Bab 8 Orang Bilang Memanfaatkan Taehyun
Bab 8 Orang Bilang Memanfaatkan Taehyun
Keesokan harinya.
Seperti biasa Adelyn dan Tae janjian untuk berlatih element seusai pulang sekolah. Hal ini sudah berlangsung selama beberapa hari, dan menjadi rutinitas harian Adelyn dan Tae.
Melihat gelagat Adelyn dan Taehyun. Membuat reaksi pada orang-orang disekitar mereka. Tidak terkecuali Euna, Hyuna, dan Hyunra.
"Mereka sebenarnya ngapain sih? Kok setiap pulang sekolah langsung buru-buru begitu?" Tanya Hyuna berbisik pada Euna
"Apa mungkin mereka bersama?" Tanya Hyunra menyambar.
"Entahlah. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu." Elak Euna.
Euna beranjak keluar dari kelas dengan langkah tergesa-gesa.
"Euna, tunggu!" Teriak Hyuna dan Hyunra yang hampir serentak. Lalu mereka lari mengekor pada Euna.
***
Taehyun dan Adelyn baru saja tiba di danau belakang sekolah.
"Hai~" sapa Adelyn.
"Eh, kenapa sih harus jalan memutar?" protes Taehyun. "Kenapa kita tidak lewat jalan yang sama saja?"
"Eh?"
Adelyn berpikir sejenak. Ia baru sadar, traumanya dulu di saat di dunianya, menjadikan dirinya tanpa sadar membuat jarak diantara dirinya dan Taehyun.
Adelyn tidak mau orang lain melihat kedekatan antara dirinya dan Taehyun.
"Hei, jawab! Kenapa?" tanya Taehyun mendesak Adelyn.
"Eh?" Adelyn tampak bingung.
"Aneh, kamu seperti sedang menghindar dari seseorang."
"Ti-tidak. Aku hanya tidak mau orang lain tahu mengenai hilangnya kemampuan aku."
"Benarkah?"
Adelyn mengangguk kuat-kuat.
"Ah~ baiklah." Taehyun berkacak pinggang.
"Baiklah, sekarang kau mau mengajariku apa?"
"Pengendalian dasar, memindahkan air tanpa jatuh satu tetes pun!"
"Eh?"
"Kau harus buat gumpalan air, sebesar yang kau mampu, lalu biarkan dia mengambang di udara dalam beberapa menit."
"Begitu?"
Taehyun mengangguk yakin.
"Oke, baiklah. Aku akan mencobanya."
Adelyn mulai mengambil ancang-ancang. Ia fokuskan semua energinya pada air danau yang ada dihadapannya.
Perlahan namun pasti, air di danau tersebut mulai terangkat. Walau hanya sebesar bola basket, tapi Adelyn berhasil memisahkannya dari danau. Bola air tersebut mengambang di udara.
Tanpa sengaja, beberapa siswa melintas di tepi Danau, lalu melihat Adelyn dan Taehyun di sana.
"Eh bukankah itu Youra?"
"Mana?"
"Eh, iya, benar. Sedang apa mereka di sana?"
"Sepertinya Youra sedang bermain air."
"Hahaha, ternyata benar. Sepertinya Youra kehilangan kekuatannya. Lihat, dia seperti sedang berlatih, latihan dasar. Seperti anak TK saja."
"Hahaha, hal ini harus disebarkan!"
Seseorang mengeluarkan ponselnya, lalu merekam kegiatan Youra.
"Lihatlah, gadis sombong itu akan jatuh."
"Eh, kau mau apa?"
"Akan aku buat dia bertekuk lutut padaku!"
***
Sementara itu di tempat lain.
"Wah hebat. Kau bisa. Selamat, ya, Youra."
Youra melepaskan energinya kembali. Membiarkan bola air itu kembali menyatu dengan danau.
"Hebat! Kali ini tanpa air yang terjatuh." Taehyun terlihat begitu bangga pada Adelyn.
"Woah..." Tidak jauh berbeda dengan ekspresi Taehyun, Adelyn juga tampak bangga dengan kemampuan dirinya.
"Hebat! Kau memang hebat, Youra."
Adelyn berbalik melihat Taehyun.
"Terima kasih," ucap Adelyn. "Kalau bukan karena kamu. Aku mungkin tidak bisa sampai sejauh ini. Terima kasih, ya, Tae~"
"Kau..." Wajah Taehyun memerah. Ia tersipu dan berusaha menutupinya.
"Terima kasih." Adelyn menarik tangan Taehyun dan menggenggamnya erat. Adelyn terlihat begitu gembira, sementara Taehyun, ia berdebar karena Adelyn. Adelyn tidak menyadari apa yang ia telah lakukan memicu perasaan indah di dalam hati Taehyun.
Adelyn terlihat begitu gembira. Senyum cerianya membuat adrenalin Taehyun menjadi berubah mengagguminya.
***
Keesokan harinya di sekolah.
Adelyn seperti biasa datang ke sekolah sambil berjalan santai. Namun, ketika baru beberapa langkah masuk ke area sekolah, tatapan-tatapan dingin menyapa Adelyn yang tidak tau apa-apa.
Perasaan aneh mulai menyelimuti Adelyn. Sesekali Adelyn kembali melihat dirinya. Apa ada yang salah dengan pakaiannya? Atau, apa selai coklat bekas sarapan rotinya, masih tertempel di wajahnya?
Tidak! Adelyn sudah memeriksa. Tidak ada selai atau dandanan aneh pada wajahnya. Lalu, kenapa semua orang memperhatikannya seperti itu?
Adelyn mulai mencoba mengabaikan perasaan tidak enaknya. Tapi, lagi-lagi perasaan tidak enak itu kembali Adelyn terima ketika ia mulai masuk ke gedung sekolah.
