Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Someone To Trust

Bab 6 Someone To Trust

"Aku bisa membantu jika kau mau," ucap Taehyun.

"Benarkah? Kau mau membantuku?"

Taehyun menghela napas panjang. "Ya, sebenarnya aku juga tidak yakin. Kau itu kan bisa dalam segala hal. Kau sombong dan menyebalkan. Tidak pernah terlintas kalau aku akan menawarkan bantuanku padamu, seperti ini."

"Aku? Sombong?" Adelyn menunjuk dirinya sendiri.

"Ah dasar menyebalkan. Kau bahkan tidak ingat ketika kau merendahkan aku saat itu."

"Apa maksudmu, aku merendahkanmu?"

"Ketika aku menolak ajakan kencanmu saat itu."

"A-apa? Kencan?!"

"Kau marah dan langsung bersikap dingin padaku. Kau bilang padaku kalau aku menyebalkan hanya karena punya wajah yang sedikit tampan."

"Be-benarkah?! Aku berkata demikian?"

"Ya, gak aneh sih. Biasanya pelaku bully Memang tidak pernah mengingat tindakan jahatnya pada orang lain."

"Pantas saja, kemarin dia tidak mau menolongku," gumam Adelyn, "ternyata dia menyimpan dendam pada Youra."

"Apa? Kau bicara apa?"

"Ah bukan. Bukan apa-apa."

"Tapi entah kenapa, beberapa hari ini kau terlihat berbeda."

Tatapan teduh dari mata Taehyun, membuat Adelyn sedikit tersipu malu.

"Hei, terima kasih. Kau mau membantuku."

"Ah tidak masalah."

***

Dengan napas tersengal-sengal, Hyunra datang menghampiri Euna dan Hyuna yang sedang mengobrol di dalam kelas.

"Astaga, Hyunra kau kenapa?" tanya Hyuna

Hyunra menarik napasnya sesaat, untuk membuat dirinya agar bisa lebih tenang.

"Ada apa? Kenapa tergesa-gesa seperti itu?" tanya Euna menyambung.

"Kalian pasti tidak akan menyangka apa yang baru kulihat tadi di taman," ucap Hyunra dengan menggebu.

"Memangnya ada apa?" tanya Hyuna dengan ekspresi malasnya.

"Paling hanya sebuah keributan antara pengguna elements." Euna mendengkus sinis.

"Lebih dari itu! Kau pasti akan suka mendengarnya, Euna." Hyunra tersenyum sinis. Ia sudah tidak sabar mengatakan apa yang baru saja ia lihat sesaat yang lalu.

"Ya sudah, cepat katakan ada apa!" Euna terlihat tidak senang.

"Aku melihat Youra dan Taehyun berdua di tepi danau. Mereka terlihat tersenyum bersama."

"Benarkah?" ucap Euna spontan. "Apa kau yakin?"

"Aku sangat yakin! Aku bahkan memfoto mereka." Hyunra mengeluarkan ponselnya. Memperlihatkan hasil jepretannya kepada Euna.

Seketika darah Euna mendidih. Pasalnya Taehyun sudah lama menjadi incaran hatinya. Euna sudah lama menyukai Taehyun.

"Tapi bukankah Youra tidak menyukai Taehyun. Waktu itu dia pernah mengatakannya, bukan?" ujar Hyuna. "Atau, apa mungkin dia sekarang sudah berubah pikiran?"

Euna mengepalkan tangannya semakin kuat. ia tidak terima kalau pada akhirnya Youra akan mendekati Taehyun. Di situasi ini membuat Euna tersadar. Jika lawannya adalah Youra, dirinya tidak mungkin bisa mendapatkan Taehyun.

***

Jam pulang sekolah. Suara samar-samar itu kembali terdengar. Namun, Adelyn berusaha untuk tetap mengabaikannya.

Adelyn sadar diri. Ini bukan salah mereka yang membicarakannya. Memang Adelyn bukanlah Youra. Adelyn tidak bisa mengontrol kekuatan pengendali air miliknya.

Adelyn terus menerobos, berjalan keluar dari dalam kelasnya.

"Hei, apa kalian gak merasa aneh?" ucap Hyuna.

"Iya. Ini sudah kesekian kalinya Youra gagal dalam tes," sahut Hyunra. "Biasanya 'kan, dia yang selalu mendapatkan nilai tertinggi."

Euna mendengar obrolan kedua temannya itu, tapi sebisa mungkin Euna berusaha mengabaikannya.

Euna justru berjalan cepat keluar dari dalam kelas, hendak menyusul Adelyn.

"Loh, Euna, kamu mau ke mana?" teriak Hyuna.

"Euna!" teriak Hyunra.

Namun Euna terus berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang.

Euna terus mengejar Adelyn.

Puk! Euna pada akhirnya berhasil mengejar Adelyn. Euna menepuk bahu Adelyn ketika dirinya bertemu dengan Adelyn.

"Youra, kenapa jalanmu cepat sekali?" tanya Euna.

"Eh?" Adelyn sedikit canggung. Ia mengingat wajah gadis yang sedang berdiri dihadapannya ini. Namun namanya? Adelyn sama sekali tidak ingat.

Untung saja ada nametag di bagian dada seragam gadis tersebut. Tertulis Euna Lim.

"Hai, ada apa, Euna?"

"Tidak. Hanya saja, aku mau mengajakmu ke asrama bersama."

"Um, maaf. Tapi sepertinya aku tidak bisa," tolak Euna

"Eh? Kenapa?"

