Bab 19 Menyiram Tanaman
Bab 19 Menyiram Tanaman
Segala sesuatu pasti ada konsekuensinya. Termasuk apa yang telah dilakukan oleh Adelyn dan Taehyun. Meski sebenarnya mereka tidak bermaksud sama sekali untuk melakukannya.
Menjadi petugas pemeliharaan sekolah selama 1 bulan, adalah keputusan terbijak menurut Profesor Nam, untuk memberikan hukuman kepada Adelyn dan Taehyun.
Merasa tidak adil dan ingin menyalahkan Mike? Tentu saja itu yang ada di dalam hati Adelyn, tapi mana mungkin dirinya mengatakan hal sebenarnya pada Profesor Nam. Bisa-bisa Adelyn dianggap aneh dan mengada-ngada.
Pada awalnya hukuman berlaku untuk Adelyn dan Taehyun. Namun, sayangnya, Taehyun masih dalam keadaan sakit. Mau tidak mau Adelyn menjalani hukumannya sendiri, dalam beberapa hari.
**
Hari ini Adelyn bangun lebih pagi. Ya, ini merupakan salah satu bagian dari menjalani hukumannya. Adelyn bertugas menyiram tanaman sekolah pagi ini.
Helaan napas terdengar seiring langkah kaki Adelyn. Mau bagaimana lagi, hukuman tetaplah hukuman, Adelyn mesti melaksanakannya. Sedari dulu Adelyn memang orang yang patuh pada peraturan.
"Selamat pagi Pak Max," ucap Adelyn sedikit menunduk, memberikan salam kepada kepala Petugas Pemeliharaan Sekolah yang bernama Max.
"Ah, Youra, kau sudah datang." Max menanggapi. Ia tersenyum tipis. Ya, Memang Pak Max memiliki wajah yang ramah. Bahkan walau dia tidak tersenyum, garis matanya melengkung seakan tersenyum.
Respon Pak Max yang ramah membuat Adelyn sedikitnya merasa lebih nyaman dan hangat. Mau bagaimana lagi, selama ini dirinya hanya mempunyai Taehyun saja yang begitu baik padanya.
"Saya akan ambil penyiramnya," ucap Adelyn, setelah meletakkan tasnya di dekat rak bunga. Tidak mau membuang-buang waktu lagi.
"Terima kasih," ucap Pak Max yang sedang memotong-motong akar bunga mawar. Gestur badannya mungkin terlihat santai dan tenang, tapi kemampuannya dalam memotong akar bunga sangat lihai sekali. Adelyn bahkan sedikit terkesima dengan kemampuan kepala Petugas Pemeliharaan Sekolah ini.
‘Aku tidak boleh diam saja. Aku juga harus melakukan tugasku.’ Batin Adelyn.
Adelyn pun mulai menyiram satu persatu sisi setiap tanaman yang berada di belakang sekolah itu. Tanaman yang ada di belakang sekolah terlihat cukup beragam dan banyak yang bentuknya unik mirip pohon bonsai yang berbunga warna warni.
Selama beberapa saat hanya terdengar suara guyuran air dan suara gunting yang dipakai Pak Max untuk memotong akar bunga.
Adelyn menggigit bibir bawahnya. Rasanya ini terlalu hening dan damai hingga membuatnya merasa aneh. Takut kalau tiba-tiba ada hal aneh yang muncul. Terlebih dengan pengalaman Adelyn selama di dunia barunya ini.
Apa yang harus dilakukan oleh Adelyn? Pak Max juga terlihat sangat ramah. Haruskah dirinya bersikap lebih cair dan tidak kaku. Ah, apakah Adelyn bisa? Batin Adelyn bergemuruh hebat. Lebih hebat daripada angin puting beliung yang datang tiba-tiba.
"Umm... Kemarin sore saya sudah memberi makan para kelinci," sahut Adelyn membuka pembicaraan. Dia sedikit gugup dengan perkataannya sendiri. Dia dari beberapa hari lalu memang sudah mulai melakukan tugas hukumannya, tapi baru kali ini mulai mencoba untuk membuka topik pembicaraan dengan Pak Max.
"Oh, benarkah? ... Apa ada kendala?" tanya Pak Max menanggapi. Meski matanya masih terpaku pada akar bunga yang sedang dia potong, tapi suaranya terdengar ramah.
"Tidak ... Bahkan saya sudah menghitung ulang jumlah kelinci yang ada sebelum pulang." Adelyn mengatakan apa yang memang terlintas di dalam pikirannya.
"Terima kasih," ucap Pak Max. Sesaat Pak Max berhenti dan memberikan senyumannya pada Adelyn.
Adelyn hanya tersenyum tipis menanggapi Pak Max, sambil terus menyirami bunga-bunga tersebut. Dia memang sedikit kaku kalau berurusan dengan orang baru.
"Sudah hampir 3 hari ini kau membantuku dalam mengurus sekolah, tapi tidak pernah cerita sebenarnya kau dihukum karena apa," ucap Pak Max yang membuat Adelyn terkesiap dan gelagapan.
"Um, itu ... "Adelyn bingung untuk menjelaskan letak kesalahannya. Bagaimana mungkin dia berkata semua itu karena ulah Mike yang mengambil nametag dirinya dan kemudian menjebaknya hingga akhirnya datang Taehyun yang membawanya ke hutan. Oh, bukankah itu terdengar sangat panjang? Dan bahkan lebih terdengar seperti cerita dalam film dan drama.
"Kau bukan gadis yang kabur ke hutan itu kan?" tanya Pak Max dengan yakin. Itulah yang dia ketahui dari apa yang dikatakan oleh Profesor Nam.
"Um, ... itu ... aku." Adelyn tampak ragu menjawab pernyataan Pak Max. Ada rasa malu yang menyelimuti dirinya.
"Eh? Benarkah?" Pak Max tampak tidak percaya. "Kau kabur ke hutan bersama seorang pria? ... untuk apa? ... Apa kalian melakukan sesuatu hingga akhirnya dihukum?"
"Bukan!" Adelyn berteriak segera membantah. "Bukan seperti yang Pak Max pikirkan! ... Tidak seperti itu!"
Sikap Adelyn yang tiba-tiba membentak dengan suara tinggi membuat Pak Max menghentikan aktivitas potong-memotongnya sejenak. Ia memerhatikan Adelyn seolah menunggu penjelasan yang lebih.
"Sebenarnya, ini salah paham," ucap Adelyn. "Aku dan Taehyun, kami terpaksa lari ke hutan karena ada seseorang yang berusaha menyakitiku," ucap Adelyn menjelaskan. Pada akhirnya dia mengatakan yang sebenarnya meski tidak semua.
"Menyakitimu?" Pak Max memiringkan kepalanya tertarik sekaligus penasaran.
Adelyn mengangguk pelan. "Aku tidak punya bukti untuk itu. Oleh sebab itu aku dihukum." Adelyn kembali menundukkan pandangannya. Orang seperti Pak Max tidak akan mungkin percaya dengan apa yang dikatakannya.
"Ah, saya mengerti."
Adelyn mengangkat kepalanya yang dipenuhi ekspresi kaget dan tidak percaya. "Apa Bapak percaya pada ceritaku?" tanya Adelyn dengan mata sedikit bergetar.
"Tidak ada alasan untuk saya tidak percaya kan?" tanya balik Pak Max yang terasa bagaikan angin segar bagi hati Adelyn.
Adelyn tersenyum tipis sekaligus lega. Paling tidak ada seseorang yang mau mendengarkan ceritanya. Tidak seperti para guru atau siswa lain, yang langsung memberikan cap jelek pada Adelyn.
Ah, bukan itu saja sebenarnya. Dulu bahkan ada yang tega mengunci Adelyn di kamar mandi hingga membuatnya sangat ketakutan.
Hosh ... hosh ....
Terdengar suara napas seseorang yang sedang terengah-engah. Seketika saja Adelyn menoleh ke asal suara tersebut. Matanya pun terbelalak menapa orang yang baru saja datang
"Taehyun?" gumam Adelyn.
Pak Max menoleh ke asal suara, ia melihat seorang pria dengan ciri khas Messy Hair-nya. Tengah berdiri sambil membungkuk memegang kedua lututnya. Ia baru saja selesai berlari dan kini sedang menormalkan kembali napasnya.
Pria jangkung berbadan bidang itu, perlahan mulai kembali menegakan posisi berdirinya. Ia menatap lurus mencari keberadaan seseorang. Lalu tatapannya berhenti tepat menghadap lurus pada Adelyn.
"Youra," seru Taehyun memanggil Adelyn.
Adelyn sendiri hanya bisa bergeming menatap lurus Taehyun yang mulai berjalan menghampirinya.
"Taehyun ...." lirih Adelyn. Satu sisi Adelyn senang dengan kehadiran Taehyun, tapi di sisi lain Adelyn sangat khawatir dengan keadaannya.
Taehyun berhenti sekitar sejengkal jarak dari posisi Adelyn berdiri. Dia tersenyum pada Adelyn dengan senyuman yang mampu melelehkan hati siapa pun yang melihatnya.
TO BE CONTINUED