Bab 4 Berpura-pura
Bab 4 Berpura-pura
"Apa kau yakin?"
Adelyn tidak bisa melepaskan pandangannya dari tatapan Taehyun yang mengunci pergerakan matanya.
"Aku yakin. Ka-kau tenang saja," ucap Adelyn berusaha berbicara senatural mungkin. Berharap Taehyun percaya kepadanya.
Adelyn mengambil satu persatu buku yang berada di rak buku. Sementara Taehyun duduk memerhatikan Adelyn dengan malas.
"Hei, Youra. Kau sedang apa?"
"Eh?"
"Untuk apa kau mengambil buku pelajaran sekolah dasar?"
"Hng?" Adelyn melihat kembali buku yang tengah ia pegang. Tertera tulisan, pengenalan dasar penggunaan elemen. Temukan elemen dasar.
"Hahaha kau mau apa dengan semua buku itu?" Taehyun terbahak.
Tentu saja Adelyn tidak bisa menjawab dengan jujur. Elemen apa? Adelyn sama sekali tidak paham. Ini bukan kehidupannya.
"Hei, jangan bilang kalau kau kehilangan 'siege'-mu!"
"Apa? Siege?" Adelyn mengulang kata asing yang baru saja ia dengar dari Taehyun.
"Siege, pengendalianmu."
Otak Adelyn berpikir dengan cepat. Apakah saat ini ia perlu mengakui kalau dirinya tidak bisa mengendalikan apapun. Jangankan mengendalikan, tau hal semacam ini saja Adelyn tidak mengerti.
"Ah, bukan. Aku hanya... Um, ... Hanya...."
"Apa kau mengalami 'crack'?"
"Heuh?"
"Sudah katakan saja jangan malu. Sepupuku juga mengalaminya tahun lalu, tapi setelah kembali terapi, dia bisa langsung sembuh dengan cepat."
"...'crack'? Apa itu?" tanya Adelyn dalam hati. "Ah sebaiknya aku iyakan saja pernyataannya. Aku bisa berpura-pura, sambil mencari kebenarannya."
"Ah ... Kau benar. Iya, aku mengalaminya," ucap Adelyn sambil tersenyum terpaksa.
"Benarkah? Apa mungkin itu sebabnya otakmu juga ikut bermasalah?"
"Jangan bicara sembarangan," tukas Adelyn.
Kriing. bunyi lonceng masuk pelajaran telah kembali berbunyi.
"Kau mau pinjam buku-buku ini?" tanya Taehyun.
"Aku bisa meminjamnya kan?"
"Apa kau membawa kartu anggota? ... Eh, memangnya kau pernah membuat kartu anggota perpustakaan?"
Adelyn kembali mengerjap. Ia tidak tau apa dirinya punya kartu anggota atau tidak.
***
Semua kembali ke kelas masing-masing. Kelas mata pelajaran terakhir akan diisi dengan materi dari wali kelas masing-masing.
"Oke, jadi untuk semester ini kita akan kembali mengambil suara untuk mengisi bagian ketua kelas," ucap sang wali kelas, yang bernama Jinyung.
"Pak," salah seorang siswi mengangkat tangannya ke atas.
"Ya, hyunra." Sambut Jinyung menanggapi.
"Bagaimana kalau Euna lagi pak, yang menjadi ketua kelas. Euna telah menjadi ketua kelas yang baik selama semester kemarin," jawab Hyunra.
"Um, bagaimana Euna? Apa kamu bersedia menjadi ketua kelas kembali?" Tanya Jinyung kembali.
"Um..." Euna baru saja hendak membuka mulutnya,
Sementara Adelyn yang duduk disebelah kiri Euna, tampak gelisah. Duduknya tidak tenang.
"Bagaimana jika seisi sekolah tau kalau aku tidak memiliki kemampuan pengendalian? Bagaimana jika ayah dan ibu juga sampai tau. Apa aku akan dibenci lagi?" Adelyn merasa frustasi dengan pemikirannya sendiri.
"Nona Kim, apa ada masalah?" tanya Jinyung.
Namun Adelyn tidak menggubris pertanyaan dari wali kelasnya tersebut. Adelyn masih berkutat dengan pemikirannya sendiri.
"Bagaimana ini? Hiks..."
"Kim Youra Adelyn!" Panggil sang wali kelas dengan setengah berteriak.
"Ampun pak!" Adelyn yang terkejut sontak berdiri. Ia bahkan berteriak ketika menyahuti ucapan Jinyung.
Hahahaha! Seisi kelas tertawa seketika. Mereka menertawakan sikap konyol Adelyn.
"Nona Kim, apa yang anda lakukan?"
"Heuh?" Adelyn hanya bisa tersenyum kecut. Adelyn malu bukan kepalang.
"Duduk nona Kim!" titah Jinyung.
Semua siswa masih menertawakan Adelyn. Kecuali 3 orang cewek yang justru menatap sinis Adelyn. Dan salah satunya adalah Euna.
***
Di kamar asrama milik Euna. Di sana ada Hyunra dan Hyuna juga.
"Cih! Apa-apaan dia? Dia pikir dirinya putri?" ucap Hyunra dengan sinis.
"Ya, mau dibilang apa? Youra kan memang primadona sekolah. Dia cantik, berbakat, dan ayahnya pengusaha terkenal. Berbeda dengan kita yang pas-pasan begini," timpal Hyuna.
"Bisa-bisanya dia bersikap seperti tadi. Untung saja Pak Jinyung tidak membatalkan Euna menjadi ketua kelas." sambung Hyunra kembali mendumel.
Hyunra dan Hyuna menoleh melihat Euna yang sedari tadi hanya diam saja.
"Euna, kau kenapa? Kenapa diam saja? Kau memangnya tidak kesal dengan sikap Youra? Dia sudah sangat keterlaluan," sahut Hyunra.
"Benar. Mau sampai kapan kau selalu baik padanya?" tanya Hyuna.
"Bukankah selama ini Youra juga baik pada kita. Bukankah justru dia akan menindas kita, jika kita macam-macam dengannya?" ucap Euna dengan pelan. "Jadi selama kita baik padanya, bukankah tidak ada ruginya?"
Hyuna dan Hyunra bagaikan tertampar kenyataan. Ya, Youra memang terlihat begitu berkuasa. Jadi tidak ada alasan untuk bisa menindasnya selama ini.
***
Di kamar asrama milik Adelyn. Adelyn sibuk membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Sebenarnya buku tersebut ia pinjam dengan kartu anggota milik Taehyun. Adelyn sendiri tidak yakin, gadis yang bernama 'Youra' ini, memiliki kartu keanggotaan perpustakaan.
Ting. Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponsel milik Youra.
Youra membuka ponselnya:
Taehyun: Bagaimana? Apa sudah kau baca bukunya? Hahaha
Adelyn: LOL!
Taehyun: Kamu tau aku siapa?
Adelyn: memangnya ada orang lain yang tau kalau aku meminjam buku di perpustakaan, selain kamu, Taehyun?
Taehyun: Hahaha
Taehyun: Ternyata kamu pintar juga.
Adelyn: Tau dari mana nomer ponselku?
Taehyun: aku tau saat kau meninggalkan biodatamu di perpustakaan.
Adelyn: oh.
Taehyun: kehabisan topik pembicaraan?
Adelyn: Memangnya apa yang mau dibahas lagi?
Taehyun: Tidak ada.
Adelyn: baiklah. Kalau begitu selamat malam!
Youra mengakhiri percakapannya dengan Taehyun.
Sementara itu di kamar asrama Taehyun.
"Astaga, dingin sekali dia." gumam Taehyun sambil melihat layar ponselnya yang mulai meredup.
Taehyun mungkin tampak biasa saja, namun jauh di dalam hatinya ia merasa senang. Karena setidaknya ini kali pertama Adelyn mau berbicara dengan normal dengannya.
***
Ke esokan harinya di sekolah. Tepatnya di sebuah taman belakang sekolah. Dimana ada sebuah danau di sana.
"Ya, seperti yang sudah Ibu katakan sebelum libur semester. Selama liburan kalian harus sudah mulai bisa menguasai teknik pembentukan Element! Kali ini bukan hanya membentuk secara abstrak, namun kita akan membentuk secara spesifik. Menyerupai sebuah benda," ucap profesor Nam.
Semua siswa dari kelas Adelyn berdiri sejajar.
Untuk sekedar informasi. Skypie Akademi hanya memiliki 3 jenjang pendidikan. Seperti sekolah pada umumnya, 6 tahun sekolah dasar. 3 tahun sekolah menengah, dan 3 tahun sekolah atas.
Setiap jenjang hanya memiliki setidaknya 6 kelas. Di mana setiap kelas hanya berisikan sekitar 25 siswa.
Kembali kepada pelajaran yang sedang berlangsung di kelas Adelyn.
"Untuk hari ini, kita akan praktikum khusus element Tanah dan ... air," ucap Profesor Nam. "Jadi silahkan, kepada semua pengendali tanah dan air, maju ke depan."
Perlahan satu persatu murid maju beberapa langkah ke depan. Tak terkecuali Euna sebagai pengendali tanah.
"Psst! Youra, kenapa kau masih berdiri di sini?" bisik Hyuna.
"Heuh?" Adelyn menunjuk dirinya. "Perlukah aku maju?"
"Maju sana! kau ini bagaimana?!" tukas Hyuna.
"Aku maju?" Adelyn merasa tidak yakin. Adelyn masih berdiri di tempatnya.
"Kim Youra Adelyn! Kenapa masih bediri di sana?!" tanya profesor Nam.
"Sa-saya?"
"Kenapa masih berdiri di sana? Cepat peraktikan!" Profesor Nam sepertinya tidak sedang main-main. Terlihat keningnya bersiku, tanda ia tidak dalam keadaan senang hati.
Perlahan Adelyn berjalan menyusul teman-temannya yang sudah maju terlebih dahulu.
Adelyn merasa begitu gugup dan cemas. Apa yang harus ia lakukan? Pengendalian apa yang ia miliki?
Tanah atau air?
Argh! Itu tidak terlalu penting. Yang terpenting bagi Adelyn saat ini adalah, bagaimana caranya agar ia lolos praktikum kali ini, sementara Adelyn tidak mengerti apapun mengenai pengendalian elemen.
—TO BE CONTINUED—