"Youra!" seru seseorang memanggil Adelyn dengan lantang. Adelyn sontak menoleh ke asal suara.
Tampak Hyuna dan Hyunra di sana. Mereka berlari kecil menghampiri Adelyn.
"Ada apa?" tanya Adelyn.
"Apa benar, kalau kau kehilangan kemampuanmu mengendalikan element?" tanya Hyunra yang tampak tersenyum sinis bahagia.
Adelyn tidak menjawab. Adelyn hanya berdiri dan diam saja.
"Heh, jawab!" Hyuna sedikit mendorong sebelah bahu Adelyn kebelakang.
"Auch, kalian apa-apaan?" Adelyn mengernyit. Situasi ini mengingatkan dirinya, ketika dulu ia pernah di-bully.
"Cepat, katakan! Apa benar kau kehilangan kemampuanmu?" tanya Hyunra kembali.
"Bukan urusanmu!" jawab Adelyn dengan cepat. Adelyn membalikan badannya, ingin segera beranjak dari sana. Tapi, sepertinya Hyuna dan Hyuran tidak terima dengan jawaban seperti itu. Hyunra buru-buru menghadang langkah Adelyn.
"Eh, ada apa lagi?"
"Terima ini!" Hyuna membuka sebuah botol air mineral, lalu menuangkannya ke atas kepala Adelyn.
"Hahaha rasakan!" Hyuna tertawa senang. Lalu Hyunra melakukan hal yang sama.
"Eh ada apa ini?!" Taehyun tiba - tiba datang menghampiri.
Taehyun melihat Adelyn basah kuyup.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Taehyun setengah kesal.
"Kau kenapa membelanya? Dia cacat! Dia sudah tidak bisa menggunakan kemampuannya," sergah Hyuna.
"Seharusnya dia kembali ke sekolah dasar! Kenapa kamu justru membantunya?" timpal Hyunra.
"Kalian ini! Sudah pergi sana! Ini bukan urusan kalian!"
Wajah Hyuna dan Hyunra memerah menahan kesal. Mereka tidak mungkin melawan Taehyun. Karena Taehyun termasuk cowok yang mereka sukai.
"Hyunra, ayo kita pergi!" Sahut Hyuna.
Keduanya pergi begitu saja, tanpa ada rasa sedikit merasa bersalah telah bersikap jahat pada Adelyn.
"Youra, Kau tidak apa-apa?"
"Bajuku basah, apa terlihat baik-baik saja?"
"Ah, iya. Aku paham." Taehyun membuka jaketnya. Sementara pakai ini. Seragammu baiknya dilepas saja. Dari pada masuk angin."
"Kau? Bagaimana denganmu?"
"Aku ambil lagi setelah pulang sekolah. Jadi tidak masalah."
"Terima kasih. Maaf aku jadi merepotkan kamu lagi."
"Sudah sana, ganti pakaian."
"Iya. Terima kasih ya Tae~"
***
Jam istirahat kelas.
Seusai makan siang, Adelyn pergi ke toilet. Ketika masih berada di dalam bilik toilet, terdengar beberapa siswi masuk ke dalam toilet. Tanpa tahu ada Adelyn di sana.
"Heh, sudah tahu kan, kalau si Youra mulai dekat dengan Taehyun?"
"Ah. Iya. Gadis sombong itu akhirnya menjilat ludahnya sendiri. Setelah dulu mempermalukan Taehyun, kini dia berusaha memanfaatkan Taehyun. Mentang-mentang wajahnya cantik."
"Cantik tapi kalau munafik, untuk apa?"
"Lagi pula, ya. Mau saja Tae dimanfaatkan seperti itu."
"Taehyun itu terlalu baik."
"Kau benar! Rasanya mau aku jambak si Youra. Beraninya dia memanfaatkan orang baik seperti Taehyun."
"Kurasa sebentar lagi akan banyak masalah padanya. Lihat saja, kemampuan penggunaan elemennya melemah."
"Hahaha iya. Dia mulai dari dasar kembali."
"Padahal dulu dia selalu sombong. Dia selalu memperlihatkan kemampuannya untuk menghina kemampuan orang lain."
"Heh, ngomong-ngomong. Kenapa orang di bilik ini tidak keluar-keluar?"
Tok... Tok...
"Ada siapa di dalam?"
Adelyn diam. Dia tidak menjawab. Ia berusaha menutupi agar suara sedihnya tidak keluar.
"Ah biarkan saja. Mungkin orang sakit perut."
"Ah iya."
Tak lama sekumpulan siswi itu keluar dari dalam toilet.
Adelyn baru bisa bernapas lega.
"Astaga. Sebenarnya ada apa? Kenapa mereka membenciku? Apa salahku pada mereka? ... Tidak! Bukan aku, tapi Youra! Seburuk apa sikapnya? Dan, seburuk apa sikap Youra pada Taehyun?"
Adelyn keluar dari dalam bilik toilet. Adelyn terkejut karena ketika ia keluar, pintu toilet telah tertutup rapat.
"A-ada apa ini?" Adelyn berusaha membuka pintu tersebut. Namun usahanya nihil. Pintu toilet telah terkunci dari luar.
"Tolong!" Adelyn berusaha membuka pintu sambil memukul-mukul pintu. "Tolong! Siapa saja! Tolong aku!"
Adelyn mulai merasa ketakutan. Sepertinya ada yang dengan sengaja mengunci Adelyn.
"Siapa pun! Tolong! Pintunya terkunci!" Adelyn terus menerus berusaha membuka kenop pintu. Namun sayangnya, tidak ada satu pun yang mendengar teriakannya.
—TO BE CONTINUED—