Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 18 Jangan Salah Paham!

Bab 18 Jangan Salah Paham!

Hari sudah semakin malam. Langit sudah mulai berubah menjadi gelap.

"Taehyun, masih jauh?" Adelyn tampak begitu lelah. Jalannya sudah tampak lunglai.

"Kau capek, ya? mau istirahat?" tanya Taehyun seraya menghentikan langkahnya.

"Memang masih jauh ya?"

Taehyun sendiri tidak bisa memastikan apa masih jauh atau tidak. Nyatanya, ini kali pertama ia masuk ke dalam hutan belakang sekolah. Namun, jika Taehyun berkata yang sebenarnya, sepertinya hal itu tidak akan membantu apa pun, justru malah Adelyn mungkin akan semakin panik.

"Taehyun," Adelyn bertanya dengan penuh harap. Berharap Taehyun akan memberikan kabar baik.

"Tenanglah, Kita akan segera sampai." Taehyun kembali mencoba menenangkan tanpa harus berbohong.

Tiba-tiba air satu persatu jatuh turun dari langit.

Zrasssh... Hujan lebat datang begitu saja.

"Ayo Youra!" Taehyun bergegas membawa Youra mencari tempat berteduh.

Sebuah batu besar yang diteduhi oleh sebuah pohon raksasa menjadi tempat pilihan yang tepat saat ini untuk mereka singgah.

"Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Taehyun sambil melihat Adelyn.

"Aku tidak apa-apa," terang Adelyn. Ya, Adelyn memang tidak apa-apa, ia berkata jujur. Bagi Adelyn hujan-hujanan bukan masalah besar. Karena Adelyn sering hujan-hujanan dahulu.

Wajah Taehyun tiba-tiba saja memerah padam. Matanya tampak sayu, dan tubuhnya terlihat sedikit menggigil karena kedinginan.

Adelyn tidak banyak bicara melihat hal itu, ia hanya segera melepas cardigan miliknya.

Taehyun memerhatikan Adelyn. Taehyun mengernyit heran. "Kau sedang apa?"

"Ini pakai," ucap Adelyn seraya meletakan cardigan miliknya di pindah Taehyun. "Kau kedinginan, kan?"

Taehyun sontak tertawa kecil. "Apa maksudmu? ... Sudah kau pakai saja," tolak Taehyun. Taehyun memakaikan kembali cardigan milik Adelyn.

"Kau yakin tidak memerlukannya?" tanya Adelyn kembali.

"Harusnya kau mengkhawatirkan dirimu, kau juga basah."

"Ah, ini ... "

"Eh? kau kan pengendali air, kenapa tidak buat perisai saja, atau angkat sisa air ini agar mengering?"

"Kau bercanda? ... membuat bola air itu saja sudah membuatku kewalahan, sekarang kau memintaku untuk membuat perisai dari air?"

"Ya, apa salahnya mencoba."

"Tingkatku masih rendah. Membuat yang bergerak saja tidak bisa. Apalagi mengendalikan cuaca."

"Kau harus terus melatih kemampuanmu. Walau berlatih dari mulai yang kecil."

"Um, baiklah." Adelyn mengangguk pelan.

"Oh, ya, ada yang ingin aku katakan," ucap Taehyun. Nada bicara Taehyun sedikit berubah. Ia terdengar sedikit lebih merendah.

"Ada apa?"

"Bisa tidak, mulai sekarang jangan pernah kau mengabaikan aku lagi."

"A-apa maksudmu?"

"Bicara padaku. Jangan pergi sembunyi-sembunyi lagi. Aku tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi, jika aku tidak melihat Mike mengendap ke hutan, tadi."

"Maaf ... "

"Kenapa jadi minta maaf?

"Aku ini memang bodoh. Aku bertindak tanpa pikir panjang. Aku merasa menyesal."

"Jika mau pergi, atau melakukan sesuatu yang tidak kau mengerti, kau bisa bicarakan hal itu padaku dulu."

"Baiklah, aku paham."

"Lalu bagaimana?"

"Bagaimana? Apa maksudmu?"

"Bagaimana dengan hubungan kita?"

"Hubungan kita?" Kedua pipinya Adelyn memerah bagaikan tomat. Jantung Adelyn pun berdegup sedikit lebih cepat. Entah apa nama perasaan seperti ini, senangkah? gugupkah?

"Semenjak kejadian di UKS itu, apa kau tidak merasakan apa-apa?"

Glek

Adelyn menelan salivanya dengan susah payah.

Taehyun mengacak rambutnya. Seperti sedang sedikit frustasi menghadapi Adelyn yang sepertinya menolak peka. Sekali lagi, Taehyun bukan tipikal cowok pemaksa. Jadi Taehyun hanya bisa menyudutkan Adelyn dengan kata-katanya.

"Aku ... um," Adelyn tidak bisa berkata-kata. Tidak Adelyn pungkiri kalau dirinya juga memiliki rasa kepada Taehyun, tapi trauma Adelyn juga belum hilang. Rasa sakit dari pengkhianatan yang pernah Adelyn rasakan, nyatanya tidak bisa hilang dan sirna begitu saja. Adelyn membutuhkan waktu.

"Kupikir kau merasakan sesuatu yang spesial dari hubungan kita, ternyata .... huh, ini hanya imajinasiku saja." Taehyun menghela napasnya. Dari nada bicaranya, jelas Taehyun sedang merasa kecewa.

"Um, aku belum mengatakan tidak kan?" ucap Adelyn.

Kalimat yang baru saja Adelyn katakan, bagaikan angin kesempatan yang menyejukkan telinga Taehyun. Taehyun segera menoleh melihat gadis itu yang sedang duduk meringkuk, sambil menundukkan kepalanya.

"Jadi maksudmu..."

Adelyn langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat sebelum Taehyun berspekulasi berlebihan, apalagi sampai salah tafsir.

"Bisa kasih hubungan kita waktu lebih?" tanya Adelyn.

"Heuh?"

Adelyn menarik pandangannya dari Taehyun lalu mengalihkannya ke arah yang lain.

"Baiklah, aku paham jika menurutmu hubungan kita terlalu cepat," ucap Taehyun.

"Aku harap kau tidak salah paham. Dan kita ... kita bisa tetap bersikap seperti biasa." Adelyn tersenyum manis ala dirinya. Senyuman yang terlihat sedih namun tidak terpaksa.

"Baiklah ... Tapi dengan satu syarat," Taehyun menunjukkan jari telunjuknya.

"Apa?"

"Biarkan aku selalu di dekatmu."

Adelyn tertawa kecil. Terasa ada yang menggelitik di dalam perutnya. Apa itu? kupu-kupu atau kunang-kunang? ... entahlah, mungkin ini hanya sebuah bentuk rasa nyaman yang terpancar lewat gelak tawa.

**

Malam semakin larut. Entah sejak kapan keduanya; Adelyn dan Taehyun tertidur. Mereka saling menopang dengan Adelyn yang bersandar pada bahu Taehyun. Sementara Taehyun menyandarkan kepalanya pada sisi pucuk kepala Adelyn.

Adelyn terbangun. Ia mengerjab.

Perlahan Adelyn meluruskan duduknya. Memindahkan dengan perlahan posisi kepala Taehyun, agar Taehyun tidak terbangun.

Namun...

"Heuh?" Adelyn tanpa sengaja menyentuh kening Taehyun dan merasa ada yang berbeda. Suhu Taehyun mendadak lebih tinggi. Terasa panas tangan Adelyn ketika ia menyentuh kening Taehyun.

"Tae, kau, ... tubuhmu panas." Adelyn tidak hanya memastikan lewat kening Taehyun saja. Bahkan Adelyn merasakan panas di leher dan lengan Taehyun.

"Ba-bagaimana ini ...." Seketika Adelyn mendadak panik. Taehyun tidak sadarkan diri, walau Adelyn sudah mengguncang tubuh Taehyun.

Ssrrrkk ... srrkkk ....

Disaat yang bersamaan, terdengar suara semak-semak yang saling bergesek. Adelyn langsung menduga kalau ada seseorang di sekitarnya.

Adelyn mulai berpikir tentang apa yang harus ia lakukan saat ini.

Srk! Kreek! ... Kali ini suara langkah kaki lebih terdengar jelas. Bahkan ranting pohon patah karena terinjak olehnya.

Masalahnya saat ini, siapa yang berada disekitarnya! Adelyn takut jika orang itu bukan orang baik. Akan tetapi, Adelyn juga tidak bisa membiarkan Taehyun seperti ini. Ia harus keluar dan mencari pertolongan.

Srekk .... Suara langkah kaki itu semakin mendekat. Jika orang itu merupakan orang baik, Adelyn telah melewatkan kesempatan untuk menyelamatkan Taehyun.

Akhirnya Adelyn ada pada keputusannya. Ia harus bergerak; melihat siapa yang datang. Paling tidak Adelyn harus mengintip sebelum meminta bantuan.

"Aku akan segera kembali." Adelyn membuka cardigannya; melipatnya; dan membuatnya menjadi bantal untuk Taehyun bersandar.

Adelyn segera beranjak dari tempatnya, dan keluar dari batu besar yang menutupinya.

Adelyn mengendap-endap. Karena minimnya cahaya, membuat Adelyn semakin waspada akan sekitarnya. Ia berusaha mencari tahu siapa yang datang.

Grep!

"Kyyyaaa!!!" teriak Adelyn.

"Adelyn!"

Adelyn membuka matanya lalu menoleh kebelakang; melihat seseorang yang telah menepuknya dan membuatnya terkejut.

"Professor Nam!" kaget Adelyn.

**

Ruang Kesehatan.

Seorang perawat baru saja meletakkan ramuan obat di nakas samping tempat tidur Taehyun.

"Kau punya bukti dari ceritamu?" tanya Professor Nam melanjutkan pembicaraannya yang sempat tertunda karena perawat yang datang.

Adelyn menggelengkan kepalanya.

Professor Nam mendesah sedikit berat. "Ini sulit jika tidak ada bukti."

"Saya tidak bicara bohong," tukas Adelyn.

"Saya juga tidak bisa percaya begitu saja jika tanpa bukti. Hilangnya kau dan Taehyun sudah tersebar hampir ke setiap sudut sekolah. Jika saya membebaskanmu dan Taehyun begitu saja, apa itu tidak akan jadi contoh yang buruk untuk yang lain?"

Adelyn tertunduk. Adelyn sendiri tidak tahu harus bagaimana membuktikan ucapannya.

"Selama hampir sekolah ini berdiri, belum ada satu pun siswa yang berani keluar dari asramanya di malam hari, apalagi sampai pergi dengan lawan jenis."

Adelyn semakin merasa cemas. Apa mungkin dirinya dan Taehyun telah melanggar peraturan sekolah yang sangat ketat?

"Huh ... Youra. Sebenarnya ada apa denganmu? Tidak biasanya kau bersikap ceroboh seperti ini," ucap Professor Nam.

"Maafkan saya." Hanya ini yang bisa Adelyn ucapkan.

"Saya akan tetap bersikap adil kepada semua murid. Jadi untuk kasusmu, ada baiknya saya akan selidiki. Namun, untuk mengantisipasi kejadian ini terulang lagi, baik kau dan Taehyun, tetap harus menerima hukumnya."

Adelyn sudah pasrah akan nasibnya. Ia tau ada hukuman yang tidak terelakkan. Lalu Adelyn menoleh melihat Taehyun yang tengah terbaring. Adelyn merasa kasihan jika Taehyun yang sedang sakit juga kena hukuman.

Bolehkah dirinya mewakili Taehyun menerima hukuman?

— TO BE CONTINUED —

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel