Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12

"Laki-laki berada dalam bahaya saat perempuan bertanya. Karena, mereka pasti sudah tahu jawabannya. Jangan coba berdusta!"

***

Marco baru saja tiba di rumah. Cowok itu melangkah malas menuju kamarnya, namun sebelum sampai ke tangga, suara Starla yang berteriak dari dapur menginterupsi langkah Marco untuk menghampirinya.

Cowok memutar badan, mungkin ia ketahuan membolos dan Starla akan memarahinya.

"Apa, Mi?" tanya Marco. Ia mendudukan diri di sebuah kursi dapur bar rumahnya.

"Nih, cobain!" Starla meletakkan sebuah piring ke hadapan Marco, di atasnya tersaji sepotong pie susu yang ia buat. "Pie susu, resep tiktok."

Marco menatap pie di hadapannya dengan kernyitan dahi. Beberapa detik kemudian, ia tiba-tiba tersenyum. Ini adalah makanan yang ia coba buat di apartemen Syakilla kemarin. Sayang, makanan itu berujung gagal karena tiba-tiba meledak saat Marco memanggangnya.

Untungnya apartemen Syakilla tidak kebakaran. Gadis itu langsung mengusirnya.

"Mami main tiktok?" tanya Marco. Cowok itu menatap Starla dengah aneh.

"Iyalah, biar kekinian." Starla menaik turunkan kedua alisnya, ia menunjukan layar ponselnya kepada Marco.

"Followers tiktok Mami udah 175ribu," ujarnya berbangga diri.

"Awas ntar dihapus Papi," peringat Marco. Beberapa hari yang lalu, Dewa hampir menghapus akun instagram Starla karena tiba-tiba banyak lelaki yang memfollow.

Tentu saja Starla tidak rela. Sehingga Dewa memberinya pilihan untuk hanya mengupload foto mereka berdua atau tidak sama sekali.

Dasar pencemburu.

"Yang ini nggak boleh sampai ketahuan Papi!" ujar Starla, kapan lagi ia bisa menjadi selebgram? Lagi pula ia tidak mungkin selingkuh, Starla sudah memiliki suami tampan dan kaya raya, tidak ada lagi yang ia butuhkan.

"Bentar lagi ketahuan, pasti," ucap Marco yakin, mengingat keluarganya sangat sering berurusan dengan mata-mata.

Cowok itu kemudian menyuapkan pie di hadapannya, sejenak ia diam saat makanan manis itu mulai menyentuh lidahnya. Enak.

"Enak, nggak?" tanya Starla, Marco mengangguk sebagai jawaban.

"Enak kata Marco, Kil!" Starla berteriak ke arah belakang, Marco mengernyitkan dahinya. Dari balik tubuh Starla, tiba-tiba muncul Syakilla dengan sebuah piring di tangannya.

"Berarti berhasil, Tante." Syakilla tersenyum kepada Starla. Raut wajahnya kemudian berubah ketus saat menatap Marco, ia meletakan piring berisi churros yang ia bawa ke hadapan cowok itu.

"Kok lo bisa ada di sini?" tanya Marco bingung.

"Mami yang bawa Syakilla ke sini," ujar Starla. "Habisnya, nungguin kamu pasti bakalan lama. Mami sampai nyamperin Syakilla waktu dia lagi latihan tennis."

"Mami kok bisa tau Syakilla, sih?" Marco masih bingung. Ia tahu, ibunya bisa melakukan apasaja, namun ia tidak pernah mengira bahwa Starla akan sejauh ini ... dengan mainan Marco.

Starla menunjukan senyumnya. Sebuah senyum yang sangat Marco kenali, itu adalah senyum kesombongan khas keluarga Langit.

Keluarga Langit, camkan itu.

Bukan keluarga Halilintar.

"Mami minta tolong sama Pak Khong Guan, detektif pribadi keluarga kita."

"Pantesan keluarga Khong Guan kaga ada bapaknya, jadi detektif di keluarga Marco ternyata." Batin Syakilla.

"Mami ... ngapain mata-matain Marco, sih?" Kesal Marco.

"Biar anak Mami yang bandel ini, ketahuan ngapain aja." Starla mengedipkan sebelah matanya. "Udah mau malem, nih. Kamu anterin Syakilla pulang, gih. Dia bilang mau ngerjain tugas kelompok."

"Eh, nggak usah tante. Killa pulang sendiri," ujar Syakilla. Tidak ingin bersama dengan Marco, cowok aneh dengan siklus perasaan berubah-rubah itu.

"Enggak, kamu harus pulang sama Marco. Atau tante nggak ngebolehin kamu pulang sama sekali," ujar Starla.

"Dah lah, lo percuma bantah Mami Gue. Sampai lebaran keong juga lo bakal kalah," celetuk Marco. Cowok itu sedang memakan churros yang tadi dibawa Syakilla.

Lima belas menit kemudian, wajah Syakilla semakin murung kala ia duduk di samping Marco yang tengah menyetir. Wajah cowok itu nampak dingin, dan menyebalkan.

"Nggak usah ngeliatin gue, awas naksir lo," celetuk Marco. Meski fokus menyetir, cowok itu sadar sedang diperhatikan oleh Syakilla.

"Geer banget sih, lo!" Balas Syakilla ketus.

Dasar Marco aneh! Kemarin sikap menyebalkannya sedikit berkurang dan hari ini cowok itu kembali menyebalkan.

"Lo kenapa mau aja sih, diculik sama nyokap gue?" Marco menoleh sebentar ke arah Syakilla, kemudian kembali fokus kepada jalan di hadapannya.

"Heh, gue mana tahu kalau bakalan dibawa ke rumah lo!"

Syakilla mengingat lagi kejadian tadi saat Starla menemuinya. Wanita itu bilang hanya ingin mengobrol sebentar, namun Syakilla tidak menyangka kalau akan dibawa ke rumah mereka.

"Ah, kacau!" Dengus Marco. Kalau ibunya sudah ikut campur seperti ini, maka rencana awal Marco bisa gagal. Apalagi jika sampai Starla menyukai Syakilla. Akan lebih buruk lagi!

"Heh, harusnya gue yang bilang gitu!" Syakilla menatap Marco dengan tajam. "Hidup gue semenjak kenal sama lo jadi kacau, apalagi berurusan dengan fans barbar lo itu."

"Berisik! Gue turunin nih!"

"Bagus, turunin aja! Gue emang nggak mau dianterin sama lo."

"Oke!" Marco segera meminggirkan mobilnya, "turun sana!"

"Emang nggak berperikemanusiaan!" ucap Syakilla dalam hati.

Dengan perasaan dongkol, Syakilla keluar begitu saja dari dalam mobil Marco dan menutup pintunya dengan keras. Setelah itu, Marco pergi begitu saja meninggalkan Syakilla di pinggir jalan dengan hari yang mulai malam.

"Dasar Marco nyebelinnn!" kesal Syakilla.

Gadis itu meraih ponselnya, ingin memesan ojek online. Apartemennya masih cukup jauh, tidak mungkin Syakilla berjalan kaki untuk pulang.

"Tuhan, penderitaan Syakilla kapan berhentinya?" Lirih Syakilla saat baru menyadari ponselnya mati kehabisan baterai.

"Masa gue harus jalan?" gumam Syakilla pada dirinya sendiri. "Ya Tuhan, kasih Syakilla bantuan, dong! Kalau cowok–eh, nggak." Syakilla menggelengkan kepalanya dengan kuat.

Terakhir kali Syakilla membuat janji seperti itu, Marco yang datang untuk menolongnya. Tidak, kali ini ia tidak boleh membuat janji yang sama. Bisa jadi malah Marco lagi yang datang! Eh, tapi cowok itu sudah meninggalkannya?

"Gila gue lama-lama!" Kesal Syakilla.

Sebuah mobil BMW berwarna hitam berhenti di depan Syakilla. Gadis itu terdiam, menatap dengan awas ke arah mobil yang terasa asing itu.

Tidak lama, jendelanya terbuka. Menampilkan seseorang yang sangat Syakilla kenal.

"Ngapain di situ? Ayo gue antar pulang."

Itu Antariksa, dengan senyuman manisnya.

Tentu, Syakilla dengan senang hati menerima bantuan dari Antariksa.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel