Gerbang Sekolah 5
"Akhirnya Nani bisa pergi dengan damai. Aku tak menyangka kita bisa memecahkan masalah ini. Kira-kira, kasus berikutnya apa yah?" ucapku lega.
"Semoga kasus berikutnya tidak akan membahayakan nyawa kita." sambung Erin.
Sesampaiku dirumah, aku langsung membuang tubuh ku ke kasur empuk kesayanganku. Karena besok adalah hari libur. Aku berencana untuk berolahraga kecil besok ditaman dekat rumah. Aku mengambil ponselku untuk menyetel alarm untuk besok pagi.
"Tinggg!!!... "
Sebuah pesan yang masuk diponselku, ternyata ini adalah berita dari grup sekolahku.
Berita ini berisi tentang kematian Nani. Tetapi, berita ini tampaknya sudah sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kasus ini benar-benar sudah terpecahkan.
Setelah itu, aku bangkit dari kasurku. Lalu aku membersihkan tubuhku. Kemudian turun untuk makan malam.
.
.
.
Di meja makan
.
.
.
"Bagaimana sekolah barumu? Apa kau sudah menemukan apa yang kau cari? " tanya ayahku memecahkan keheningan saat ini.
"Ayah, aku dan Erin sudah berhasil memecahkan satu misteri yang ada di sekolah itu." jawabku dengan semangat.
"Benarkah? Waahhh, Ayah bangga padamu. Lain kali jika kau ingin memecahkan kasus lagi, Ayah mohon berhati-hatilah. Kalian berdua harus saling melindungi." ayah menasehatiku dengan sangat tenang. Ini yang membuatku terus tenang dalam memecahkan kasus-kasus seperti ini.
Selesai makan aku langsung menuju ke kamar. Aku rasa mata ingin sekali tertutup. Tubuhku rasanya sakit semua. Akhhh. Baru satu kasus yang aku pecahkan bersama Erin, lelahnya minta ampun.
Belum lama aku rebah dikasur, mataku sudah terlelap.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya....
.
.
.
Aku sudah siap dengan pakaian olahraga dengan sepatu putih kesukaanku. Tak lupa aku memasang headfree ditelingaku. Aku mengikat rambutku yang panjang. Aku mulai berlari dari rumah sampai ke taman yang ku maksud semalam.
Sesampaiku ditaman yang jaraknya sekitar 400 meter dari rumah. Aku merasa sedikit lelah dan haus. Jadi aku memutuskan untuk membeli sebotol air minum dingin.
"Pak, air minum ini harganya berapa?" tanya ku pada penjual air minum yang ada ditaman.
"5 ribu, dek." jawab penjual itu.
Aku mengambil uang yang ada dikantongku. Dan sialnya aku lupa membawa uang sepeser pun.
Bagaimana ini?
"Ini pak. Sekalian dengan minuman perempuan ini." ucap seorang pria yang berdiri disamping kananku.
Aku langsung melihatnya. Aku terkejut saat melihat wajahnya. Rupanya ia adalah pria yang aku lihat diruang perlengkapan olahraga waktu itu.
"Terima kasih banyak." ucapku sambil sedikit membungkuk padanya.
"Tidak masalah. Oh iya, siapa namamu? Perkenalkan namaku Andre." ucap pria ini yang menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat.
"Namaku Tami. Dan sepertinya aku pernah melihatmu disekolah." jawabku yang sekarang sudah berjabat dengannya.
"Kau pernah melihatku? Dimana?." tanyanya heran
"Aku melihatmu di ruang perlengkapan olahraga. Kamu sepertinya sedang memilih bola basket." jelasku.
Dia mengangguk sambil tertawa kecil. Saat aku melihat dia tertawa. Hatiku seketika bergetar. Dia begitu tampan dengan gigi kelincinya. Dia sangat ramah ternyata.
"Aishh apa yang aku pikirkan, sadarlah Tami." kataku dalam hati.
"Kalau begitu aku permisi dulu. Sekali lagi terima kasih banyak." ucapku kemudian membungkuk. Dan aku langsung meninggalkannya.
Huffttt...
"Untung saja aku cepat pergi dari sana. Kalau tidak mungkin semua tubuhku akan bergetar. Mengapa ada manusia setampan dia didunia ini." ucapku sambil berjalan kembali ke rumah.
Sesampaiku dirumah, aku langsing membersihkan tubuhku yang penuh dengan keringat.
Lalu aku memutuskan untuk benar-benar membuat tubuhku rileks setelah kejadian kemarin. Aku menuju ke ruang tengah dan menonton tv disana.
"Tingggg Tunggggg... "
Suara bel rumahku, yang membuat ku batal tertidur. Sialnya aku. Aku langsung berdiri dan membuka pintu untuk seseorang yang ada diluar.
Dan ternyata itu Erin.
"Wahh, silahkan masuk, Erin." aku mempersilahkan dia masuk dan langsung duduk di kuris tamu.
"Sudah lama aku tak berkunjung ke rumahmu." kata Erin.
Akhirnya aku menghabiskan sisa libur ku untuk hari ini bersama Erin.
Erin menghabiskan waktunya disini. Sampai sebuah mobil berhenti didepan rumahku. Dan itu adalah ibu Erin. Aku mempersilahkan dia masuk dan mengobrol dengan ibuku. Tak lama kemudian, mereka pun berpamitan untuk pulang.
Senang rasanya bisa berteman dengan Erin. Dia adalah anak yang baik, ramah dan pintar. Dia agak sedikit penakut tapi aku lebih penakut darinya. Dia sudah ku anggap seperti kakakku sendiri. Yah, aku lebih muda 3 bulan darinya. Dan satu hal lagi yang membuat aku dan Erin merasa begitu sangat kompak. Yaitu aku dan Erin adalah anak indigo.
.
.
.
Keesokan harinya saat di sekolah
.
.
.
Mata pelajaran pertama hari ini adalah olahraga. Semua siswa dikelas ku sudah siap dengan pakaian Olahraganya yang sudah disiapkan oleh sekolah termasuk aku dan Erin. Pertama-tama adalah guru olahraga yang bernama Yusuf ini mengabsen semua siswa. Kemudian kami melakukan pemanasan sebelum melakukan kegiatan.
"Baik anak-anak. Sebelumnya ada yang merasa tidak enak badan? Kalau ada silahkan ke UKS." tanya Pak Yusuf pada kami.
Dan rupanya tidak ada yang merasa tidak sehat.
"Kalau begitu, kita mulai saja. Pelajaran kita hari ini adalah permainan bola basket." jelas Pak Yusuf.
Setelah menjelaskan sedikit tentang permainan bola basket. Kami diminta satu persatu untuk memasukkan bola ke dalam ring. Dan diurut sesuai daftar nama yang sudah ada. Pertama adalah giliran Erin. Dan pastinya bola dapat masuk dengan sempurna ke dalam ring. Begitupun dengan siswa lainnya. Dan sekarang adalah giliranku. Aku memasukkan bola ke dalam ring. Tetapi tidak bisa tepat masuk ke dalam ring. Percobaan kedua pun sama. Mungkin karena ukuran tubuhku yang agak pendek, makanya susah untukku memasukkan bola itu. Percobaan ketiga, aku melakukannya dengan melompat lebih tinggi lagi. Dan tentu saja, bolanya berhasil masuk ke dalam ring.
Setelah semua siswa melakukan hal yang sama. Tiba-tiba saja ada seorang siswa yang mengeluarkan darah dari hidungnya. Lalu ia dibawa ke UKS oleh temanku yang lain. Karena penasaran, aku dan Erin mengikuti mereka ke UKS. Dan setelah sampai disana, semua orang keluar. Kecuali aku, Erin dan siswa yang sakit ini.
"Kenapa hidungmu tiba-tiba mengeluarkan darah tadi? Dan siapa namamu?" tanyaku yang sedari tadi berdiri disebelah tempat tidur yang ditempati oleh siswa ini. Dengan Erin yang masih setia denganku.
"Namaku Sindyandra. Panggil aku Sindy. Aku memang sering mimisan seperti ini. Mungkin kalian tahu penyebabnya. Karena aku pernah melihat kalian di gerbang sekolah waktu itu." jelasnya.
"Jadi maksudmu, kau ini memiliki kemampuan yang sama seperti kami." spontan Erin yang langsung mendekat sedikit ke arah Sindy.
"Yah, begitulah. Aku tadi merasa seseorang memperhatikan ku. Makanya hidungku mengeluarkan darah." jelasnya lagi.
"Oh begitu, kau mau bergabung dengan kami. Kami pindah kesini sebenarnya punya tujuan lain. Kami ingin memecahkan misteri yang ada disekolah ini." tawarku.
"Sepertinya menarik. Baiklah aku ikut. Lalu apa yang akan kita lakukan berikutnya?." tanya Sindy.
"Seperti yang kau katakan tadi. Ada seseorang yang memperhatikanmu di ruang olahraga, kan? Itu yang akan kita pecahkan kali ini. Bagaimana?" ucapku lalu dilanjutkan dengan anggukan mereka berdua.
Ternyata ada juga anak indigo disekolah ini. Dengan adanya dia, pemecahan misteri disekolah ini akan semakin menarik. Tapi kira-kira, ada apa dengan ruang olahraga? Apakah kasusnya sama dengan Nani? Atau mungkin lebih parah lagi?
Aku pun tak tahu.
Setelah hidung Sindy sudah tak mengeluarkan darah lagi. Kami pergi dari UKS dan menuju keruang olahraga tadi karena jam pelajaran olahraga belum selesai.
Sesampainya kami disana. Erin yang berjalan didepan tiba-tiba berhenti. Entah apa yang menbuat dia tiba-tiba berhenti. Tapi firasatku mengatakan bahwa Erin melihat sesuatu. Karena aku merasakan hawa yang berbeda disini. Dan jangan lupakan Sindy, hidungnya mengeluarkan darah lagi. Tapi kali ini hanya sedikit darah yang keluar.
"Apa kalian merasakannya? Dia sekarang berada di belakang ring basket itu. Lihatlah." ucap Erin sambil menunjuk ke arah ring basket yang ada di belakang Pak Yusuf.
Sindy yang langsung melihatnya juga tersentak. Lalu aku juga mulai penasaran dengan apa yang mereka lihat. Aku mulai mengarahkan mataku ke arah yang Erin maksud tadi.
Dan yang ku lihat adalah....