Bab 17 Hold My Hand
Bab 17 Hold My Hand
“Jangan mendekat!” teriak Adelyn sebelum Mike benar-benar menyentuhnya. Sesaat Mike menahan dirinya, ia berbalik menatap Adelyn yang terlihat frustasi karenanya.
Awalan Adelyn pikir, Mike, tidak jadi menciumnya. Namun, sepertinya apa yang Adelyn pikiran itu salah! Mike hanya menyeringai. Hanya hal itu yang Mike lakukan dan menunjukkan pada Adelyn. Mike seolah sedang meremehkan Adelyn.
Alih-alih menjauh, Mike justru kembali mendekati Adelyn.
“Cukup!”
Tiba-tiba muncul suara yang menarik atensi Mike begitu juga Adelyn. Suara berat ciri khas seseorang yang Adelyn kenal.
Adelyn dan Mike segera menoleh ke asal suara.
“Taehyun!” pekik Adelyn. Air mata Adelyn lolos tiba-tiba, ketika melihat Taehyun berdiri dihadapannya. Adelyn merasa lega.
“Taehyun .... “ Mike geram seketika melihat Taehyun bisa berada di sana.
“Lepaskan dia Mike! Apa yang sedang kau lakukan, hah? Kau mencoba melakukan kekerasan padanya?” ucap Taehyun.
“Apa urusanmu? ... tidak seharusnya kau merusak rencanaku,”
“Rencana apa? Sudah lepaskan, atau ....”
“Atau apa?!” bentak Mike.
“Video kau melakukan kekerasan sampai pada profesor kepala...”
“Video?” Kedua mata Mike beralih pada kamera ponsel milik Taehyun yang berada di tangannya. Sial! Ternyata Taehyun telah merekam aksinya.
Terpaksa Mike melepaskan kekuatannya pada Adelyn, dan beralih menyerang Taehyun.
Pergerakan tanah itu begitu cepat menghampiri Taehyun, dalam sekejap mata, tanah setinggi 2 meter berhasil mendatangi Taehyun. Namun, tunggu dulu! Siapa sangka kecepatan Taehyun menghindar lebih cepat. Bahkan serangan api yang entah kapan Taehyun lempar, kini beralih menyerang Mike. Mike segera membuat perisai dari tanah, sebelum api itu mengenai wajahnya.
“Sial!” Mike menggertakan giginya hingga saling beradu. Rahangnya mengeras seketika. Kedua mata Mike tidak lepas mencari keberadaan Taehyun yang tiba-tiba lenyap dari pandangannya.
Mike menoleh ke belakang. Benar saja, Taehyun berhasil membawa lari Adelyn.
Tidak bisa Mike biarkan! Mike sudah terlanjur kesal. Tidak hanya karena kehadiran Taehyun, tapi juga karena sikap Adelyn yang sudah melukai perasaannya.
Mike berusaha menyerang Taehyun dan Adelyn yang sedang berlari dengan serbuan lempengan tanah yang naik ke permukaan. Namun, sayang. Adelyn dan Taehyun sudah lebih dahulu menghindar dengan cepat.
“Sial!” geram Mike sambil meninju; lalu menendang udara tanpa tentu arah. Adelyn dan Taehyun telah hilang dari pandangannya.
**
Hosh ... Hossh... Napas Adelyn dan Taehyun tersengal-sengal. Mereka berhenti berlari ketika mereka merasa telah berlari cukup jauh dari Mike
“Ah, Hah... Hohh.... “ Napas Adelyn masih terputus-putus walau ia sudah berhenti berlari. Sementara Taehyun, ia secepat mungkin mengatur napasnya agar kembali normal.
“Hosh ... Kau tidak apa-apa?” tanya Taehyun pada Adelyn. Adelyn masih berdiri membungkuk. Napasnya masih belum stabil.
Taehyun terdiam menunggu sesaat. Ia memberikan Adelyn kesempatan bernapas walau Taehyun sudah tidak sabar untuk menodongnya dengan segudang pertanyaan.
Napas Adelyn sudah mulai terdengar menghilang. Tidak ada lagi hembusan napas kasar. Napas Adelyn sudah kembali normal.
“Apa yang ...”
Grep!
Belum sempat Taehyun menyelesaikan kalimatnya, Adelyn sudah terlebih dahulu membungkamnya dengan sebuah pelukan erat.
“Hwaaa!! ... Kau datang! Ternyata kau datang. Terima kasih ...” ucap Adelyn dengan nada suara yang sedikit bergetar. Tak hanya suara, bahkan tubuh Adelyn terasa sedikit bergetar. Taehyun bisa rasakan itu.
Rasanya sesaat tadi Taehyun ingin memarahi gadis ini. Gadis bodoh ini. Tapi ketika Adelyn memeluknya. Bahkan sampai mengucapkan rasa terima kasih. Perasaan jengkel Taehyun menghilang entah kemana. Taehyun bersyukur ia bisa berguna untuk gadis yang ia kenal dengan kesombongannya.
Adelyn melepaskan pelukannya. Setelah beberapa saat ia memeluk Taehyun. Adelyn baru tersadar, betapa nyamannya di dalam pelukan seorang Taehyun. Tubuh Taehyun tidak terlalu besar dan berotot menonjol. Namun, otot-otot yang telah Taehyun bentuk sedari kecil, terasa sangat kekar ketika Adelyn memeluknya. Cukup membuat Adelyn terasa nyaman dan aman.
“Terima kasih,” ucap Adelyn dengan suara kecilnya. Nampak raut penyesalan terpancar dari wajah cantik Adelyn.
Adelyn terlihat seperti kucing kecil yang memiliki mata besar, memelas. Membuat Taehyun terpana dan tersipu karena merasa gemas.
“Huk, um ... sedang apa?” tanya Taehyun
Adelyn mendelik seketika mendengar pertanyaan Taehyun yang terdengar menggantung.
“Kenapa bisa ada bertemu dengannya di sini? ... berdua lagi!” Taehyun sedikit menekankan kalimatnya pada bagian akhir. Sengaja ia lakukan agar Adelyn bisa sadar pokok inti masalah yang terjadi.
“Sebenarnya ini karena nametag.” Alih-alih menjawab pertanyaan Taehyun. Adelyn justru melempar kalimat pernyataan yang membingungkan.
“Nametag? Nametag apa?”
“Namtagku dibawa olehnya. Dia bilang akan mengembalikannya kalau aku menemuinya di sini.”
“Heuh?”
“Aku tidak sangka kalau dia ternyata punya maksud lain,” ucap Adelyn sambil merenggut.
“Ya, aku juga tak sangka. Dulu kau terlihat dekat dengannya. Dia selalu bersamamu setiap saat, bagaikan pelayan. Aku pikir kau bisa mengendalikannya.” Taehyun melipat tangannya di depan dadanya. Sorot matanya seakan sedang menyudutkan Adelyn.
“Dia menyukaiku. Dia memintaku untuk jadi kekasihnya.” Adelyn sedikit menaikan nada bicaranya sedikit lebih tinggi, seolah ia tak terima.
“Lalu?”
“Lalu apa? Ya, aku menolaknya. Bagaimana aku bisa menerimanya.”
“Hum ... terus?”
“Aku tidak menyukainya.”
“Lalu siapa yang kau sukai?”
“Kau!”
“Eh?”
Seketika Adelyn membekap mulutnya sendiri. Matanya melotot seakan hendak lompat dari tempatnya. Adelyn telah kelepasan bicara.
“Apa yang kau katakan? Bisa kau ulangi?”
Adelyn masih membekap mulutnya sendiri sambil menggelengkan kepalanya.
“Ayolah, katakan ... Aku masih ingin mendengarnya,” ucap Taehyun sambil sedikit menggoda Adelyn.
Adelyn menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Astaga, Adelyn benar-benar terpojok.
Taehyun bukan tipikal pria pemaksa. Jadi Taehyun biarkan Adelyn dengan waktunya. Taehyun kembali memberikan jarak antara dirinya dan Adelyn.
“Baiklah jika tidak mau mengatakannya, aku tidak akan memaksa.”
Adelyn membuka bekapannya sendiri.
“Tapi aku akan pastikan kau akan mengatakannya kembali.”
Adelyn hanya bisa bergeming. Ia mengapit kedua bibirnya sendiri. Perasaannya sangat kacau balau saat ini.
“Ayo pulang,” ajak Taehyun.
“Ngomong-ngomong kita ada di mana?” tanya Adelyn.
Taehyun menoleh melihat Adelyn dengan tatapan datar.
“Sebenarnya aku juga tidak tau, tepatnya kita ada di mana,” jawab Taehyun. “Sepertinya kita sudah berlari terlalu jauh dari batas sekolah,”
“Heuh, apa?” Adelyn mulai terlihat panik kembali.
“Sudah tidak ada pagar pembatas.” Taehyun menoleh ke kanan dan ke kiri.
“La- La ... Lu, kita bagaimana? ... Apa ini artinya kita tersesat?”
Taehyun memerhatikan Adelyn yang wajahnya mulai terlihat cemas dan seakan ingin menangis kembali. Taehyun jadi tersadar. Sejak kapan Youra yang ia kenal jadi cengeng seperti ini. Bukankah seharusnya di saat seperti ini, Youra yang Taehyun kenal, akan bersikap marah dengan emosi yang meledak-ledak. Lalu ia akan berkacak pinggang sambil mengucapkan sumpah serapah? Seperti semester lalu ketika Masa Orientasi.
Tapi gadis yang dihadapannya saat ini sangat jauh berbeda. Ia tidak marah dan sombong. Gadis yang ada dihadapannya Taehyun saat ini, terlihat sangat cengeng dan gampang menangis. Ia gampang cemas dan gemetar. Seperti ingin selalu Taehyun lindungi. Ah, jika seperti ini Taehyun sangat bahagia. Ia merasa bahagia karena ia merasa bisa memimpin dan diandalkan oleh seorang Youra.
Hup. Taehyun menepuk kepala Adelyn pelan lalu mengusapnya. Dengan senyum yang menenangkan, Taehyun berkata, “Kau tidak akan bisa kembali ke sekolah,”
“Apa?!”
“Tidak jika kau tidak bersamaku.” Taehyun tersenyum renyah. Senyumannya seolah sedang mengatakan kalau semua akan baik-baik saja. “Tidak ada yang perlu kau cemaskan. Kita akan kembali ke sekolah.”
“Tapi ...”
“Seandainya kita tersesat, tenanglah. Karena kau tersesat bersamaku. Aku akan melindungimu.”
Walau rasa takut dan cemas itu tidak langsung hilang ketika Taehyun berusaha menenangkannya. Namun, setidaknya Adelyn tau kalau dirinya tidak sendiri di saat seperti ini.
“Lalu sekarang apa?” tanya Adelyn.
“Aku sih bawa ponsel, tapi di sini sinyalnya buruk. Tidak bisa pakai GPS,” jawab Taehyun seraya mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
“Ah, Aku juga bawa ponsel,” ucap Adelyn sambil mengeluarkan ponselnya. “Yah ... baterai-nya habis.”
“Tenang, ponselku banyak baterai-nya. Tapi, sinyalnya hilang.”
“Ada kompas di aplikasimu?”
“Ada.” Taehyun mulai menggeser layar ponselnya. “Semoga berhasil.”
“Kamu bisa membaca arah kompas?”
“Kita hanya perlu mengikuti panah utaranya saja kan?”
“Taehyun!”
“Hahaha, iya, aku paham. Jadi kau tenang saja.”
“Jangan bercanda di saat seperti ini.”
“Lalu di saat seperti apa aku boleh bercanda denganmu?”
“Taehyun!”
“Baiklah ... Baiklah, kita jalan. Ikuti aku.” Titah Taehyun sambil meraih tangan Adelyn lalu menggenggamnya dengan erat.
Deg. Adelyn sontak segera ingin menghindar dari genggaman itu. Namun, Taehyun lebih cepat menyambar tangannya.
“Kau tidak mau tersesat atau sampai kita berpisah kan?” tanya Taehyun.
Adelyn menggelengkan kepalanya.
“Maka dari itu, diamlah. Aku pastikan kita tidak akan terpisah. Jadi tetap seperti ini sampai kita sampai di sekolah,” ucap Taehyun yang semakin menggenggam tangan Adelyn dengan erat.
**
Sementara itu di sekolah.
“Apa? Taehyun dan Youra tidak ada di kamarnya?” Professor Nam mendadak menjadi geram ketika Mike melaporkan Taehyun dan Adelyn.
Mike tampak menikmati kemarahan dari Profesor Nam yang siap untuk meledak.
“Habislah kalian,” ucap Mike dalam hati.
—TO BE CONTINUED—