Bab 5 Hal yang Memalukan
Bab 5 Hal yang Memalukan
"Kim Youra Adelyn! Kenapa masih bediri di sana?!" tanya profesor Nam.
"Sa-saya?"
"Kenapa masih berdiri di sana? Cepat praktikan!" Profesor Nam sepertinya tidak sedang main-main. Terlihat keningnya bersiku, tanda ia tidak dalam keadaan senang hati.
Perlahan Adelyn berjalan menyusul teman-temannya yang sudah maju terlebih dahulu.
Adelyn merasa begitu gugup dan cemas. Apa yang harus ia lakukan? Pengendalian apa yang ia miliki?
Tanah atau air?
Argh! Itu tidak terlalu penting. Yang terpenting bagi Adelyn saat ini adalah, bagaimana caranya agar ia lolos praktikum kali ini, sementara Adelyn tidak mengerti apa pun mengenai pengendalian elemen.
"Ya, Euna. Sekarang buatlah sesuatu dari Tanah," ucap profesor Nam.
Suara profesor Nam, mengembalikan kesadaran Adelyn yang sesaat lalu sempat hilang terbawa dengan keresahan dirinya.
Euna mengambil gerakan kuda-kuda. Kakinya memutar berirama sambil dihentak-hentakannya ke bumi.
Adelyn baru kali ini melihat seseorang dengan lincahnya melakukan gerakan kuda-kuda dengan tempo yang seakan berirama.
Hup! Bugh!
Kaki Euna menghentak lebih kencang ke bumi.
"Hyaaaa!" Euna berteriak dengan kencang. Teriakannya menghembuskan tenaga dalamnya.
Bukh bukh bukh! Terangkat beberapa gundukan tanah ke atas. Memotong secara motong secara cepat hentakan-hentakan tersebut.
Dan...
"Hyaaa!" Euna berteriak mengakhiri aktraksinya.
Semua terbelalak melihat hasil dari apa yang telah Euna kerjakan.
"Sebuah kapal?" gumam Adelyn dengan kagum.
"Wah sangat mengejutkan. Sebuah kapal dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Dan ada beberapa detail yang bisa kita lihat di sini. Bentuk atap serta badan kapal terlihat hampir sama dengan yang asli. Hebat sekali, Euna," ujar Profesor Nam yang terlihat begitu puas dengan hasil kerja Euna.
"Hebat. Euna melakukannya dengan baik," puji Adelyn dalam hati.
"Selanjutnya. Youra. Silahkan."
"Apa? Saya?" Kaget Adelyn.
"Oh ayolah Youra. Kau pasti bisa. Ini sangat mudah untukmu," ucap Hyunra hanya untuk menyindir.
"Tapi aku...."
"Kau kan sudah sering memperlihatkan teknik hebatmu ini, sebelum kita libur semester. Jadi kurasa ini saatnya kau menunjukkan kehebatanmu, Youra." Euna menepuk bahu Adelyn sambil memberikan kata-kata semangat.
Adelyn melihat kesekitarnya. Apa mungkin akan datang keajaiban, sehingga ia bisa mengendalikan tanah?
"Ah masa bodo! Aku harus mencobanya," ucap Adelyn dalam hati.
Adelyn mulai mengambil ancang-ancang. Ia mengambil posisi kuda-kuda persis seperti yang Euna lakukan.
Hup! Bugh! Adelyn mulai menghentakkan kakinya ke tanah.
Adelyn mulai percaya diri. Ia yakin ia bisa melakukan apa yang Euna lakukan. Dan sepertinya orang-orang mulai membicarakannya.
"Apa aku terlihat hebat?" Adelyn bicara di dalam hatinya. Ia mulai merasa begitu yakin. Kepercayaan dirinya naik.
Walau terdengar riuh samar-samar ditelinganya, Adelyn berusaha tetap fokus melakukan kuda-kudanya.
"Nona Kim! Apa yang sedang kau lakukan?!" tanya profesor Nam dengan heran. Otomatis suara profesor Nam juga menghentikan aktifitas Adelyn.
"Heuh? Apa ada yang salah?" tanya Adelyn bingung.
"Youra, apa yang kau lakukan?" tanya Euna sambil menahan tawa besarnya. "Kau ini sedang apa? Hahaha,"
"Apa maksudmu? Tentu saja aku sedang melakukan apa yang tadi kau lakukan," jawab Adelyn sambil menahan rasa bingungnya.
"Hahaha, apa? Melakukan apa yang aku lakukan? Kau ini bercanda, ya?"
Seketika seluruh siswa tertawa. Adelyn memerhatikan satu persatu wajah teman-temannya yang sedang menertawakannya. Adelyn merasa seperti sedang dipermalukan.
"Kau ini pengendali air. Bagaimana mungkin kau melakukan kuda-kuda seperti tadi? Hahaha..." Euna tertawa terbahak tanpa memperdulikan perasaan Adelyn.
Adelyn baru tersadar kalau apa yang dilakukannya merupakan kesalahan besar. Ia tidak tau sebelumnya kalau ternyata ia adalah seorang pengendali air.
***
Jam istirahat. Di mana siswa yang lain sibuk dengan aktivitas makan siang bersama, Adelyn justru menyendiri duduk di tepi danau.
Adelyn duduk diatas rumput hijau tepi danau, seorang diri. Matanya menatap nanar ke depan. Tidak ada yang Adelyn liat, selain kebodohannya yang ia lakukan di kelas sebelumnya.
"Sedang apa di sini?" Taehyun datang menghampiri Adelyn.
Adelyn sesaat menoleh melihat Taehyun. Namun setelah itu Adelyn kembali melihat ke arah danau kembali. Tatapan Adelyn sangat tidak bersemangat.
"Apa-apaan tatapan itu?"
"Ha?"
"Kau sedang meremehkanku, hah?"
Adelyn mendesah sedikit kesal. "Kau bercanda? Apa kau sudah lupa apa yang terjadi di kelas Profesor Nam?"
"Pfft."
"Geez! Sekarang kau mau mengejekku?"
"Hahahaha... Maaf. Tapi ekspresimu saat itu gak banget! Kau seperti ahli dari sang ahli pengendali tanah. Kau seperti yakin bisa membelah dunia." Taehyun terbahak.
Taehyun terbahak hingga ia menyadari kalau apa yang ia tertawakan sepertinya tidak lucu sama sekali. Adelyn hanya diam sambil memandang sinis Taehyun.
"Hm! Maaf."
"Jika kau mau menghinaku, sebaiknya kau lakukan lain kali saja. Aku sedang ingin sendiri saat ini."
"Hei, ayolah. Aku hanya bercanda."
"Bercanda katamu? Bagiku itu sama sekali gak lucu."
"Iya, iya. Aku mengerti. Aku minta maaf. Aku minta maaf karena sudah menertawakanmu."
Adelyn menundukan kepalanya. "Sebenarnya kamu gak perlu minta maaf. Memang sikapku tadi sudah secara tidak langsung mempermalukan diriku sendiri."
Taehyun menjadi semakin merasa bersalah. Ia tidak menyangka kalau Youra yang ia kenal bisa menunjukkan sisi lemah dihadapannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Heuh?"
"Kau bilang ada 'crack' kapan kejadiannya?"
"Crack? Sebenarnya aku tidak yakin kapan aku mendapatkannya."
"Eh Youra, apa kau hilang ingatan? Jika benar Crack harusnya kau bisa sembuh dengan cepat. Kau 'kan pengendali air."
"Bagaimana dengan sepupumu? Bagaimana cara dia sembuh?" Tanya Adelyn. Adelyn berusaha memancing kejelasan tentang Crack dari Taehyun tanpa ingin membuat Taehyun curiga kalau sebenarnya Adelyn tidak paham tentang 'crack' itu sama sekali.
"Sepupuku adalah pengendali tanah. Ketika ia sedang berlatih, tiba-tiba tanah yang sedang ia kendalikan runtuh dan menimpa dirinya. Trauma karena elemen sendiri, menyebabkan crack parah dalam mengendalikan kemampuannya. Tapi tak lama setelah terapi, Akhirnya dia bisa kembali menguasai elemennya."
"Ah ternyata crack itu trauma," gumam Adelyn pelan.
"Hah, apa?"
"Ah tidak. Bukan apa-apa," ucap Adelyn menyangkal.
"Kau sendiri bagaimana? Apa sudah berusaha mengembalikan kemampuanmu?"
Adelyn menggelengkan kepalanya samar. "Sebenarnya, masalah ini baru kau yang tahu, Taehyun."
"Heuh?"
"Aku tidak cerita kepada siapa pun mengenai ini."
"Terus kalau kau tidak cerita, bahkan ke orang tuamu sendiri, bagaimana caranya agar kau bisa pulih kembali?"
"Um, itu... Ng, ... Itu sebabnya aku membaca pelajaran dasar kembali. Aku harus mengulang teknik dasarku."
"Heuh? Memangnya bisa begitu?"
"Entahlah. Setidaknya aku akan mencobanya."
"Hm, begitukah?"
Adelyn dan Taehyun memberi jeda pada obrolan mereka. Adelyn kembali merenungkan bagaimana caranya agar dia bisa mempelajari teknik penguasaan elemen. Sementara Taehyun....
"Youra," panggil Taehyun pelan.
Adelyn pun menoleh melihat Taehyun. "Iya, kenapa?"
"Mau lihat sesuatu?"
"Apa?"
"Sebentar," ucap Taehyun sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Adelyn memerhatikan Taehyun. Taehyun mengeluarkan sebuah korek api gas dari dalam sakunya.
"Lihatlah." Taehyun menyalakan korek apinya, lalu menggerakkan tangannya dengan berirama.
Wusssh.
Mata Adelyn terbelalak. Sebuah api yang berasal dari korek api gas tersebut berubah menjadi kuda kecil di tangan Taehyun. Api tersebut melayang di udara untuk sesaat lalu setelah itu, menghilang.
"Woah, kau bisa melakukannya. Bukankah teknik ini sulit untuk pengguna elemen api, kata profesor Nam?"
"Yeah, aku selama liburan terus mempelajari ini. Tadinya aku ingin buat api itu bisa bergerak, tapi ternyata teknik itu masih terlalu tinggi."
Adelyn menepuk bahu Taehyun dengan pelan. "Kau hebat. Kau pasti bisa."
"Heuh?" Seketika wajah Taehyun memerah. "Ya! Apa maksudmu?" Taehyun terkejut hingga hampir terjungkal.
Adelyn membuang wajahnya. "Setidaknya kau bisa mengendalikan elemet mu. Tidak seperti aku."
"Hei Youra."
"Hm, kenapa?"
"Um. Bagaimana kalau aku mengajarkanmu. Aku rasa aku bisa membantu menyembuhkan 'crack' mu"
"Heuh?"
—TO BE CONTINUED—