap Asisten Geri.

"Sa ... saya rasa semuanya telah tersedia, bahkan lebih dari cukup. Terima kasih Asisten Geri, Sekretaris Mayang." sahut Zuri dari kesungguhan hatinya.

"Semoga Nona Zuri, dapat menaklukkan hati Tuan Muda Edward," ucap Geri kepada Mayang.

Saat ini, mereka sedang berada di dalam mobil. Perjalanan menuju ke rumah sakit untuk melaporkan semuanya kepada Tuan Bram.

"Ya, kita berharap seperti itu. Tuan Edward dengan segera dapat melupakan Nona Ranti," sahut Sekretaris Mayang.

Kembali ke apartemen,

Zuri baru saja selesai bertelepon

dengan ibunya yang berada di kampung. Dia merasa terharu, ternyata Opa Bram benar-benar malaikat penyelamat untuk keluarganya.

Selain membayar semua utang-utang keluarganya, Opa Bram juga membiayai renovasi rumah dan membelikan sepetak sawah untuk dikelola oleh Bu Heni.

Tak terasa air mata Zuri yang dari tadi dirinya tahan,

akhirnya mengalir juga. Hatinya merasa terenyuh atas semua kebaikan Opa Bram kepada keluarganya.

"Aku harus bisa menjalankan semua keinginan Opa Bram. Opa sungguh sangat baik kepada keluargaku," isaknya.

Mirah yang baru saja selesai memasak, seketika melihat Zuri yang sedang berada di ruang tv. Dari kejauhan, gadis itu dapat melihat jika sang sahabat sedang menangis saat ini. Dia pun segera menghampiri Zuri sembari berkata,

"Zuri, are you okay? Lo kenapa? Kok menangis begitu?" tanya Mirah tak mengerti.

"Gue hanya sedang terharu saja kok, Mir."

"Lo terharu kenapa? Lo tahu kan, Zur. Lo bisa cerita apa pun ke gue?" tukas Mirah lagi.

Lalu Zuri pun menceritakan kebaikan lain dari Opa Bram kepada keluarganya.

"Wah, Zuri! Opa Bram memang the best," puji Mirah.

"Iya, Mir. Aku pikir juga begitu. Makanya gue sudah membulatkan tekad untuk mengikuti semua perintah dari Opa Bram," ujar Zuri tegas.

"Membuat sang cucu jatuh cinta kepadamu?"

"Iya, Mir. Gue harus bisa membuat cucu Opa Bram jatuh cinta kepada gue. Hanya itu satu-satunya cara agar gue dapat membalas semua budi baik sang opa kepada keluarga gue," seru Zuri.

Gadis itu telah mengambil keputusan besar dalam hidupnya untuk menuruti semua keinginan Opa Bram kepadanya.

"Tenang saja, Zur. Gue akan bantu Lo dengan sepenuh hati gue!" sahut Mirah.

Ternyata secara diam-diam, Mirah juga ditugaskan oleh Opa Bram untuk ikut menyukseskan misi untuk membuat Edward jatuh cinta kepada Zuri.

Akan tetapi Opa Bram menugaskan Mirah secara tersembunyi tanpa diketahui oleh gadis itu. Hal itu dilakukan agar proses pendekatan Zuri dan Edward terjadi secara natural.

"Hanya saja, Mir. Apakah gue sanggup membuatnya Cucu Opa Bram ke gue? Lo tahu sendiri kan, gue tidak pernah sekalipun berpacaran atau menjalin hubungan kepada siapa juga?" Zuri pun sedikit ragu.

"Ha-ha-ha! Makanya dari dulu gue suruh Lo pacaran, tapi Lo malah nggak mau!" sergah Mirah sambil tertawa terbahak-bahak saat ini.

"Padahal kan, begitu banyak cowok-cowok yang mengantri ingin menjadi pacar Lo, Zuri." sergah Mirah lagi.

"Ih apaan sih, Mir. Gue kan tidak menyukai mereka. Masa dipaksa?"

"Apa? Jadi Lo tidak menyukai satu pun dari mereka?" Mirah menjadi sangat heran. Apalagi Zuri segera menganggukkan kepalanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel