Bab 11 Bukan Tempat yang Tepat
Bab 11 Bukan Tempat yang Tepat
Nara melangkah dengan kikuk di samping Bagas. Langkahnya sedikit terseok bukan hanya karena sepatu high yang dipakainya juga ia harus berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Bagas yang lebar. Postur tubuh Bagas yang tegap dan tinggi membuat lelaki arogan itu memiliki jangkauan kaki yang panjang. Nara merasakan segala ketidaknyamanan saat mulai memasuki night club megah yang dipenuhi lampu beraneka warna itu.
Tempat itu begitu asing bagi Nara karena baru kali ini ia memasukinya. Nara sama sekali tak mempunyai bayangan memasuki tempat bising ini. Namun ajakan Bagas yang begitu memaksa sangat tak bisa Nara tolak walau saat ini ia terus merutuk dalam hati, sama sekali tak bisa ia lampiaskan karena ternyata memang benar tengah ada sekumpulan wartawan yang sedang mengikuti gerak-gerik mereka.
Bagas, kamu yakin acara ulang tahun temanmu diselenggarakan di tempat ini? tanya Nara tepat di telinga Bagas, ia harus bicara agak dekat karena suaranya saat ini bertarung dengan suara house music yang memekakkan telinga.
Iya memang acaranya di sini, sahut Bagas sambil terus melangkah.
Bagas jangan jalan cepat-cepat, pinta Nara memohon sambil berusaha melonggarkan gaun mini dressnya yang sangat ketat membalut pahanya. Gaun pilihan Bagas ini adalah gaun paling terbuka yang pernah ia kenakan. Bukan hanya pendek namun juga sangat mengekspos lengannya.
Kamu jalannya yang terlalu lelet, sergah Bagas kesal.
Nara berusaha untuk bersabar menghadapi sikap Bagas. Namun di dalam hatinya ia berniat untuk membalas Bagas atas semua yang telah lelaki itu lakukan padanya malam ini. Di tengah kekesalannya Nara berupaya untuk menyuguhkan senyumnya, tentu saja karena para wartawan sekarang mulai mengerumuni mereka.
Setelah sampai di sebuah meja, Bagas langsung menyuruh Nara untuk segera duduk dan mereka kemudian mulai meladeni para wartawan yang meminta mereka untuk wawancara.
Bagas, Nara, sudah berapa jauh hubungan kalian? tanya salah seorang dari para infotaiment.
Maksudnya? tanya Bagas meminta penjelasan karena pertanyaan mereka seperti mengandung ambigu.
Maksudnya apakah kalian serius? Terlebih Bagas, padahal kamu kan baru putus dari si anak konglomerat itu. Apakah karena Nara ini kalian putus?
Tentu saja bukan, sahut Nara cepat.
Tak seperti biasanya Bagas nampak lebih pendiam malam ini. Lelaki itu sejak datang tadi telah memasang wajah serius. Ia nampak enggan meladeni para wartawan.
Kami pacaran karena kami merasa cocok itu saja, jawab Bagas diplomatis.
Sejurus kemudian mendadak sepasang pria dan wanita muncul di hadapan mereka, menyapa Bagas dengan dingin. Seolah tak terlalu peduli pada wartawan yang sedang mengelilingi Nara dan Bagas.
Oh jadi ini gadis penggantiku, aku tak terlalu yakin dengan pilihanmu ini Bagas. Apakah gadis ini hanyalah pilihan Shasha yang terpaksa harus kamu gandeng untuk mendongkrak popularitasmu yang sedang turun, sindir wanita berpakaian minim yang semua asetnya terpampang menggoda.
Siska? desis Bagas tertahan. Nada bicara seketika berubah, terdengar sangat lemah juga putus asa.
Nara bisa dengan jelas merasakan perubahan sikap Bagas. Sangat memancing hasrat Nara untuk bertanya walau ia harus menahan diri karena situasi yang tidak memungkinkan.
Aku senang kamu datang ke acara ulang tahunku Bagas, sahut lelaki yang bersama wanita bernama Siska itu.
Bagas menatap mereka berdua bergantian. Ia seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia sama sekali tak menyangka, Siska memutuskannya dan membuatnya hampir setengah gila demi untuk bersama lelaki yang telah menjadi sahabatnya semenjak kecil itu. Namun Bagas bisa dengan cepat menguasai dirinya, hingga ekspresi kekagetannya tak langsung terlihat.
Selamat ulang tahun Tobby, ucap Bagas sambil bangkit dari duduknya untuk menyalami tangan lelaki bertubuh tegap itu. Nara pun ikut bangkit dan melakukan hal yang sama.
Siska yang saat ini tengah bergayut manja di pundak Tobby, menatap Bagas dan Nara dengan tatapan menyepelekan. Setelah itu Siska mulai membisikkan sesuatu pada telinga Tobby. Sungguh Bagas sangat tersinggung dan hatinya terbakar saat melihat kemesraan mantan kekasihnya yang sebetulnya masih sangat ia cintai itu.
Silakan nikmati pestanya, aku akan menyapa tamu lainnya.
Dilanjutkan saja wawancaranya, timpal Siska sebelum benar-benar pergi mengikuti langkah Tobby.
Bukankah tadi adalah mantan kekasihmu, Bagas?
Sejenak Bagas nampak termenung, namun ia bisa dengan segera menghadirkan senyumnya.
Memang, Siska adalah mantan pacar saya. Tapi sekarang kami telah memiliki kehidupan masing-masing dan bersama pasangan masing-masing. Kukira semua ini sudah bisa untuk menjawab pertanyaan kalian tadi. Jadi aku tegaskan aku putus dengan Siska bukan karena hadirnya Nara ataupun bukan karena Tobby, yang merupakan pasangan Siska saat ini.
Setelah mendengar penjelasan Bagas, wartawan tak lagi mendesak Bagas tentang hubungannya bersama Siska yang telah berakhir. Wawancara pun mulai mengarah pada hubungan yang dijalani Bagas bersama Nara saat ini. Mendadak semua menjadi melelahkan bagi Bagas juga bagi Nara. Saat semua usai, Bagas mulai menegak segelas whisky yang telah disediakan di atas meja. Sementara Nara sama sekali tak menyentuh minuman itu. Ekspresinya mulai menunjukkan rasa takut. Ketika ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut club, yang nampak adalah pemandangan yang sangat tak pantas. Dua anak manusia saling memadu gairah. Seolah tak mengenal rasa malu.
Bagas ayo kita pulang, semua orang infotaiment sudah pergi. Ayo kita pulang sekarang.
Bagas sama sekali tak mengindahkan permintaan Nara. Ia malah terus mengisi gelasnya dengan whisky dan menyesapnya hingga tandas. Bagas memang sengaja ingin mabuk malam ini. Kenyataan bahwa sahabatnya telah merebut kekasih yang begitu dicintainya membuat Bagas sangat terluka.
Bagas, ayo pulang, pinta Nara sambil menarik-narik lengan Bagas. Tempat ini sungguh membuat Nara semakin tak nyaman.
Ketika Bagas benar-benar mabuk. Nara mulai menjadi panik. Sejenak ia tak tahu harus berbuat apa, sampai kemudian ia teringat pada Bima, sahabatnya. Sekarang sahabatnya itu telah menjadi seorang sopir taksi on line, berkat mobil yang telah Nara belikan sebulan lalu. Nara merasa sangat berhutang budi pada Bima. Berkat Bima ia bisa mencapai semua yang diidamkannya, yakni menjadi seorang artis. Dan Nara membalasnya dengan membelikan Bima mobil.
Setelah menghubungi Bima, Nara menanti dengan resah di mejanya. Ia menatap sebal pada Bagas yang sudah meracau tak karuan. Sementara ia melihat Siska nampak terus memperhatikan mereka dari tadi dan sesekali menampakkan senyum sinisnya. Nara mendadak ikut merasa tersinggung dengan tatapan dingin gadis yang berpakaian kurang bahan itu.
Tak lama kemudian sosok yang dinantinya tiba. Nara melihat Bima nampak ragu untuk masuk namun Nara segera melambaikan tangannya dan memberi isyarat pada Bima untuk mendekat.
Nara, apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini?
Nanti aku ceritakan, sekarang bantu aku mengangkat orang ini.
Apa ini Bagas? Pria yang diberitakan sedang dekat denganmu itu?
Iya, ayo bantu aku mengangkat tubuhnya.
Tanpa dipinta lagi, Bima segera meraih tangan Bagas untuk dilingkarkan pada bahunya. Setelah itu mereka membawa Bagas ke dalam mobilnya.
Nara, kamu harus berhati-hati dengan pergaulanmu, kamu jangan sampai salah bergaul. Tempat tadi itu bukan tempat yang baik.
Iya aku tahu, jawab Nara sambil menunjukkan wajah penuh sesal
Harus diakuinya sebenarnya ia sangat menyesali keputusannya tadi yang menerima begitu saja ajakan Bagas. Setelah ini ia akan lebih selektif lagi, walaupun ia sudah berjanji pada Shasha untuk membantu Bagas. Namun, jika seperti ini lagi ia akan tegas menolak.
****