"Aku ada urusan lain."

"Urusan apa, kalau boleh aku tau?"

"Um...." Adelyn tidak merasa yakin menceritakan tentang masalah dirinya kepada Euna, merupakan hal yang tepat.

"Youra, ada masalah apa?"

"Ah tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja. Kalau begitu aku duluan, ya. Bye Euna."

Adelyn segera berlari menjauh dari Euna. Buat Euna merasa curiga.

"Sebenarnya, ada apa dengan dia?" gumam Euna curiga.

***

Napas Adelyn masih terengah-engah. Bukit belakang sekolah adalah tempat temu janji Adelyn dan Taehyun akan bertemu selepas pulang sekolah.

"Ma-maaf... Maaf aku terlambat." Dengan napas yang masih naik turun, Adelyn mengucapkan salam pada Taehyun.

"Haish! Kau ini lama sekali. Aku sudah menunggu dari 15 menit yang lalu."

"Maaf. Aku tadi harus mencari peta ke sini."

"Eh, apa? Memangnya kau lupa arah ke bukit sekolah kita?"

"Eh?" Adelyn kembali merasa kalau dirinya telah kelepasan bicara.

"Apa benar kau gak mengalami cedera otak atau semacamnya?"

"Hahahah~ aku tadi bilang apa?" Dengan tawa yang dipaksakan, Adelyn berusaha menutupi kebodohannya.

Alih-alih menanggapi pertanyaan Adelyn. Taehyun justru memandang Adelyn dengan penuh curiga.

"Ke-kenapa memandangku seperti itu?" tanya Adelyn setengah gugup. Pasalnya Taehyun memandang Adelyn dengan intens.

"Kau beneran hilang ingatan?" Taehyun semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Adelyn. Salah-salah bergerak, bibir mereka bisa saja saling bersentuhan.

"I... Iya!" pekik Adelyn.

Taehyun terkesiap. Ia kembali menarik mundur wajahnya.

"Aku memang tidak ingat apapun! Aku... Aku...."

"Sudah kuduga. Memang ada sesuatu yang aneh. Sebenarnya apa yang terjadi."

"Panjang ceritanya. Akan aku ceritakan jika aku benar-benar siap." Mata Adelyn bergerak ke kanan dan ke kiri. Ia tidak sanggup berbohong jika harus menatap lawan bicaranya.

Taehyun mengambil napas panjang lalu menghembuskannya.

"Kau, akan tetap membantuku 'kan?"

"Eh?"

"Kau akan tetap membantuku mengajari cara menggunakan elemen, benarkan?"

"Um." Taehyun menatap wajah Adelyn yang memelas. Wajahnya sangat menggemaskan. Tanpa sadar Taehyun sampai berdebar karenanya.

"Kumohon, Tae...."

"Baiklah, baiklah! Tapi stop melihatku seperti itu!"

Adelyn tersenyum menampilkan sederet putih giginya yang berkilau.

"Aku akan mengajarimu teknik dasar. Oleh karena itu kau harus memperhatikannya dengan baik."

Taehyun mengambil sebuah pemantik api dari dalam saku celananya, lalu menyalakannya.

Ketika api menyala, Taehyun menarik napas dalam lalu mengambil sedikit api, dari api yang berkobar melalui pemantik api tersebut. Seketika itu, Taehyun mematikan pemantik api tersebut.

Di tangan Taehyun. Api tersebut perlahan membesar seiring dengan deru napas Taehyun. Api tersebut seakan menari dalam kendali Taehyun.

"Ini teknik dasar. Pertama-tama kau harus membuka cakra di dalam tubuhmu. Pusatkan energi pada Elemen yang sudah menjadi bawaanmu sejak lahir," ungkap Taehyun.

"Elemenku, Air, benarkan?"

Taehyun mengangguk. "Kini saatnya memulai membuka Cakra. Setiap energi harus kau pusatkan pada titik kendalimu. Entah itu di telapak tangan, telapan kaki, ataupun hanya jari-jarimu."

Dengan tenang Adelyn mencoba mencerna setiap kalimat yang Taehyun katakan.

"Nah. Sekarang kau tutup matamu."

Adelyn menutup matanya.

"Dengarkan suaraku."

Adelyn mencoba memfokuskan apa yang Taehyun perintahkan.

"Sekarang. Rasakan setiap alirannya terbuka. Kau harus membawa energi itu pada titik kendalimu."

Adelyn berusaha memfokuskan pengumpulan energi pada telapak tangannya.

"Dan sekarang, rasakan hangat energi itu menyebar keseluruh tubuhmu."

Secara ajaib, hal yang tidak pernah Adelyn rasa mungkin terjadi, ternyata terjadi saat ini.

Seketika tubuhnya terasa panas namun dingin dalam satu waktu bersamaan.

"Sekarang buka matamu!

Dengan cepat Adelyn membuka matanya.

Taehyun sudah berdiri dihadapan Adelyn dengan sebotol air mineral di tangannya.

"Sekarang, pusatkan energimu. Lalu fokuskan pikiranmu pada air yang akan aku tuang ini. Jangan sampai air itu menetes ke tanah, sedikit pun. Paham?"

Adelyn mengangguk. Entah rasa percaya diri dari mana, namun Adelyn merasa ia sanggup melakukan apa yang Taehyun minta.

"Sekarang, lakukan!"

Taehyun membuka tutup botol tersebut lalu menuangkannya.

—TO BE CONTINUED—

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel