Bab 8 Bimbang
"Ndo, bangun udah siang," bisikan lirih ibu Nadin.
Mata Nadin yang sembab karena menangis semalaman tak kuasa ia sembunyikan. Hal ini membuat kepalanya pusing dan lemas hingga ia demam.
"Bu, hari ini aku ngga sekolah dulu ya, badan ku sakit semua aku mau istirahat aja," jawab Nadin dengan suara lemas.
"Kamu sakit? Ibu buatin teh panas sama ambilin obat ya," ucap Ibu Nadin.
Pagi itu terasa berat bagi Nadin untuk menjalankan kehidupan yang mungkin akan baru lagi di halaman buku nya.
*Ddrrrttt....drrtttt...dddrtttt....*
"P
Nadin
tolong jawab telepon saya
P
P
p
km masih marah?"
Nadin melempar hp nya dan tidak ingin melihat pesan-pesan dan telepon dari Romi. Baginya semua sudah berakhir terlalu cepat, ia akan menjalani kehidupan baru nya dengan lebih mudah sekarang.
Seharian itu pun Nadin habiskan dengan tidur di kamar, tanpa ia sadar jika hp nya terus berdering dan berkali-kali notifikasi chat nya tak henti-henti berbunyi.
Siang itu Stela tiba-tiba datang kerumah Nadin dengan raut wajah excited entah hal apa yang membuatnya begitu girang setelah pulang sekolah.
"Assalamualaikum, buk.. Nadin e wonten? (Bu Nadin nya ada?" sapa Stela.
"Waalaikumsalam, ono Stel nek kamar, mlebu a ibuk tak masak sek ya (ada stel dikamar, masuk aja ibu masak dulu ya)" jawab ibu Nadin.
"Naaadddiiinnn tangi o pancet ae turu opo latihan modar kon? (Nadin bangun kebiasaan tidur terus apa latihan mati)" Stela dengan suara stereo nya terus menerus membangunkan Nadin yang menutup telinga nya menggunakan bantal.
"Wasu kon napa seh ganggu ae, lapo tumben jam semene kon bali?(anj* kamu kenapa sih ganggu aja, kenapa tumben jam segini udah pulang?)" Nadin meninggikan suaranya.
"Heh ada untungnya Nad Nad lu gak masuk sekolah hari ini hahaha," Stela semakin sumringah dan berbaring di kasur sembari senyum-senyum tidak jelas.
"Ya, paling lu bisa ngecengin mustopa kan ga ada gue, kebaca,” jawab Nadin malas.
"Wwwooo lebih dari itu cok,,, ada murid baru ganteng puooollll rek aku klepek-klepek," ledek Stela.
"Halah standar gantengmu itu paling mentok kaya udin jambrong kelas lu kan," timpal Nadin.
"Sakarepmu cok, kalo di bilangin ngeyel terus, besok lu liat sendiri dah," ujar Stela.
"Iya kalo udah mood sekolah ya," jawab Nadin.
"Eh Nad, Romi WA gue terus loh, katanya lu ngambek terus udah gak mau foto lagi, kenapa si?" tanya Stela.
"Dah ah males bahas dia, intinya dia cuma mau ngent*t doang di otaknya," jawab Nadin kesal.
"Yaudah lah lu gak bisa di ajak overthinking hari ini, gue balik yah, besok masuk lu ya awas," Stela berlalu dari rumah Nadin.
*Keesokan harinya
Pagi yang begitu cerah dan Nadin bersemangat memulai hari barunya lagi. Nadin merasa dia tidak terlalu terlambat berangkat ke sekolah, namun mengapa kelas sudah penuh dengan siswi perempuan yang sungguh terlihat aneh.
"Heh cut, ada apaan tumben pada berangkat pagi gini," tanya Nadin heran.
"Ohh,itu mereka lagi daftar pemilihan miss universe buat dapetin pangeran," jawab icutt bercanda.
Keadaan kelas mulai tidak kondusif setelah beberapa saat para siswi perempuan berbisik-bisik dan tiba seorang siswa laki-laki memasuki kelas dan seketika keadaan mulai histeris.
"Lang, Gilang duduk sini sini" suara siswa perempuan yang berebut perhatian siswa baru itu untuk duduk di sebelahnya.
"Yaelah kirain ada apaan, murid baru doang pada lebay" gerutu Nadin.
Tanpa di duga siswa baru itu menghampiri bangku Nadin dan duduk di sebelahnya. Sontak siswi perempuan makin histeris iri kepada Nadin.
"Woalah selerane sing koyo melon ta, aku pepaya iki mas ora dilirik a? (Oalah seleranya yang melon ya, aku pepaya mas apa ga mau lirik?)" celetuk salah satu siswi.
"Hai, aku Gilang" sambil mengulurkan tangan.
"Bukan Gilang bungkus kan?" Celetuk Nadin dengan masih sibuk dengan ponselnya.
Gilang terdiam dan mencoba mengalihkan konsentrasi ke lain hal. Hari itu hampir semua siswi perempuan berwajah cerah kecuali Nadin, dia tak habis pikir kenapa semua orang terlalu lebay dengan murid baru ini. Iya memang di sisi lain Gilang ini berpostur tinggi, putih, tampan dan yang paling membuat hati wanita luluh, saat ia menatap dengan senyumannya yang manis tiada tara.
Tapi itu tak berlaku pada Nadin, yang menganggap Gilang sama saja dengan siswa lain. Siang itu sekolah telah selesai dan di karenakan hari jumat sekolah lebih awal bubar.
"Woi Nad, udah ketemu calon pangeran gue belum?" Kejut Stela.
"Apaan sih, semua orang bahas dia mulu bosen," jawab Nadin.
"Nadinnnn,” panggil seseorang dari ujung kelas, ternyata itu Gilang.
"Hahhhh itu Gilang cok, itu lu di panggil wahhh lu udah nyolong start duluan kenalan ya," ledek Stela.
“Pasti dia tau nama gue pas tadi di absen guru deh di kelas,” batin Nadin.
"Hei Nad, boleh ngobrol sebentar ngga berdua," ajak Gilang dengan memberi kode tatapan ke Stela.
"Ooohh boleh banget dong, silahkan bawa aja gapapa kok, gue duluan ya," Jawab Stela.
"Ada apa lagi sih, lu ganggu mulu deh heran, mau ngomong apa buruan gue buru-buru,” jawab Nadin ketus.
"Ikut gue," Gilang menarik tangan Nadin dan membawanya menuju parkiran. Sesegera mungkin Gilang mengajak Nadin untuk mengikuti nya naik ke motor KLX nya dengan mempersiapkan helm yang ternyata sudah dipersiapkan Gilang sebelumnya.
"Anjing lu mau bawa gue kemana sih, mau nyulik gue ya lu, turunin gue sekarang," teriak Nadin diatas motor.
"Pegangan atau lu akan malu karena jungkir balik di motor gue," ancam Gilang.
Seketika Gilang sedikit mengegas motornya dan Nadin pun hampir jatuh dari motornya. Mau tak mau, Nadin berpegangan erat pada Gilang.
45 menit di atas motor Nadin tetap tak tahu akan kemana, sepanjang jalan ia bertanya namun tak mendapatkan jawaban sama sekali hingga Nadin pasrah, ia ingat membawa sisir dengan ujung runcing mirip sisir salon yang ia siapkan untuk berjaga-jaga kalau ia benar diculik. Motor pun berhenti disebuah base camp kaki gunung di wilayah itu.
"Eh lu kira-kira dong nyulik orang kesini, kenapa gak makan di cafe atau nonton di 21 gitu,” cerocos Nadin.
"Siapa juga yang mau buang duit buat cewe kaya lu" jawab Gilang.
“hah cewe kaya gue? Apa maksudnya?” batin Nadin.
Kekesalan Nadin makin memuncak saat ia ditinggal begitu saja. Ia mengikuti Gilang dari belakang dan sampai ke sebuah warung yang ternyata sudah banyak teman-teman Gilang dari komunitas Pecinta Alam Bikers.
"Weii brother Gilang, kesini ama siapa nih," sambut mereka.
"Ah sama temen, eh diatas ada hammock gak, mau ngadem dulu," tanya Gilang.
"Aman lang, cuman dari seminggu ujan terus, tiati licin ya," ucap salah satu teman Gilang.
Sore itu Gilang hiking ke gunung itu namun tak sampai 20 menit Nadin mengikutinya, ia berhenti di sebuah lahan camp yang indah luar biasa dengan pohon rimbun dan beberapa alat istirahat disana seperti hammock, kompor gas ala anak gunung dan lazy sofa yang ditata sedemikian rupa.
"Capek lu?" Tanya Gilang.
"Gak," jawab Nadin kesal.
Gilang langsung merebahkan tubuhnya di atas hammock sedang Nadin di lazy sofa.
"Ini tempat favorit gue kalo lagi penat, dan gue ajak lu ke sini karena dari muka lu keliatan banget lu banyak masalah kan,” terka Gilang.
"Selain lu orang yang menyebalkan lu juga sok tau ya,” jawab Nadin.
"Gue tau karna gue pernah ngerasain, lu boleh bohong sama gue tapi lu ga bisa bohong sama alam," ucap Gilang.
"Apapun masalah gue, gue lebih ngerasa lega kalo sendirian dan gak sama elo," jawab Nadin.
"Terserah deh lu mo ngomong apa, lu rasain gimana alam kasih jawaban dari banyak nya masalah elu, nikmatin hembusan anginnya, dengarkan ranting daun bergesekan tapi awas jangan ketiduran," ucap Gilang.
"Apapun bentuk lu, bomat lah gue ikutin yang ini karna gue pusing dengerin lu ngomong," ucap Nadin.
Nadin pun langsung memejamkan matanya dan merebahkan tubuhnya di atas lazy sofa tersebut. Ia mengikuti arahan Gilang dan mulai rilex merasakan hembusan angin dan suara ranting pohon yang bergesekan.
Sejam berada di alam, mereka tak mengobrol lagi dan hanya menikmati alam dengan cara yang diberikan Gilang. Tak berselang lama rintik hujan mulai turun diiringi langit yang mulai gelap seiring senja yang berlalu. Hujan deras seketika mengguyur tanpa memberi aba-aba.
"Ooo shit, kita neduh ke posko deket camp di sana Nad," ajak Gilang sembari bergegas turun.
Gilang dan Nadin sampai ke posko camp yang sudah tidak ada orang lagi satupun di sana.
"Nad, sorry ya" Gilang memberikan jaket yang ia simpan di tas nya.
"Gak apa-apa," sambil tersenyum Nadin memulai suasana.
"Gue minta maaf udah galak banget sama lu, makasih buat hari ini," Nadin mulai tersenyum.
"Tapi biasanya ujannya gak mendadak gini, duh kita bisa kejebak sampe malem kalo gede gini ujannya, sorry banget bikin lu basah," ucap Gilang merasa bersalah.
"Yaelah hujan air juga, kalo hujan meteor baru lu minta maaf, lagian gak akan lama kok ujan gede gini, bentar lagi juga reda,” ujar Nadin.
Hampir 20 menit berlalu namun hujan tak kunjung reda. Nadin mulai merasa kedinginan saat itu. Seketika suasana berubah hening dan hanya ada suara petir dan hujan deras menjadi backsound pemandangan tersebut.
Gilang menatap dalam ke Nadin begitu lama, hingga ia terpesona melihat Nadin yang begitu cantik di hadapannya dengan rambutnya yang tergerai dan basah karena hujan. Membuat Gilang merasakan jantungnya berdebar kencang tak tertahan.
Seketika Nadin pun menatap Gilang sangat dalam. Entah apa yang ada di dalam kepala Nadin hingga ia terdiam mematung ketika Gilang perlahan mendekatkan bibirnya ke bibir Nadin. Ciuman hangat Gilang langsung di balas dengan lembut oleh Nadin.
"Ouh, so sorry Nad, gue gak maksud buat...." belum selesai Gilang meneruskan perkataannya tiba-tiba Nadin memegang kepala Gilang dan ciuman panas pun terjadi seiring dengan tangan Nadin yang mencengkram kuat rambut Gilang.
