Bab 2 Awal Pertemuan
Bab 2 Awal Pertemuan
Pagi baru menyapa namun suasana gunungan sampah di sekitaran pemukiman kumuh itu telah dipenuhi para pemulung yang dengan giat telah berjibaku dengan sampah. Pemandangan itu telah terbiasa mengakrabi gadis hitam manis berambut panjang kusam yang saat ini tengah melangkah setengah berlari menuju pelataran parkir sebuah mall yang sudah sekian tahun menjadi tempatnya bekerja. Menjadi tukang parkir adalah pilihan yang lebih masuk akal baginya daripada harus berkutat dengan sampah saban harinya, yang nyatanya pernah ia tekuni juga demi menghentikan nyanyian lapar di perutnya.
Saat ia tiba di tempat parkir, suasana sudah mulai ramai. Maklum hari ini adalah hari libur dan mall sudah di padati pengunjung yang membuatnya harus bekerja ekstra keras. Ia begitu memusatkan perhatiannya memberi petunjuk pada mobil-mobil yang datang untuk bisa parkir di tempat yang tepat. Sampai serudukan sebuah mobil yang menyerempet pelan pantatnya membuat gadis tomboy itu sedikit terdorong ke depan yang kontan membuat mulutnya mengeluarkan sumpah serapah. Dengan membawa amarahnya gadis itu menghampiri mobil mewah yang telah menyrempetnya.
Buka kaca mobil kamu! sergahnya emosi sambil menggedor-gedor kaca mobil di depannya. Sejurus kemudian kaca mobil hitam itu terbuka dan seraut wajah sempurna muncul dari dalamnya. Paras menawan yang dibalut kulit bersih dan sebuah hidung menonjol ditambah serabut halus cambang yang tumbuh menghiasi rahang tegasnya, menunjukkan ekspresi kemurkaan. Sejenak gadis itu terperangah menikmati pesona makhluk menawan dihadapannya dan mendadak melupakan amarahnya.
Kenapa kamu, mau apa he? sergah lelaki itu yang membuat kesadaran gadis berpenampilan dekil itu kembali muncul.
He kamu itu salah, sudah tahu di depan masih ada mobil mau parkir, kamus main serobot saja, dasar cowok gak punya akhlak kamu, balas gadis itu sengit.
Kamu aja yang lelet, aku sedang buru-buru tahu!
Jangan egois kamu.
Memangnya kamu nggak tahu siapa aku he?
Peduli amat siapa kamu! sergah gadis bertopi pet itu.
Dasar cewek udik! seru lelaki berwajah tampan itu sambil sedikit mendorong tubuh gadis berbaju kusam itu. Gadis itu merasa sangat tersinggung dan langsung membalas. Bahkan ia mendorong lebih kuat yang membuat tubuh lelaki itu sedikit terhuyung ke belakang.
Kamu berani ya! sergah lelaki itu semakin emosi sambil membalas dorongan gadis tomboy yang dianggapnya tak tahu diri itu.
Untuk beberapa lama mereka saling dorong dan tak peduli pada mobil-mobil lain yang antri semakin panjang di belakang. Akibat perbuatan mereka mobil-mobil itu tak bisa bergerak maju. Di tengah desingan klakson mobil-mobil, mereka masih melanjutkan aksi saling dorong itu sampai seseorang datang menghampiri mereka dengan tergopoh-gopoh.
Hey Narsih, lihat di belakang kamu, mobil-mobil itu mau masuk parkir, kamu malah berkelahi di sini, sela seorang lelaki paruh baya yang merupakan kepala petugas parkir mall pada gadis bernama Narsih itu.
Teguran dari Pak Simo, membuat Narsih tersadar.
Sekarang cepetan kamu bawa masuk mobil kamu itu ke dalam, dan cari tempat parkir sendiri, aku nggak sudi ngatur jalan buat kamu, sergah Narsih yang terlihat begitu kesal.
Denger aku pastiin kamu bakal di keluarkan dari pekerjaan kamu ini. Aku akan ajukan komplain, kita lihat saja nanti, ancam lelaki yang memakai outfit serba mahal itu.
Aku nggak takut sama ancaman kamu. Kamu yang salah, bukannya minta maaf malah ngancam aku, dasar cowok nggak ada akhlak, sergah Narsih sembari mengulangi makiannya.
Setelah itu Narsih segera melangkah ke arah deretan mobil yang menjadi tak beraturan karena berebut masuk ke dalam tempat parkir, membantu Pak Simo dan temannya yang lain. Ia tak lagi peduli pada lelaki sombong itu yang sayangnya memiliki wajah kelewat tampan yang tadi sempat membuatnya terpana. Sementara lelaki bertubuh atletis itu kembali masuk ke dalam mobilnya sambil menggerutu dan uring-uringan berusaha mencari tempat kosong untuk memarkir mobilnya. Narsih sempat menoleh sekilas dan melihat lelaki itu keluar dari mobil dan berjalan cepat-cepat memasuki area mall. Selanjutnya ia kembali memusatkan perhatiannya, mengurai sedikit demi sedikit keruwetan yang tadi sempat timbul karena ulahnya sendiri.
*****
Kamu, tadi kenapa Sih? tanya Pak Simo saat mereka berkumpul di pos parkiran.
Cowok itu yang mulai Pak Mo, sahut Narsih sambil tetap mengarahkan tatapannya pada gawai yang dipegangnya.
Kamu itu cewek Sih, yang lembut dikit kenape. Lain kali jangan diulangi.
Iya pak, jawab Narsih singkat masih enggan mengalihkan tatapannya.
Kamu lihat apa sih?
Pak Simo terpancing, ingin tahu apa yang sedang dilihat Narsih. Tawanya langsung terurai saat mengetahui bahwa ternyata yang dilihat Narsih saat ini adalah video Narsih sendiri yang sedang asyik berjoget yang telah ia up load di aplikasi otak-atik.
Kamu masih saja joget-joget nggak jelas seperti ini?
Apaan sih pak, tungkas Narsih sambil mengalihkan gawainya dari pandangan Pak Simo.
Kadang kamu itu seperti anak laki-laki, apalagi pas ngajak cowok tadi berkelahi, tapi kalau di video itu kamu malah seperti bencong, ledek Pak Simo sembari masih terus tertawa.
Tapi biar begini aku sudah pernah masuk acara tipi pak, sergah Narsih tak mau kalah.
Eh, yang bener kamu?
Beneran pak, kalau aku jadi artis nanti jangan kaget ya, imbuh Narsih percaya diri yang membuat tawa Pak Simo tak juga terlerai karena menertawakan Narsih yang kelewat percaya diri.
Iya deh, terserah kamu, aku mau ke warung, mau makan siang, sergah Pak Simo sembari beranjak dari duduknya dan terlihat nampak tak percaya dengan pengakuan Narsih. Kemudian lelaki itu pergi dengan membawa tawanya.
Tertawa saja sana, suatu saat nanti aku akan buktikan pada kalian semua, gumam Narsih. Walau ia sempat begitu percaya diri namun sebuah keraguan juga turut menyusup di benaknya saat ia kembali menghadapi kenyataan bahwa Bibi, pria kemayu yang pernah meriasnya beberapa waktu lalu tak juga menghubunginya. Impiannya untuk saat ini masih begitu terasa kemuskilannya.
****
Narsih tengah sibuk memberi aba-aba pada sebuah mobil yang akan parkir di depannya, saat mendadak ia dikagetkan oleh seseorang dari belakang. Kontan ia menoleh setelah selesai membantu mobil yang tadi ia beri aba-aba untuk parkir di tempat yang masih kosong. Narsih kaget ketika melihat bahwa ternyata yang mengagetkannya adalah Bibi, pria kemayu yang pernah ia temui di sebuah stasiun televisi. Saat ini Bibi tidak sendirian, ia bersama seorang wanita cantik bertubuh semampai dengan penampilan yang sangat berkelas. Sejenak Narsih mengagumi sosok wanita di hadapannya. Sampai Bibi menyadarkannya dengan menyapa Narsih ramah.
Eh nek, kamu kan Nara?
Narsih yang juga Nara langsung mengangguk dan tersenyum lebar.
Shasha, ini lho talent yang pernah eike certain kemarin, yang ada di Otak-atik itu nek, ucap Bibi pada teman wanitanya yang bernama Shasa.
Oh gitu, hai aku Shasha, sapa Shasha ramah sambil mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Narsih.
Eh nek apa yang kamu di tempat parkir ini? tanya Bibi pada Narsih.
Jadi tukang parkir, jawab Narsih ringan.
Eh beneran lu nek? tanya Bibi tak percaya.
Shasha mulai memandangi Narsih dengan seksama. Ia melihat sebenarnya Narsih memiliki wajah yang cukup lumayan apalagi ditunjang dengan hidungnya yang cukup lancip walau saat ini penampilannya nampak kusam dan dekil.
Nara, kalau besok kamu ada waktu kita ketemu, nanti aku akan hubungi kamu soal tempat dan waktunya. Nomor kamu seperti yang sudah kamu kasih ke Bibi itu kan? sahut Shasha ramah
Iya Kak Shasa, jawab Narsih sumringah.
Duh senangnya yang sudah dapat manajer, seloroh Bibi sambil tersenyum lebar.
Eh nek, Si Bagas ini kok lama kali ya, gerutu Bibi.
Mungkin masih dikerubungi penggemar, jawab Shasha singkat.
Siapa Bagas? tanya Narsih ingin tahu.
Itu lho model anaknya Shasha juga, besok kalau kamu jadi artis juga kamu bakalan satu manajemen sama Bagas nek.
Sejurus kemudian seorang lelaki muda muncul di hadapan mereka dengan menyajikan segaris senyum. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat sosok Narsih. Narsih juga menunjukkan ekspresi yang sama. Ia nampak begitu kaget.
Ini dia Bagas, Bagas perkenalkan ini Nara, Nara perkenalkan ini Bagas, ucap Shasha saling memperkenalkan Bagas dan Narsih. Namun mereka berdua masih saja bengong, sembari menyembunyikan kekesalan mereka.
Narsih sama sekali tak menyangka jika ternyata sosok model yang bernama Bagas itu adalah pria yang tadi sempat ajak berkelahi di pelataran parkir. Sekali lagi takdir seolah mempermainkan dirinya. Awal pertemuan mereka sama sekali tak bisa dikatakan indah.
******