Gerbang Sekolah 4
"Nani adalah hantu itu. Dia mati karena dibunuh. Dan kurasa, dia belum tenang karena rumor yang beredar bahwa dia bunuh diri." jelasku yang membuat Tami mengganguk paham.
Akhirnya kami telah mengetahui apa yang terjadi di gerbang ini. Tapi kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan selanjutnya.
Nani meninggal digerbang ini. Dibunuh oleh 4 siswi secara mengenaskan. Dan dia memiliki kekasih. Dan dia juga sempat menyebut orang tuanya sebelum jiwa nya meninggalkan raganya.
Setelah mempertimbangkan hal itu, Tami memiliki ide untuk memberitahu hal ini kepada orang tuanya, kekasihnya dan meluruskan rumor ini kepada semua orang.
Langsung kami menuju ke ruang informasi dan data yang ada di lantai satu. Kami menjelaskan apa tujuan kami disana. Karena orang yang bertugas diruangan tersebut memang sudah mengetahui rumor tentang Nani ini, jadi dia mempermudah urusan kami. Setelah mendapatkan alamat rumah Nani, kami langsung berangkat menuju alamat tersebut menggunakan taksi.
Tak perlu waktu lama, kami sudah sampai di alamat rumah Nani. Langsung saja kami mengetuk pintu rumah dan muncullah seorang wanita paruh baya yang mungkin ini adalah ibu dari Nani.
Dia mempersilahkan kami masuk dan duduk dikursi tamu. Kami menjelaskan siapa kami dan apa yang ingin kami sampaikan padanya. Tak perlu waktu lama, ibunya Nani sudah memahami maksud kami.
"Jadi begitu kejadian yang sebenarnya. Selama ini aku mengira bahwa Nani telah bunuh diri. Tetapi ternyata, dia tidak melakukannya. Dia adalah anak yang baik dan sangat penurut. Bahkan dia mempunyai banyak sekali teman. Pelaku itu harus mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya sendiri." kata ibu Nani.
"Ngomong-ngomong, ayah Nani kemana yah?" tanya Erin.
"Ayah Nani sudah lama meninggal. Dia meninggal karena mengalami serangan jantung setelah mendengar kabar bahwa Nani mati karena bunuh diri." jelas ibu Nani.
"Kalau begitu, maukah ibu menemui arwah Nani? Arwah Nani belum tenang sampai sekarang. Mungkin karena ia ingin bertemu dengan ibunya." tawar ku yang langsung mendapat anggukan dari ibu Nani.
Kemudian, ibu Nani berjalan menuju kamar dan keluar dengan baju yang berbeda. Kami berangkat ke sekolah menggunakan mobil ibu Nani.
.
.
.
Setelah sampai di sekolah tepatnya di gerbang sekolah
.
.
.
"Mana Nani? Apakah dia ada disini? Aku ingin bertemu dengannya. Aku rindu padanya." ucap ibu Nani dengan tangisan yang mengharukan.
"Bersabarlah. Jangan menangis saat Nani ada di sini. Kumohon" kata Erin sambil menenangkan ibu Nani.
Tak lama kemudian, muncullah sosok Nani. Di hadapan ibunya. Tentu saja, ibunya pasti tak bisa melihatnya.
"Nani ada disini. Sekarang dia berdiri tepat didepanmu. Katakanlah apa yang ingin kau katakan padanya." kata ku sambil menatap ibu Nani yang masih menahan tangisnya.
Ibu Nani berjalan maju perlahan.
"Apakah itu kau Nani? Ibu sangat merindukan mu. Maafkan ibu karena sudah mengira yang tidak-tidak terhadapmu. Jika kau belum tenang karena, mengira ibu belum memaafkan mu. Kau salah. Ibu sudah memaafkan mu sejak lama sekali. Ibu harap setelah ini kau bisa beristirahat dengan tenang disana. Ibu selalu menyayangi mu, nak. Pergilah dengan tenang." ucap ibunya yang masih berusaha menahan air matanya.
Setelah ibu Nani selesai berbicara, aku masih melihat Nani di tempat yang sama dengan sebelumnya. Mengapa ia belum juga pergi? Mungkin masih ada hal yang inginkan.
Dan aku mengingat sesuatu, ternyata Nani memiliki kekasih. Mungkin dia ingin bertemu dulu dengan kekasihnya.
"Nani belum juga pergi. Mungkin dia ingin bertemu dengan seseorang. Apakah ibu tahu dimana alamat rumah kekasih Nani, Husein namanya?" tanya ku pada ibu Nani.
"Oh iya, Nani memang berpacaran dengan Husein. Apakah Nani ingin bertemu dengannya?" sambung ibu Nani.
"Kurasa begitu." jawab Erin dengan cepat.
"Kalau begitu, ayo kita kerumah Husein sekarang juga. Supaya anakku bisa pergi dengan tenang kealamnya". Kata ibu Nani kemudian berlari ke arah dimana ia memarkirkan mobilnya. Tentu saja, kami juga ikut berlari dibelakangnya.
Ternyata rumah Husein tak jauh dari sekolah. Mungkin hanya menempuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai dirumahnya.
Ibu Nani langsung turun dan mengetuk pintu rumah Husein. Dan keluarlah seorang pria dengan wajah yang tampan. Mungkin ini adalah Husein.
"Husein, ayo ikut ibu ke sekolah SMA mu yang dulu. Nani ingin bertemu denganmu. Kumohon." pinta ibu Nani kepada pria yang memang bernama Husein ini.
"Bukannya Nani sudah lama meninggal. Kenapa ibu masih menyebutnya. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Husein dengan raut wajah yang heran.
Langsung saja aku dan Erin menjelaskan kepada Husein tentang kematian Nani secara bergantian. "Jadi semua ini terjadi akibat ulah Julia dan teman-temannya. Sebelum kita ke sekolah aku ingin menemui Julia dan sekaligus mengajaknya untuk bertemu dengan Nani." kata Husein.
Kami menuju ke rumah Julia menggunakan mobil ibu Nani tetapi dengan Husein sebagai pengendaranya. Cukup lama kami dimobil. Aku dan Erin juga sudah mulai lelah. Tapi kami harus bertahan karena tidak lama lagi misteri gerbang sekolah kami akan segera terselesaikan.
Setibanya kami di rumah Julia. Julia sudah ada di depan rumahnya bersama dengan teman-temannya. Mungkin mereka hendak pergi kesuatu tempat.
"Tunggu, kenapa mereka hanya bertiga. Sedangkan yang aku lihat di masa lalunya, ada 4 orang." tanya Erin dengan suara kecil tapi aku masih mendengarnya karena aku duduk bersebelahan dengannya.
Husein langsung turun dari mobil dan menghampiri mereka. "Julia, aku ingin bicara denganmu sebentar. Aku sudah mengetahui semua yang terjadi pada Nani. Dan itu karena ulahmu dan teman-temanmu." kata Husein.
Dan langsung saja raut wajah Julia berubah seketika. Yang awalnya dia terlihat bahagia kemudian menjadi tertunduk dan tanpa ada senyuman di wajahnya. Aku rasa dia mulai menyadari kesalahannya.
"Maafkan aku, Husein. Aku tidak bermaksud untuk membuat dia meninggal. Lagipula dia sudah lama meninggal. Maafkan aku." ucap Julia yang kurasa dia sedang menangis. Teman-temannya hanya bisa terdiam dan tak berani berkata apapun.
"Jangan minta maaf padaku. Minta maaflah pada Nani dan ibunya. Karena ulahmu yang membuat rumor bahwa Nani mati bunuh diri. Dia belum tenang sampai sekarang. Dan sekarang aku ingin kau meminta maaf dan menerima hukuman yang setimpal untuk mu dan teman-temanmu." jelas Husein yang sangat panjang hingga membuat tangis Julia makin menjadi.
Aku, Erin, ibu Nani, Husein, Julia dan teman-temannya berangkat menuju ke sekolah. Yang lebih tepatnya gerbang sekolah.
Sesampainya kami di gerbang sekolah. Tanpa aku atau Erin memanggil Nani. Terlihat dia sudah menunggu kedatangan kami.
"Langsung saja kalian katakan apa yang ingin kalian katakan pada Nani. Karena dia sudah ada disini." ucap Erin, dan aku hanya mengangguk saja.
Pertama adalah Husein.
"Nani, apa kau mendengar ku? Aku sudah lama merindukanmu. Maafkan aku yang tak tahu kejadian yang sebenarnya. Maafkan aku yang sudah menuduhmu yang tidak baik. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku sudah memiliki seseorang yang bisa menggantikan posisimu disisi ku tapi bukan dihatiku. Dan aku harap setelah kau pergi aku juga bisa mengikhlaskan kepergiaan mu dan mulai menerima seseorang ini dihatiku. Aku tak ingin kau khawatir padaku. Nani, ku mohon pergilah dengan tenang sekarang." kalimat panjang yang dilontarkan Husein kepada Nani yang kini berada di depannya walaupun Husein tak dapat melihatnya.
Dan yang terakhir Julia.
"Nani, apa kau ingat padaku. Aku minta maaf padamu. Aku sungguh sangat menyesal karena telah mencelakaimu. Aku mewakili semua temanku minta maaf kepadamu. Setelah ini kami akan mempertanggungjawabkan perbuatan kami. Apa kau mengingat Lisa? Dia sudah lama gila semenjak kematianmu. Dia terlalu takut memikirkan hal ini. Aku harap kau juga ingin memaafkan dia. Aku harap kau mau memaafkan kami semua. Pergilah dengan tenang Nani." diiringi dengan derasnya air mata yang membanjiri ucapan Julia tadi.
Tak lama kemudian, raut wajah Nani yang tadinya sedih dan menyeramkan. Sekarang sudah terlihat cantik dan sangat enak dipandang. Dan muncul sebuah titik cahaya dari belakang Nani. Perlahan Nani mulai menghilang diikuti dengan hilangnya cahaya tersebut.
"Nani sudah pergi. Dia sudah pergi dengan wajah yang bahagia." ucapku.
Kemudian kami meninggalkan sekolah. Husein, Julia dan teman-temannya mengendarai mobil Julia menuju kantor polisi terdekat untuk menyerahkan Julia dan teman-temannya untuk diberikan hukuman atas perbuatannya. Ibu Nani mengikutinya dari belakang.
Sedangkan aku dan Erin, pulang menggunakan bus umum.
"Akhirnya Nani bisa pergi dengan damai. Aku tak menyangka kita bisa memecahkan masalah ini. Kira-kira, kasus berikutnya apa yah?" ucapku lega.
"Semoga kasus berikutnya tidak akan membahayakan nyawa kita." sambung Erin.