Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Rayuan Maut

"Loh.. Kok malah senyum-senyum sendiri... " Kaget Seto, "Mbak... Jangan melamun mbak... Haloo..." Sapa Seto sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Citra.

"Ee... Ehhh.. Iya... Kenapa mas...?" Jawab Citra kaget.

"Jangan melamun... Disini banyak copet... "

"Aaa... Apanya yang mau dicopet mas.... Wong aku orang yang nggak punya apa-apa..."

"Heeehh... Jangan gitu aah... Mbak masih punya banyak barang berharga loh..."

"Barang apaan mas...?"

"Itu..." Jawab Seto sambil menunjuk ke arah Citra dengan dagunya.

"Hayoooo... Matanya nakal yaaa..." Jawab Citra malu-malu, sambil berusaha menutup bagian payudaranya dengan blazer.

"Hehehe.. Bukan tetek kamu mbaaak... Maksud aku, mbak khan masih punya kecantikan dan tubuh yang indah... Bagiku itu tak ternilai mahalnya loh..." Puji Seto tipu-tipu, sambil meneruskan melirik asset terbesar Citra yang membusung indah.

"Ooooo... Kirain kamu nunjuk-nunjuk tetek aku... Hihihi..."

"Hmmm... Sebenernya iya juga sih... Hehehehe... " Canda Seto, " Habisan, cowok mana sih mbak yang ga tertarik kalau melihat tetek segede itu...? Apalagi yang punya cantiknya banget-banget-banget..."

"Aaaaah Mas jago gombal juga..."

"Ya Ampun mbak... Jangan panggil aku mas dooonk.. Kaya udah tua aja... " Kata Seto basa-basi, "Panggil aku Seto atau Set aja..."

"Set...?"

"Iya, Set... Asal jangan panggil aku Setan aja..."

Hihihihii... Ternyata kamu lucu juga yaa..." Tawa Citra cekikikan.

"Omong-omong kok belum berangkat mbak..?"

" Iya nih... Aku lagi nunggu bis..."

"Oalaaah.... Kirain tadi nungguin aku... Hehehe..." Jawab Seto sambil bercanda, "Nggak bakalan dateng mbak... Hari ini supir-supir bisnya pada demo..." Jelas Seto, "Kalo mau, mbak berangkat bareng ama aku aja... Kantor kita khan dekat..."

"Hmmmm... Okedeh...." Merasa tak ada cara lain yang lebih cepat selain menerima tawaran Seto, akhirnya Citra menerima ajakan itu.

Melihat tingkah Seto yang easy going, membuat Citra seketika itu langsung tertarik. "Ternyata... Seto playboy juga.... Kita lihat, sejauh apa kenakalannya..."

"Bener nggak kenapa-napa nih kalo aku berangkat kerja bareng kamu gini...?" Tanya Citra basa-basi, "Ntar kalo Anissa cemburu atau marah, jangan salahin aku yaa..."

"Yeee... Dia Anissa nggak bakalan marah mbak.... Wong sekarang dia sedang diterminal, mau pulang kampung... Jadinya ya nggak bakalan tahu,,, Hehehehe"

"Huuuuu... Dasar.... " Ucap Citra, "Aku duduknya sambil peluk badan kamu ya... Takut jatuh... "

"Jangankan cuman minta meluk mbak... Mau minta yang lain juga pasti bakal aku kasih kok..Hehehe...

"Bener nih...? Nanti kalo tau aku mintanya apa... Bakal capek loh... Hihihi..."

" Enak kali mbak kalo capek-capek itu.... Bikin sehat... Hehehehe... Yuk naek.."

Dengan lincah, Citra segera menempatkan pantat semoknya diatas jok motor Seto. Kemudian ia segera memeluk pinggang Seto kuat-kuat, sengaja membiarkan payudara besarnya tergencet ke tubuh Seto.

"Waduh.... Empuk bener..." Celetuk Seto.

"Eeehh... Empuk apanya Set...? "

"Ituloh mbak... Apem yang dijual deket kantor aku, pasti jam segini udah pada mateng...Hehehe.." Canda Seto berusaha mengalihkan percakapan. "Pegangan yang kenceng mbak... Aku mau jalan..."

"Yeeee... Ngeles nih yeee...Hihihi... Bilang aja yang empuk tetek aku... Hihihi..."

Meladeni cara becanda mesum Seto, entah kenapa Citra merasakan sebuah kesenangan tersendiri. Sebuah kesenangan yang pernah ia rasakan dulu, ketika ia dan Marwan masih pacaran.

***

Sepanjang perjalanan, senyum lebar selalu tersungging di wajah cantik Citra. Ia sama sekali tak pernah menyangka jika hari ini ia bisa berdekatan dengan Seto. Bahkan bukan hanya berdekatan, melainkan bisa memeluk tubuh suami tetangganya yang sering ia bayangkan ketika sedang bermasturbasi.

"Mbak... Kok senyum-senyum sendiri? Jangan jadi orang gila dulu ya mbak... Kita khan nggak kearah Rumah Sakit Jiwa." Kata Seto sembari melirik Citra dari kaca spion motornya.

"Hihihi.. Biarin... Mulut-mulut aku ini.... Weeeekk..." Jawab Citra sambil menjulurkan lidahnya.

"Hehehe... Eh mbak... Boleh jujur nggak..."

"Kenapa Set..?"

"Makasih ya mbak sudah mau berangkat bareng aku..."

"Loh kok...?"

"Iya mbak... Sebenernya aku mengagumi mbak loh... "

"Megagumi gimana??"

"Beneran.. Mbak itu cantik, pinter, jago masak, ngomongnya lembut... Beda banget ama Anissa..." Ujar Seto tiba-tiba membanding-bandingkan Citra dengan istrinya. "Mbak juga seksi, putih, semok trus...."

"Kok diem...? Teruuuussss...?"

"Teteknya geeddeeee baaangeeeet... Bikin aku selalu adem panas mbak... Hehehehe..." Asal tau aja ya mbak... Gara-gara sering mbayangin kamu... Anissa tuh yang aku jadikan pelampiasan... "

"Maksudnya? Pelampiasan gimana Set..."

"Hehehehe... Tapi mbak janji jangan marah ya... "

"Hmmmm... Iyadeh. Aku janji nggak bakal marah..."

"Jadi mbak... Karena keseringan ngeliat kecantikanmu, keseksianmu, kemolekanmu... Aku jadi sering ngebayangin kamu... Dan ujung-ujungnya, aku jadi sering deh, ngewein Anissa sambil ngebayangin Anisaa itu kamu... Hehehe..."

"Owalaaaaaahhh... Daaaasssaaaar geniiiiiitttttttttt...." Teriak Citra tiba tiba sambil memberi pelajaran ke Seto karena telah berbuat mesum. Dengan kekuatan penuh, Citra memberikan pelukan keras kepunggung Seto, ia menghukum lelaki cabul itu dengan memberinya sengatan birahi.

"Hehehe... Makasih ya mbak... "

"Idiihh.... Ada gitu ya orang mesum kaya kamu itu... "Ejek Citra. "Eh tapi-tapi... Gimana rasanya begituan sama istri sambil ngebayangin orang lain..pasti lebih enak ya? Hihihi..." Tanya Citra penasaran.

"Enak sih mbak... Cuman bakalan lebih enak kalo beneran bisa ngajak ngewe orang yang dibayangin itu...Hahaha... Pasti enaknya banget banget banget...

"Yeeeeeee.... Maunya.... Awas loh sampe ketahuan yang punya... Hihihi..."

"Yaaa... Khan mas Marwan nggak ada disini mbak... Hehehe..."

Berkali-kali mendengar Seto menyebut nama suaminya, membuat perasaan aneh yang sedari tadi ada dihati Citra menjadi semakin terasa. Perasaan dilecehkan oleh mas Marwan tadi subuh, seolah mengubah Citra yang biasanya tabu meladeni ucapan-ucapan mesum orang lain, menjadi sosok yang haus akan kenakalan.

"Dasar cabul..." Kata Citra sambil kembali mencubit pinggang Seto.

"Addduhhh... Pedes bangeeeett.." Jerit Seto spontan.

"Sudah punya istri cantik, masih aja ngegodain istri orang..."

"Hehehe... Namanya juga usaha mbak..."

"Emang kamu kurang puas ama Anissa Set...?"

"Ya khan kalo punya dua istri bakalann lebih puas lagi mbak... Hahahaha...."

"Hihihihi... Kaya kamu kuat aja ngehadepin dua istri Set...? Secara tiap pagi main mulu..."

"Loh... kok mbak bisa tahu...?"

"Hihihi... Sekomplek kontrakan juga tahu kali Set... Wong kalian kalo begituan berisiknya minta ampun... "

"Hehehe... Habisan enak sih mbak..." Jawab Seto cengengesan. "Ga kebayang gimana rasanya punya dua istri... Apalagi kalo nambah istrinya kaya mbak... Biiiuuuhhh... Genjot teruuuusss..."

"Meesssuuuummm..." Ucap Citra lagi-lagi mencubiti tubuh Seto.

"Hahahaha... Ampun mbak ampun... Hahaha..." Kata Seto sambil tertawa-tawa kegelian. "Udah-udah Mbaaakk... Ampuuunnn"

"Bisa-bisanya ya kamu ngebayangin mbak jadi istri kamu..."

"Habisan salah mbak sendiri sih jadi orang kok cantik banget... Ya sudah tak ada jalan lain... Mbak harus terima saja resikonya..." gombal Seto, "Ga kebayang puasnya mas Marwan seperti apa... Pagi dikamar, siang diruang tamu, sore didapur, malem dihalaman belakang... Pasti dia puas banget ya mbak... Hehehe..."

"Hei hei hei... Nyetirnya tuh lihat jalan... Jangan merem-merem terus..." Tegur Citra.

"Hahaha... Ngobrol ama mbak tuh bikin adem panas... Bikin aku jadi..."

"Horny...?" Potong Citra, "Pantesan keras banget jendolan celananya....." Tambah Citra tanpa malu-malu lagi.

"Jendolan apaan mbak...?" Tanya Seto pura-pura nggak tahu.

"Jendolan yang ini niiiihhhh........" Jawab Citra sambil meremas selangkangan Seto.

Entah keberanian darimana, jemari lentik Citra tiba-tiba meremas batang penis lelaki yang bukan suaminya itu. Dan seketika itupula, Citra menyadari jika apa yang ia remas bukanlah batang biasa.

"Astaga besar sekali...." Batin Citra dalam hati

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel