Bab 16 Tatapan Mata
Bab 16 Tatapan Mata
Drap ... Drap ...
Brak! Seseorang membuka pintu ruang kesehatan.
"Youra," ucap seorang wanita yang memakai baju perawat. Ya, di adalah seorang petugas kesehatan yang piket hari ini.
Beruntung, ketika petugas kesehatan tersebut datang, posisi Adelyn dan Taehyun tidak se"intim" tadi.
"A-aku duluan," ucap Adelyn yang wajahnya memerah bagaikan tomat. Adelyn bahkan tidak tahu untuk siapa ia mengatakan salamnya. Adelyn tertunduk malu.
Adelyn bergegas keluar ruang Unit Kesehatan.
"Dia kenapa? apa dia sakit?" tanya petugas kesehatan tersebut pada Taehyun.
Taehyun hanya menggendikkan bahunya sambil tersenyum-tersenyum menahan geli. Perawat jaga itu pun hanya bisa memendam kebingungannya.
**
Setelah kejadian yang terjadi di kantin dan di ruang kesehatan, Adelyn sama sekali tidak sanggup bertatap muka dengan Taehyun. Adelyn terlalu malu kalau mengingat Taehyun telah melakukan sesuatu diluar dari batas kata pertemanan.
Sementara Adelyn memendam rasa malunya, Taehyun justru menikmati momen di mana Youra yang ia kenal, sedang bersikap salah tingkah padanya, karena bagi Taehyun itu sangat menggemaskan.
Taehyun jadi terbesit untuk mengganggu Adelyn lebih jauh. Taehyun ingin tahu seberapa peka Adelyn terhadap dirinya.
**
"Youra," seseorang memanggil nama lain dari Adelyn.
Adelyn menoleh. Seorang pria manis mendekat menghampirinya.
"Iya," sahut Adelyn. Rasanya baru pertama kali Adelyn melihat pria ini. Adelyn jadi berpikir, apa pria ini salah satu teman Youra?
"Kok melihat aku aneh begitu?" ucapnya sambil tersenyum renyah.
Sial! tidak ada name tag di seragamnya. Adelyn kalang kabut mencari siasat agar kedoknya sebagai Youra tidak bocor.
"Um?"
"Kamu kenapa? Kok seperti orang tidak kenal. Ini aku, Mike."
"Ah, Mike," seru Adelyn berpura-pura kenal. Masa bodo benar dia Mike atau bukan. Intinya saat ini Adelyn harus berakting kalau dirinya tahu siapa pria yang ada di hadapannya saat ini.
"Kenapa tidak hubungi aku? Kau bilang akan berikan jawabannya setelah kita masuk semester."
"Eh?"
"Aku sudah menunggu jawabannya."
"Jawaban apa, ya?"
"Hahaha, kau lucu sekali. Apa perlu aku ulangi lagi seperti kemarin."
"Apa?"
"Astaga Youra, kau ini ternyata benar-benar lucu."
Pria yang mengaku bernama Mike ini tersenyum renyah. Ia terlihat menatap Adelyn berbeda, untuk takaran teman.
"Begini saja, bagaimana kalau nanti kita janjian di taman asrama," tawar Mike, "Aku akan mengulangi kembali semuanya. Seperti yang kamu mau."
"Tapi .... "
"Tidak ada kata tapi! ini penting."
"Bukankah siswa dan siswi tidak boleh bertemu diluar jam sekolah?"
"Youra, kau kenapa? kau sendiri yang sering melanggar peraturan. Kau kan punya kuasa untuk itu, kita bertemu di taman belakang. Aku tunggu jam 5 nanti."
Srrt! Dengan cepat Mike mengambil name tag milik Adelyn.
"Heuh?" desau Adelyn bingung. "Name tag milikku!"
"Akan aku kembalikan ketika kita bertemu nanti."
Mike bergegas meninggalkan Adelyn.
"Eh tunggu! kembali ... kan." Adelyn masih kebingungan apa yang sedang terjadi. Siapa pria itu, apa yang dia inginkan dari Adelyn.
**
Waktu menunjukkan pukul setengah 5 sore. Adelyn menimbang apa yang seharusnya ia lakukan. Adelyn tidak bisa meminta name tag baru pada pihak sekolah begitu saja. Setidaknya harus ada alasan yang masuk akal kenapa name tagnya bisa sampai hilang.
Jika Adelyn mau menuduh atas nama Mike, apa pihak sekolah akan memakluminya? Sementara Adelyn tidak memiliki bukti. Huft! memang sudah sebaiknya Adelyn mengambilnya sendiri.
**
Melalui pintu rahasia yang pernah Taehyun tunjukkan padanya, Adelyn mengendap keluar dari dinding asrama. Rasanya sedikit berbeda tanpa Taehyun yang membimbing perjalanan nakal Adelyn.
Celah tembok itu pun terbuka, Adelyn menyelinap mencari jalan keluar menuju taman belakang sekolah.
Bingo! ketemu juga.
Adelyn berhasil masuk ke dalam taman. Sebenarnya tidak taman juga. Tempat yang disebut sebagai taman ini sebenarnya adalah sebuah hutan kecil. Hanya saja banyak rambu-rambu sebagai penanda kalau tempat ini tidak terlarang.
"Youra!"
Adelyn menoleh. Ya, benar saja Mike ada di sana. Ia terlihat sumringah ketika melihat Adelyn.
"Kau ... " Adelyn tidak percaya, dia melanggar peraturan sekolah hanya karena sebuah name tag!
Adelyn berharap pria bernama Mike ini tidak salah paham padanya. Adelyn melakukan semua ini bukan untuknya. melainkan untuk name tag miliknya.
"Mana name tag milikku?"
"Santai, hha ... kenapa buru-buru begitu?"
"Sebenarnya kau mau apa? Kenapa tiba-tiba mengerjaiku seperti ini?"
"Mengerjai? ... Tidak! Aku sama sekali tidak berniat mengerjaimu. Aku hanya berharap kau datang menemuiku." Mike perlahan berjalan mendekati Adelyn. Senyum mencurigakan yang terbesit dari raut wajahnya membuat Adelyn curiga sekaligus ngeri melihatnya.
"Aku sudah datang, jadi sebaiknya kau kembali-"
Grep! Bugh....
Seketika Mike menerkam Adelyn, memeluknya erat!
Kya!!! Adelyn berteriak.
Dengan kekuatan pengendalian tanah milik Mike, Mike berhasil mengunci pergelangan kaki milik Adelyn. Memagari kaki-kaki Adelyn dengan element bumi.
"Apa yang...!"
"Ssst! jangan berteriak, karena jika sampai kau berteriak, kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Tidak ada siapa pun di sini. Tidak akan ada yang mendengarmu!"
"Apa?"
"Youra, Youra! sejak kapan kau berubah jadi bodoh dan bertindak sok polos seperti ini?"
Deg!
"Lepaskan aku!"
"Hei, di sini aku boss-nya. Jadi jangan bersikap bagaikan tuan putri sekarang!"
"Kau mau apa? Kenapa bersikap seperti ini padaku?"
"Kepalamu terbentur sesuatu, hah?"
"Apa?"
"Kau tidak ingat, bagaimana kau sudah mempermalukan aku?"
Ada apa ini? Adelyn sama sekali tidak paham apa yang sedang Mike katakan.
Mike berjalan menghampiri Adelyn. Senyum manis yang pertama kali Adelyn lihat ketika bertemu Mike telah sirna dari ingatan Adelyn. Mike sekarang lebih terlihat bagikan seorang psikopat saat ini.
"Kau lupa, bagaimana kau memperlakukan aku bagaikan budak? Kau selalu menyuruh dan memperlakukan aku bagai budak. Kau minta aku mengambil laundrymu, aku lakukan. Kau minta aku menulis catatan untukmu, aku berikan. Kau memintaku untuk mengantri makan siang, juga aku kerjakan! Tapi apa? Kau justru dekat dengan pria yang kau benci, ketika masuk semester akhir. Kenapa kau jadi dekat dengannya hah?! Kau bahkan tidak menyapaku ketika kita bertemu kembali?!"
"Kau bicara apa?" tanya Adelyn tidak mengerti.
"Apa kurangnya aku? Kau bilang aku ribuan kali lebih baik dari Taehyun! Kau bilang aku lebih berguna untukmu?!"
"Tapi aku tidak me—"
Terlambat! Bahkan sebelum Adelyn menyelesaikan kalimatnya, Mike sudah mencengkeram rahang Adelyn.
"Kau hanya boleh baik denganku! kau tidak boleh dekat dengan Taehyun! Kau hanya berteman denganku!"
Adelyn tidak bisa berkutik. Kakinya terbelenggu. Tangannya juga sama. Tanah naik hingga mengunci pergelangan tangannya.
"Sekarang katakan! berikan jawaban atas pertanyaanku," ucap Mike dingin. "Kau harus tahu, jawabanmu sangat berpengaruh, di sini tidak ada danau, kau tidak berkutik di sini. Jadi jawablah dengan bijak!" ucap Mike mengancam.
"Apa?" dengan sekuat kemampuan Adelyn, ia bertanya ketika ia rasa Mike sedikit melonggarkan cengkramannya.
"Apa kau mau jadi kekasihku? ... karena aku rasa, pertemanan kita perlu ada kepastian. Aku akan terus setia padamu, asalkan kau mau menerimaku."
"Apa?!!"
"Hha, kenapa responmu berbeda? Dulu kau tertawa sinis mendengar pernyataanku, kau anggap perasaanku lelucon." Mike terbahak. "Sekarang kenapa wajahmu terkejut seperti ini?"
Adelyn bingung sekaligus takut. Bagaimana bisa ia tertawa menanggapi orang gila semacam Mike.
"Sekarang jawablah! Aku tidak ingin menunggu terlalu lama! Ingat, tidak ada air di sini! yang ada hanya tanah. Kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu untuk menghadapiku.
Adelyn berpikir. Apa yang harus ia lakukan. Bahkan jika ada air pun, Adelyn ragu bisa melawan Mike. Dirinya kan bukan Youra!
"Jadi apa jawabannya?" Mike tersenyum seakan telah memenangkan segalanya. Mike seolah yakin kalau Adelyn akan menyerah karena situasi yang tidak menguntungkan untuk Adelyn.
"Apa yang akan terjadi jika aku menolak? Apa kau akan membunuhku?"
"Ck ck! tidak sayang. Aku tidak mungkin membunuhmu," jawab Mike.
"Jadi apa?! cepat katakan! dan segera lepaskan aku!"
"Tenanglah Youra ... Jika kau menolakku, apa boleh buat, aku akan menyerah mendapatkan kamu."
"Heuh?" Adelyn terheran. Apa benar dengan hanya menolaknya, Mike si psikopat ini akan melepaskan dirinya dengan mudah?
"Setidaknya sebelum aku melepaskanmu, kita harus membuat kenangan indah bersama kan?"
"Eh, apa?"
"Aku ingin menandaimu! setidaknya, akulah yang pertama menyentuhmu, sebelum pria lain lakukan. Lalu semuanya akan aku rekam, sebagai kenangan indah kita berdua."
"Kau gila! Lepaskan aku!" pekik Adelyn.
Sumpah! Apa yang dikatakan oleh Mike membuat bulu kuduk Adelyn berdiri. Bagaimana bisa situasi seperti ini terjadi lagi!
Jauh dari logika Adelyn untuk menerima Mike; seorang psikopat menjadi kekasihnya. Namun, di situasi seperti ini juga Adelyn kalah! tidak ada apa pun atau siapa pun untuk bisa membantunya saat ini.
"Jadi bagaimana Youra? Apa jawabannya?"
"Aku .... "
Mike menanti jawaban Adelyn sambil tersenyum-senyum menyeramkan.
Haruskan Adelyn berbohong untuk menyelamatkan dirinya.
"Baiklah, aku mau jadi kekasihmu," ucap Adelyn pasrah.
"Ya! itu jawabannya! Itu jawaban yang sangat bijak." Mike melompat kecil mengekspresikan kegembiraannya.
"Sekarang lepaskan aku," pinta Adelyn melemah. Setidaknya dia harus melepaskan dirinya dari belenggu tanah ini. Ia harus menjauh dari Mike terlebih dahulu. Masalah kedepannya biar nanti Adelyn pikiran kembali.
"Baiklah, tapi ada syaratnya!"
"Apa? Syarat?! ... syarat apa?" Adelyn mengernyit. Adelyn kira semuanya akan selesai dengan sebaris kalimat jawaban saja. Namun, ternyata Mike sepertinya telah berencana sesuatu.
"Cium aku!"
"Apa?!!"
"Setalah aku mendapat foto ciuman pertama kita, baru aku akan melepaskanmu."
"Apa? Foto?"
Adelyn tidak habis pikir! Mike bisa berpikir segila ini! Mike benar-benar ingin menjebak Adelyn.
Sekarang apa yang harus Adelyn lakukan?!
"Cium aku!" ucap Mike dingin. Tatapannya berubah tajam, seiring dengan permintaannya. Dari tatapannya saja Adelyn bisa tahu kalau Mike tidak main-main. Mike menyalakan kamera ponselnya, lalu mengarahkan pada dirinya yang perlahan wajahnya mulai mendekat pada wajah Adelyn.
— TO BE CONTINUED —