Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Demi

*Krriinnggg kriiinnggg krrrinnggg*

Bunyi alarm yang berulang kali mengganggu tidur nyenyak Nadin di pagi hari itu.

"Hhhuuuaaaahhhhh," hasrat tidur nya harus terhenti karena ia harus segera mandi dan berangkat ke sekolah.

Nadin menuju kamar mandi dengan gontai.

"Hikss,hikkss iya juragan saya pasti lunasin hutang-hutang suami saya, saya hanya butuh waktu, saya akan cicil,” suara ibu Nadin.

Tak sengaja Nadin mendengar suara ibunya yang sedang menelpon dari dalam kamar dengan nada yang sedih dan lirih. Semakin ia penasaran dan mendekatkan telinganya ke pintu kamar ibunya.

"Baik juragan, sekali lagi saya minta waktu, minggu ini saya bayar dulu separuhnya," ucap ibunya.

Nadin tiba-tiba membuka pintu kamar ibunya dan langsung menodong banyak pertanyaan pada ibunya yang masih menangis sehabis menerima telepon.

"Bu, bilang ke Nadin bu, bapa hutang pada siapa lagi? Berapa bu? Nadin bayar bu, Nadin sudah kerja bu sekarang, Nadin bisa bayar kok bu hutang-hutang bapak," Protes Nadin.

Sembari mengelap air mata nya ibu Nadin pun berkata dengan nada sendu.

"Sudah nduk, ini urusan ibu, tugas kamu hanya sekolah dan belajar," Ibu Nadin terisak-isak menahan kesedihannya.

"Bu, Nadin gamau ibu sedih kaya gini karena bapak yang meninggalkan hutang-hutang yang begitu banyak, yang ibu sendiri ga tau bapa hutang untuk apa,” protes Nadin dengan kekesalan.

Ibu Nadin berlalu begitu saja meninggalkan Nadin yang masih dengan kekesalannya karena ulah bapaknya yang meninggalkan mereka dengan hutang-hutang yang banyak.

*****

Disekolah Nadin pun banyak menghabiskan waktu dengan melamun sepanjang hari.

Stela menghampiri Nadin yang sedang melamun di meja nya sambil memangku kepalanya dan memainkan bolpoin entah sudah berapa lama.

"Halooo calon model terkenalllll," goda Stela.

"Gue pusing stel," Jawab Nadin.

"Pusing nerima Rendi apa Bagas? Apa bingung nolak Aris, Candra, Mustofa, Doni, ...."

"Apaan sih lu malah bahas cowok mulu," potong Nadin.

"Lagian lu pusing napa dah, lu punya semuanya, tinggal pilih mau cowo yang mana,terus lu juga pinter, model pula hahaha pusing kenapa?" Cerocos Stela.

"Gue butuh duit stel," curhat Nadin.

"Wah wah, kalo duit lu salah orang Din hehe," jawab Stela.

"Gue juga milih-milih kali kalo mau minjem juga, ga bakal minjem elu,” ucap Nadin.

"Sialan lu," ujar Stela.

"Emang buat apa sih? Lu sekolah kan dapet beasiswa, udah ga pusing sampe lulus juga, beda sama gue, otak gue pas pasan, eh tapi coba lu minta tolong sama Om Romi kali bisa bantu kasih plus job," Ujar Stela.

"Anjeng, gue bukan mau jual diri bego," jawab Nadin.

"Woy bangsat gausah ngegas dulu, gue suruh lu tanya Romi bukan buat jual diri bego, lu minta job poto lebih bangke," gerutu Stela.

"Eh iya bener anjir, tumben otak lu jalan," jawab Nadin.

"Anjir ni bocah cakep-cakep telmi, yaudah lah sono lu WA, gue mau ke lapang dulu, mustofa lagi main basket pasti keren banget dah, dadah zeyeng," Stela pergi.

Saat itu Nadia langsung mengambil Hp nya dan mengirim pesan kepada Romi.

"Siang Om" pesan yang di kirim Nadin.

"Hei manis, ada apa nih?" balas Romi.

"Emm, gini om, Nadin lagi butuh uang lebih nih om, maaf ya om kalo nggak sopan, tapi bisa ga om kasih job lebih gitu buat Nadin om, pulang malem juga gak apa-apa om,” pesan Nadin.

"wahhh, kalo bulan ini belum ada beib, tapi kalo job lain ada," balas Romi.

"Apa aja deh om, Nadin butuh banget soalnya," pesan Nadin.

"Bener nih apa aja? hahaha oke deh besok malam datang ke sini ya, nanti om shareloc,” balas Romi.

"Makasihhh om makasih banget," balas Nadin tak lupa memberikan emotikon senyum.

Hari itu Nadin merasa sedikit lega karena ia akan mengambil job lebih dari Romi. Setidaknya bisa membantu ibu nya untuk melunasi hutang-hutang ayah Nadin yang entah berapa jumlahnya karena ibu nya tidak mau memberi tahu dengan detail jumlahnya.

Akhirnya sepulang sekolah Nadin segera menuju lokasi yang telah diberikan oleh Romi. Setibanya di tempat tersebut Nadin langsung menghubungi Romi untuk menanyakan kemana ia harus pergi.

*dddrrrtttt..... ddrrrttttt..... ddrrrtttttt

"Haloo, om Nadin udah didepan nih,” ucap Nadin di telepon.

"Oke om kesitu tunggu ya,”

Sore itu Nadin yang masih mengenakan seragam sekolah terlihat begitu manis karena rambut yang tergerai menambah keseksian gadis itu.

"Halo sayang, kamu cantik sekali hari ini," Puji Romi.

"Eh Om bisa aja, jadi kita foto di mana ni om, biar Nadin ganti baju dulu dimana ruangannya?" Celoteh Nadin.

"Santai sayang, kita masuk dulu aja yuk,” Ajak Romi.

Nadin bingung mengapa studio itu beda dari biasanya, sejauh mata memandang ia melihat banyak wanita sexy lalu lalang di depannya. Akhirnya Nadin berada di sebuah studio dan terdapat satu buah ranjang besar di tengah ruangan itu. Mungkin lebih tepatnya kamar yang diubah menjadi studio foto.

"Om kita foto tema baju tidur ya?" Tanya Nadin.

"Engga beib, kita mau bikin trailer buat majalah kamu nanti," Jawab Romi.

"Lah kita mau bikin film to?" Tanya Nadin heran.

"Udah ikutin aja deh," Perintah Romi.

10 menit kemudian Nadin keluar dari ruang ganti mengenakan baju tidur yang amat sexy, ya lebih tepatnya daster tidur dengan bahan menerawang mirip seperti lingery. Nadin merasa risih dengan baju yang ia kenakan dan menjadi pusat perhatian orang di dalam ruangan itu.

"Om apa aku harus pake baju ini?" Tanya Nadin sambil menutupi dada dan merapatkan kakinya menghalang mata melihat bagian tubuhnya.

"Wow, you are so beautifull baby," Puji Romi dengan mata melototnya.

"But, I feel it's very sexy," Protes Nadin.

"No babe, you are looks so beautiful,” ucap Romi.

Dan proses pembuatan video pun berlangsung. Nadin mengikuti semua arahan produser hingga tak sadar ia berani berpose nakal di depan kamera. Nadin memainkan BH nya hingga hampir terlepas dari tubuhnya.

"Oke kita break dulu ya," Teriak salah seorang kru.

Setelah beberapa saat Romi pun menghampiri Nadin dan memberikan beberapa arahan berikutnya.

"Nad, abis ini ada talent cowo yg masuk frame ya, agak sedikit manja aja seperti orang pacaran ya," Ujar Romi.

Nadin hanya mengangguk dan segera kembali ke posisi nya semula di tengah ranjang masih dengan baju tidurnya yg lebih mirip lingery itu.

Sampai tiba saatnya masuklah seorang lelaki tampan dengan memakai celana boxer ketat yang tak kalah menggairahkan dari Nadin. Nadin terbuai dengan tatapan nya yang seolah memasuki tubuhnya.

Saat Nadin menutup matanya karena arahan crew tiba-tiba tangan lelaki itu merangkul Nadin dari belakang dan seketika meremas payudaranya perlahan. Nadin sontak kaget dan reflek menampar lelaki itu.

"Anjeng kurang ajar lo," teriak Nadin.

Nadin bergegas lari keluar ruangan itu menuju kamar ganti sambil sesekali meneteskan air mata meratapi apa yang barusan dia alami.

"Nad, what's wrong?” Tanya Romi.

" Om, saya menerima pekerjaan hanya untuk pemotretan bukan untuk di grepe-grepe," teriak Nadin.

"Hey honey, tenang dulu tenang, ini memang resiko di dunia permodelan sayang, kamu harus terbiasa," jawab Romi.

"Om, jangan fikir karena saya butuh duit jadi mau lakuin apa aja, engga dengan menjual tubuh saya untuk dieksploitasi gini," ujar Nadin berusaha menahan semua amarahnya.

"Heh, gausah munafik jadi wanita, dengan kamu mau difoto ngeliatin toket mu itu apa namanya bukan jual tubuh? Gausah jual mahal, saya bisa bayar banyak wanita seperti kamu di luar sana,” bentak Romi sembari mencengkram dagu Nadin.

"Oh, silahkan saja, tapi kalau untuk hal seperti ini saya lebih baik ga pernah mengenal anda sama sekali,” Nadin lari memunguti baju dan tas nya.

Malam itu menjadi malam sangat kelam baginya. Teringat kembali bagaimana kejadian bertahun-tahun lalu yang membuat Nadin semakin menangis sejadi-jadinya jika teringat masa itu.

Nadin dengan masih tersedu-sedu di sepanjang jalan menuju pulang, hingga ia tak menyadari hari telah menuju petang. Nadin terus berjalan menyusuri trotoar jalan yang entah ia akan melangkahkan kakinya kemana. Nadin terduduk di pinggir jalan dengan masih menangis tanpa menghiraukan beberapa orang yang melihatnya.

Akhirnya ada seseorang yang memarkirkan motornya tepat di depan Nadia dan segera turun untuk menghampirinya.

"Nadin, kamu ngapain di sini," ucap lelaki itu.

Ternyata Mustofa tak sengaja melihat Nadin yang tengah menangis di pinggir jalan langsung menghampirinya.

Nadin yang masih tak kuasa akan kesedihannya dengan tiba-tiba memeluk Mustofa. Mustofa pun membalas pelukan erat Nadin yang malah menangis kencang di dalam pelukannya.

"Kamu abis di jambret? Apa di todong? Apa di sakitin siapa?" Tanya Mustofa.

Nadin tidak menjawab pertanyaan Mustofa dan malah membalasnya dengan tangisan yang makin kencang.

"Udah udah, kamu aku anterin pulang ya sekarang," ujar Mustofa.

Mustofa memberikan jaketnya pada Nadin yang terlihat sangat kedinginan saat itu. Di sepanjang jalan Nadin memeluk erat Mustofa dengan kepala yang ia sandarkan di punggungnya. Entah Nadin tertidur atau sedang melamun, yang pasti Mustofa tidak berani bertanya dan memelankan laju motornya agar Nadin tidak terjatuh jika benar ia tertidur.

Sesampainya di rumah, Mustofa membangunkan Nadin perlahan.

"Nad, Nad, udah sampe nih bangun yuk,” tepuk Mustofa pelan.

Nadin segera bangun dari motor Musthofa.

"Makasih ya Mus, gue gak tau kalo tadi lu gak lewat gimana gue pulangnya," ujar Nadin.

"Iya sama-sama, yaudah lu masuk cepetan udah malem, ntar masuk angin," ucap Mustofa.

"Nih, makasih juga jaketnya," Nadin memberikan jaket Mustofa.

"Udah pake aja dulu lu kedinginan, cepat masuk ya, gue pamit dulu, daaaa," Mustofa segera menyalakan motornya dan pergi.

Malam itu menjadi malam yang sangat melelahkan bagi Nadin. Sekarang ia sudah tidak memiliki pekerjaan lagi, bukan saja karena ia sangat menginginkan pekerjaan itu, tapi uang yang dihasilkan dari pekerjaannya sebagai model bisa dibilang lumayan untuk membantu ibu nya melunasi hutang-hutang ayahnya itu. Namun apa lah arti uang-uang itu jika harus dibayar dengan menjual tubuhnya. Pikirannya yang sedang kacau malam itu membuat ia tertidur pulas dengan masih menggunakan seragam sekolahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel