Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13

"Jadi temen, jangan muka dua. Munafuck."

***

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YWW!!!

Follow instagram para roleplayer untuk spoiler cerita❤️

cantikazhr

wpcantikazhr

Nicholasmarcosamyy

Arunamarsyakilla

Jericho_antariksa

Awan.biiru

Barbiepradipta

Venusalexander_

Bimaydhstr

Febi.hastika

***

"Lo dari mana?" tanya Antariksa. Syakilla baru saja memasuki mobilnya, dan cowok itu menjalankannya menuju apartemen Syakilla.

"Dari rumah Marco." Sahut Syakilla. Jujur, menyebut nama cowok itu membuatnya darah tinggi sekarang.

Antariksa menoleh, kemudian mengernyit. "Loh, dia nggak nganterin lo pulang?"

"Tadinya nganterin, pas gue minta turun dia malah turunin gue beneran." Syakilla mendengus, "emang nggak berperikemanusiaan itu orang."

Antariksa terkekeh. "Marco itu keras kepala, Kil. Lo nentang atau bikin dia kesel, siap-siap aja dia bales."

"Gue heran, kenapa banyak cewek-cewek yang muja dia? Sampe punya fansbase, makhluk astral nyebelin gitu." Gadis itu berapi-api. Dasar Marco menyebalkan!

"Mereka naksir tampangnya aja, mungkin," sahut Antariksa, cowok itu tertawa.

"Belum tahu aja, sifatnya kayak setan." Kesal Syakilla.

"Marco sebenarnya baik." Antariksa tersenyum, "mungkin, waktu lo belum tepat untuk ngerasain kebaikannya dia."

Syakilla sebenarnya setuju dengan ucapan Antariksa barusan. Marco terkadang baik dan manis. Sifat menyebalkannya itu ... seperti tidak asli.

"Gimanapun juga, Marco itu cowok idaman. Ganteng, kaya, itu kan idaman cewek-cewek?" Lanjut Antariksa, cowok itu tersenyum.

"Bagi gue, cowok idaman itu saat dia bisa cinta sepenuh hati sama kita, bikin bahagia. Ganteng sama kaya buat apa kalau cowoknya nyebelin, bikin strees. Gue sih ogah." Syakilla bergidik ngeri.

Antariksa menarik seulas senyumnya. "Gitu, ya?"

Syakilla mengangguk penuh semangat. Baginya, tidak ada yang lebih indah dari memiliki kekasih yang mencintai kita sepenuh hati dan mampu membuat bahagia.

Mobil Antariksa sampai di depan apartemen Syakilla, gadis itu menoleh menampilkan wajah ramahnya kepada Antariksa.

"Thanks banget ya, An!" Syakilla tersenyum.

"Yoi, santai." Antariksa mengangguk seraya mengangkat jempolnya.

"Eh, by the way lo tadi darimana?"

"Gue habis jenguk seseorang." Antariksa menarik senyum tipis.

"Oh." Syakilla mengangguk, gadis itu kemudian membuka pintu mobil Antariksa. Sebelum ia turun, gadis itu kembali tersenyum. "Thanks sekali lagi, An."

Antariksa mengangguk. "Santai, jangan kebanyakan makasih."

Syakilla terkekeh, kemudian gadis itu beranjak pergi setelah menutup pintu mobil Antariksa. Cowok itu memperhatikan langkah Syakilla, sampai gadis itu menghilang.

Antariksa membuka dashboard mobilnya, mengambil sebuah foto yang selalu ia simpan di manapun.

Cowok itu juga mengeluarkan kalung dengan mata sebuah cincin yang selalu melingkar di lehernya. Cincin itu terukir sebuah kata, A ❤️ A. Cincin pertunangannya dengan gadis di dalam foto itu.

"Dicintai, ya?" gumamnya seraya menarik senyum.

***

"Assalamualaikum kaum Betina, Venus hadir dengan sejuta cinta!"

"Ven, jangan malu-maluin!" peringat Bima. Mereka memang menganut ajaran P kuadrat, dan ada Percaya diri di dalamnya. Namun, bukan artinya tidak punya malu seperti Venus saat ini.

Masa cowok itu berteriak di lapangan Basket seraya menyapa siswi yang sedang menonton. Untung ganteng.

"Heh, cewek-cewek itu suka cowok humoris kayak gue. Jadi, mending lo ikutin cara gue biar kita punya fansbase sebanyak Marco," ujar Venus seraya menyikut perut Bima.

"Eh, Marco tuh nggak perlu tebar pesona kayak lo. Kita nggak butuh tebar pesona, kalau mau punya fansbase, pastiin lo secakep Marco!" Bima mendengus, cowok itu kemudian memasang headset-nya seraya memainkan game mario bross yang baru ia download.

Venus kemudian terdiam, cowok itu duduk di sebelah Bima dengan termenung. Ia menyentuh wajahnya. "Masa gue kurang ganteng?"

"Sadar lo," sahut Bima.

"Ngapa si, lo bedua?" Awan datang seraya memakan roti cokelat yang dibuatkan Hujan, adiknya.

"Ngomongin kegantengan gue yang ternyata nggak ganteng," sahut Venus. Cowok itu menatap dengan tatapan kosong. "Padahal selama ini Bunda gue selalu bilang gue adalah anaknya yang palinh ganteng."

"Yaiyalah, semua Ibu di dunia juga bilang gitu ke anaknya." Awan memutar bola matanya.

"Omongan adalah doa, apalagi katanya doa ibu paling dikabulin sama Tuhan." Venus menoleh ke arah Awan, "Bunda gue udah ngomong gue ganteng setiap hari, berarti Bunda gue berdoa setiap hari. Masa sekarang gue nggak Ganteng?"

"Banyak bacot lo, sumpah. Drama." Awan memutar bola matanya, dasar hiperbola.

"Hai Marco!" Tere datang dengan dua dayangnya.

Marco yang sejak tadi diam seraya mendribble bola basket menoleh, cowok itu menatap malas ke arah Tere. Tanpa menyahut, cowok itu kembali fokus pada bola basketnya.

"Yaelah, itu cewek udah ditolak masih aja," ujar Awan saat melihat kedatangan Tere dan teman-temannya.

"Biasa, bor. Cewek itu pantang menyerah," ujar Venus.

"Kalau Marco nggak banyak duit juga mereka nggak bakal mau nyamperin terus-terusan," celetuk Bima.

Semuanya hanya karena, uang.

"Marco, kok kamu nyuekin aku, sih?" tanya Tere, gadis itu mencebikkan bibirnya.

"Lo ngapain di sini, sih? Udah gue blacklist dari daftar fansbase gue, jauh-jauh sana!" Usir Marco. Ia sudah mem-blacklist Tere sejak gadis itu memukuli Syakilla di toilet.

"Aku cuman mau ngajak kamu makan, kok!" Ujar Tere, "aku mau traktir kamu, Marco."

Marco mengangkat kepalanya. Lelaki itu menoleh, menatap Tere dengan tajam. "Traktir?"

"Iya!" Tere mengangguk antusias, "lo mau, kan?"

"Jadi, lo udah ngerasa lebih kaya dari gue?" tanya Marco. Matanya menyalang tajam menatap Tere. "Ngerasa lebih, dari gue? Sampai lo berani bilang mau traktir? Lo pikir gue nggk punya duit?"

"Bah, salah server tuh cewek." Venus tertawa geli.

"Seorang Marco mau ditraktir, ya terluka lah harga dirinya." Awan menimpali, mereka bertiga sedang menikmati pertunjukan sekarang.

"Enggak gitu maksudnya, Marco. Gue minta maaf ka–"

"Hmm, mana sempat keburu telat," celetuk Bima.

"Heem, mana sempat. Keburu telat, Marconah sudah marah," timpal Venus. Kemudian ketiganya tertawa.

"Lo pergi sana!" Kesal Marco. Cowok itu mengusir Tere dan teman-temannya.

"Tapi–"

"Syakilla!" Belum selesai Tere berbicara, Marco sudah berlari ke arah belakang. Menghampiri Syakilla yang baru saja lewat bersama sahabatnya.

"Kenapa?" tanya Syakilla. Gadis itu sebenarnya masih kesal, namun ia tadi tidak sengaja melihat Tere yang ditolak oleh Marco dan cowok itu menghampirinya.

Yah, Syakilla memang tidak bisa membalas perbuatan Tere di toilet waktu itu. Mungkin, saat ini ia bisa.

"Jam tujuh, gue jemput. Kita jalan," ujar Marco.

Syakilla melirik ke arah Tere sebentar, terlihat raut wajah Tere sedang kesal. Maka dari itu, Syakilla menarik senyum.

Gadis itu mengangkat pandangannya, menatap mata Marco. "Oke."

•NEFARIOUS•

HI! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

FOLLOW INSTAGRAM @cantikazhr UNTUK INFO UPDATE

BOOM KOMEN YUK GUYS!!!

SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN, YA!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel