Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Settingan

Bab 7 Settingan

Tidak pernah ada yang menduga nasib Narsih berubah drastis semenjak penampilannya di Bukre dan Jojo Show. Sang presenter yang sering menyebut dirinya sebagai Bukre singkatan dari Bujang Kreatif itu juga si centil Jojo yang merupakan partnernya berhasil menggali bakat terpendam Narsih yang lain. Selain menyuruh Narsih bergoyang gayung andalannya, Bukre juga menyuruh Narsih yang sekarang benar-benar memakai nama Nara itu, bernyanyi.

Ternyata Nara memiliki suara yang sangat memukau. Penampilan Nara yang sangat percaya diri malam itu membuatnya langsung dilirik banyak produser. Segera setelah itu Nara langsung kebanjiran tawaran untuk tampil di acara-acara talk show. Banyak yang menunggu penampilannya. Bukan hanya acara on air, Nara juga mendapat tawaran acara off air di even-even besar. Namanya seketika melambung, membuatnya semakin sibuk demikian juga Shasha. Kepopuleran Nara membuat Nara menjadi prioritas buat Shasha, meski ia tak menelantarkan talentnya yang lain.

Bahkan selanjutnya Nara mulai mendapatkan tawaran membintangi iklan-iklan dan anehnya seringkali bersama Bagas yang sudah terlebih dahulu menjadi seorang model itu. Sampai yang terakhir mereka mendapatkan proyek iklan besar, sebuah produk gawai terkemuka. Tapi, kontrak mereka menjadi bermasalah saat Bagas membuat masalah dengan membuat keributan di sebuah club saat mabuk. Perilaku Bagas dianggap mencoreng citra produk mereka. Mereka berniat membatalkan kontrak dan menuntut pihak agensi mengembalikan semua pembayaran, karena memang perjanjian di dalam kontrak tercantum bahwa duta produk mereka harus berkelakuan baik.

“Tidak ada jalan lain, kalian harus berpacaran dan segera mengumumkannya ke publik. Aku akan mengatur agar infotaiment meliput kebersamaan kalian.”

“Apa pacaran?” sergah Nara juga Bagas bersamaan. Kontan mereka saling pandang sejenak sebelum kemudian saling memasang wajah garang. Mereka lalu menyergap Shasha manajer mereka dengan tatapan penuh protes.

“Aku pacaran sama gadis udik ini? Tidak akan,” tolak Bagas keras.

“Siapa juga yang mau sama kamu,” sahut Nara tak kalah sengit.

“Aku tahu kalian sejak dulu memang tak pernah akur, tapi ini demi menghindari tuntutan mereka.”

“Tapi kak, dia kan yang sudah membuat masalah kenapa aku harus dilibatkan?”

“Lagipula apa korelasinya, menghindari tuntutan dengan aku harus pacaran sama gadis udik ini?”

“Ini demi memulihkan citramu kembali, sebelumnya kamu dikenal sebagai model yang bersih, berperilaku baik juga senang melakukan kegiatan sosial tapi kamu merusaknya dengan kekacauan yang kamu buat, belum lagi kamu harus menghadapi tuntutan dari orang-orang yang telah kamu pukuli di club malam itu. Nah Nara ini adalah artis pendatang baru yang berasal dari keluarga sederhana. Aku yakin publik akan bersimpati pada kamu Bagas karena kamu mau menerima Nara sebagai kekasih kamu. Padahal kamu berasal dari keluarga kaya, anak pejabat pula, apalagi sebelumnya pacar kamu adalah anak seorang konglomerat, tapi kamu lebih memilih Nara yang sederhana yang terkadang belum bisa meninggalkan kebiasannya saat menjadi orang susah dan kamu mau mengimbanginya.”

Nara dan terutama Bagas nampak tercenung memikirkan kata-kata Shasha.

“Tapi kak, mana dia mau, makan di warteg seperti yang masih sering aku lakukan?” sahut Nara sembari meledek Bagas dengan memajukan bibirnya.

Shasha lalu menatap tajam pada Bagas.

“Aku akan bayar saja tuntutan mereka, aku mempunyai uang untuk membayar mereka,” tukas Bagas arogan.

“Dengan konsekuensi karirmu akan terhambat karena citramu yang buruk dan suka membuat onar. Karena kamu tidak hanya satu kali saja membuat keributan, ini sudah kesekian kalinya dan baru terendus media. Aku hanya mencoba menolongmu Bagas. Aku tahu kamu punya uang, tapi coba pikirkan juga temanmu yang lain. Jika kamu ngotot, nama baik agensi ini juga turut dipertaruhkan. Atau kamu sudah tak mau menjadi model lagi?”

Bagas membisu dan nampak berpikir lagi.

“Kenapa sih kamu bisa lepas kontrol seperti ini? Sejak kamu berpacaran sama Siska kamu berubah semakin liar bahkan akrab dengan alkohol, mulai tidak tepat waktu, sering mangkir dari pekerjaan dan sama sekali tidak professional. Seharusnya kamu bersyukur gadis itu meninggalkan kamu karena dia membawa pengaruh buruk bagi kamu.”

“Katakan kapan infotaiment itu akan datang?” tanya Bagas pada akhirnya. Ia nampak mulai bisa mengalah.

Shasha langsung tersenyum sumringah.

“Secepatnya, yang kamu lakukan pertama adalah perbaiki dulu citramu dan perlakukanlah Nara dengan baik selama di depan kamera infotainment. Soal tuntutan perusahaan gawai yang iklannya kalian bintangi aku akan mencoba melobi mereka, mengulur waktu sampai mereka bisa mempertimbangkan perubahan perilakumu. Jadi setelah ini kamu jangan macam-macam lagi, kalau perlu jangan datang ke tempat hiburan malam lagi, jangan dugem dan perbanyaklah melakukan kegiatan sosial. Soal keributan yang kamu buat kemarin aku akan mengatakan pada mereka karena kamu tak bisa menolak ajakan teman-temanmu untuk minum hingga mabuk dan lupa diri.”

“Tapi Kak Shasha kenapa harus aku yang kakak pilih menjadi pacar Bagas, bukankah masih banyak talent kakak yang lain yang sebelumnya juga berasal dari keluarga sederhana?”

“Saat ini semua mata sedang tertuju pada kamu sayang, semua sedang bersimpati pada kamu, karena semangat kamu dalam mengejar impian kamu yang membuat mereka tertarik untuk mengulik kehidupan kamu. Kumohon bantu Bagas demi agensi kita Nara,” pinta Shasha yang membuat Nara terdiam dan akhirnya mengangguk setuju.

Shasha kembali tersenyum lebar. Kemudian ia mengalihkan tatapannya pada Bagas.

“Jangan sia-siakan kesempatan ini. Jika kamu tetap tak berubah, aku tak segan-segan untuk mengeluarkan kamu dari agensi ini dan aku akan berlepas tangan yang cepat atau lambat karirmu akan tenggelam walau kamu mempunyai banyak uang,” ancam Shasha sungguh-sungguh. Ancaman itu membuat nyali Bagas langsung menciut. Ia tak lagi bisa berkata apa-apa lagi selain menuruti apa kata manajernya itu.

******

Suara dering gawainya langsung membangunkan Nara dari tidurnya yang tak sepenuhnya lelap. Ia merasa baru tidur beberapa menit karena semalam ia harus mengisi acara di sebuah stasiun televisi sampai dini hari. Dengan malas Nara mengambil gawainya dari atas nakas dan menjawab panggilan telepon, yang ternyata dari Shasha.

“Iya kak,” sapa Nara dengan suara yang masih terdengar parau.

“Nara, apa kamu masih tidur?”

“Iya kak, aku baru saja tidur.”

“Aku minta kamu bangun sekarang sayang, bersiaplah karena sekarang Bagas sedang meluncur ke tempat kosmu bersama para wartawan infotaiment. Kamu tahu sekarang mereka semua menjadi ingin tahu tentang hubungan kalian, sejak Bagas memposting foto kalian dengan memberi caption bahwa sekarang kalian telah resmi pacaran.”

“Sekarang ya kak?” tanya Nara masih tak yakin karena sebenarnya saat ini ia sedang begitu lelah dan malas untuk bangun.

“Iya sayang, cepat bangun ya. Tolong bantu aku ya.”

Setelah itu Shasha menutup sambungan telepon mereka. Akhirnya mau tak mau Nara bangun dari tempat tidurnya nyaman dan bersiap menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Namun mendadak terdengar suara ketukan pintu yang membuat Nara melangkah cepat menuju pintu. Ia sungguh tak menduga ternyata yang mengetuk pintunya adalah Bagas bersama para wartawan infotainmen yang kesemuanya sedang menyorotkan kamera mereka pada dirinya. Parahnya saat ini keadaannya sedang acak-acakan. Wajahnya kusam berminyak bahkan air liurnya masih membekas di sudut bibir dan kedua matanya masih belekan. Kontan Nara menjerit histeris, dengan reflek Nara langsung menutup pintu kamar kosnya namun Bagas berhasil ikut masuk ke dalam.

“Nara, kenapa kamu menutup pintu wartawan sedang menunggu kita?”

“Kamu tanya kenapa? Apa kamu tidak lihat keadaanku sekarang ha?”

Bagas memandangi Nara sejenak. Ia lalu mendengus sambil bergidik.

“Kamu sangat mengerikan, menjiikkan sekali,” sergah Bagas.

Setelah itu Bagas langsung menarik tangan Nara dan membawanya masuk ke kamar mandi.

“Ayo, cepat kamu mandi sekarang,” perintah Bagas sambil berusaha membuka kancing piyama Nara. Tentu saja Nara langsung menepis tangan Bagas.

“Jangan macam-macam ya kamu, aku bisa mandi sendiri dan membuka bajuku sendiri. Sekarang aku mau mandi.”

“Iya sana mandi.”

Nara begitu kesal karena Bagas masih saja berdiri mematung di dalam kamar mandi.

“Kalau begitu kamu keluar dong!” seru Nara sambil mendorong tubuh tegap Bagas keluar dari kamar mandi.

“Cepetan, wartawan sudah menunggu.”

Nara menyahutinya dengan seruan yang kalah kencang. Ia begitu jengah karena Bagas yang berusaha ditolongnya itu tak juga mau merubah sikapnya, masih saja menyebalkan. Ia berharap hubungan settingan ini tak akan berhasil dan ia bisa mengakhiri kebersamaannya dengan Bagas yang sayangnya baru saja dimulai.

******

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel