Bab 14 Wajah yang Tertekuk
Bab 14 Wajah yang Tertekuk
Adelyn masih memasang wajah yang cemberut, saat mereka berjalan pulang. Dia masih tidak terima karena tadi hampir berhasil untuk menciptakan pusaran air yang lumayan, kalau saja Taehyun tidak menggangu dirinya. Adelyn memilih bungkam sepanjang perjalanan pulang ke asrama.
Taehyun yang melihat Adelyn cemberut dari sudut matanya, hanya bisa tersenyum kecil. Entahlah, Taehyun semakin tahu, bagaimana ekspresi lain dari wajah gadis angkuh itu selain sombong dan arogan. Hak ini memberikan rasa bangga tersendiri di hati Taehyun.
Keduanya bergegas menuju ke asrama, karena ini sudah dini hari. Taehyun membawa Adelyn melewati jalan yang memutar. Taehyun mengambil jalan memutar karena tidak ingin gadis itu terluka lagi.
"Youra. Lewat sini, cepat!" seru Taehyun dengan suara pelan.
Mereka mengendap-endap melewati sebuah bangunan kecil yang dipakai oleh penjaga sekolah untuk istirahat. Hati Adelyn penuh antisipasi saat melakukan hal ini. Seumur hidupnya, Adelyn tidak pernah berani melawan siapapun selama ini. Dia pikir hanya hidup sekedar untuk hidup. Tidak lebih.
Saat keduanya sudah berhasil melewati rumah penjaga sekolah, Taehyun tersenyum lega. Dia berjalan santai di sekitar kebun sawi yang luas. Ini kebun milik sekolah.
"Hei, Youra. Semangat untuk ujian besok. Jangan menyerah, oke?" kata Taehyun pelan saat Youra hendak memanjat kembali ke dalam kamarnya.
Adelyn menoleh ke belakang. Dia tersenyum lembut pada Taehyun.
"Terima kasih banyak, Tae," ucap Adelyn.
Lagi, hati Taehyun kembali berdegup kencang. Dia semakin yakin, bahwa jantungnya bermasalah.
"Ayo aku bantu kau untuk naik." Taehyun memegang kedua pinggang Adelyn sebelum mengangkatnya ke atas.
Adelyn sendiri terkejut mendapatkan perlakuan seperti itu. Namun dia segera memanjat ke atas pohon besar yang tepat berada di samping jendela kamarnya.
"Berusahalah lebih keras. Aku yakin, kekuatan milikmu akan kembali seperti dulu. Kau tadi sudah berhasil membuat kemajuan. Jadi percaya pada dirimu sendiri," kata Taehyun pelan.
Adelyn berhasil masuk ke dalam kamarnya lewat jendela. Kini dia melongok ke bawah.
"Terima kasih. Pulanglah dan hati-hatilah," ucap Adelyn tanpa suara.
Taehyun tersenyum dan mengangguk. Dia melambaikan tangan sebelum berbalik pergi. Taehyun merapatkan jaket yang dikenakan olehnya dan berjalan pergi ke asrama pria. Hati Taehyun berbunga-bunga. Senyum indah tidak pernah meninggalkan wajahnya.
Hari ini tiba juga. Hari ujian praktek. Hati Adelyn masih berdebar gelisah membayangkan saat ujian nanti. Sementara tiga orang gadis yang ada di belakangnya, memandang dirinya dengan sengit.
"Benar-benar memalukan. Tidak punya kekuatan lagi, tapi masih berani duduk di kelas ini," ucap Hyuna sengit.
"Kau benar. Akhirnya seseorang yang sombong menerima balasannya. Tapi dia tidak tahu diri. Harusnya dia kembali saja ke kelas dasar, agar bisa belajar dari awal lagi," sahut Hyunra sinis.
Keduanya menoleh ke arah Eunna yang terdiam tanpa menyahut sama sekali. Eunna masih menatap Adelyn dengan kebencian yang dalam. Selama ini, Eunna memang memendam kebencian dan rasa iri pada Adelyn, tapi dia mencoba untuk menyembunyikan hal itu dengan baik. Eunna tidak berani melawan Adelyn karena status mereka yang jauh berbeda. Akan tetapi, setelah tahu Adelyn tidak lagi memiliki kekuatan, Eunna dan temannya yang lain mulai menunjukkan perasaan mereka pada Adelyn.
"Hei, Eunna. Kau masih ingin berpura-pura berteman dengan dia sekarang? apa kau masih takut dengan Youra? Sekarang dia sudah tidak punya kekuatan lagi, jadi dia tidak bisa menindas kamu," kata Hyunra sembari menyenggol lengan Eunna.
Eunna tersadar dari lamunannya sendiri. Dia menoleh ke arah teman-temannya. Dengan senyum sinis, dia melirik ke arah punggung Adelyn.
"Berteman dengannya? Jangan bercanda. Selama ini aku hanya diam karena ingin tenang belajar di akademi ini. Bukan karena ingin berteman dengan gadis angkuh itu. Sejak awal aku tidak ada niat berteman dengan Youra. Tapi karena dia sering memberikan kita makanan dan mentraktir kita, aku pikir akan membiarkan saja itu. Bukankah itu menguntungkan kita juga?" Sahut Eunna mengibaskan rambutnya ke belakang.
Eunna hanya tidak suka dengan kelakuan Youra selama ini. Youra selalu mengandalkan kecantikan dan kekuasaan ayahnya. Juga menyombongkan kekuatan dirinya yang lebih di bandingkan dengan teman-teman Youra. Hal inilah yang membuat kebanyakan siswa membenci Youra. Tapi tidak sedikit pula yang bersifat munafik seperti Eunna dan dua temannya, yang berusaha mendekati Youra Demin merasakan sedikit popularitas dan juga kenyamanan. Youra memang sombong. Tapi dia tidak segan untuk mentraktir orang yang memuji dirinya. Youra gila dengan popularitas. Dia haus perhatian. Selalu ingin menjadi pusat perhatian di manapun Youra berada.
Semua orang kembali duduk di tempatnya masing-masing saat Professor Nam masuk ke dalam ruang kelas.
"Sekarang kita keluar. Kita ke danau untuk ujian kali ini. Aku ingin melihat perkembangan dan perubahan bentuk dari energi yang kalian kembangkan dengan elemen yang kalian miliki," kata profesor Nam tegas.
Semuanya segera bersiap untuk keluar dan mengikut ujian. Hyunra mencari gara-gara dengan Adelyn. Hyunra sengaja menyenggol tubuh Adelyn dengan keras, hingga Adelyn menabrak meja di sampingnya. Pinggang Adelyn sakit dan memar, tapi Hyunra hanya menoleh dan tersenyum sinis.
"Uups! Maaf. Aku tidak tahu, selain kehilangan kekuatan elemen kau juga menjadi sangat lemah. Hahaha," ujar Hyunra dengan ejekan yang kental.
Eunna dan Hyuna yang melihatnya hanya tersenyum sinis. Keduanya tidak ada niat membantu Adelyn yang kesakitan.
Taehyun datang dan membantu Adelyn dengan memapahnya.
"Apa maksudmu dengan semua ini, Hyunra?" tanya Taehyun kesal.
Hyunra menghentikan tawanya seketika. Gadis itu hanya melengos dan pergi begitu saja, tanpa menanggapi pertanyaan Taehyun. Eunna dan Hyuna juga pergi, mengikuti Hyunra yang sudah keluar dari ruang kelas.
Taehyun menoleh ke arah Adelyn.
"Kau tidak apa-apa? apa ada yang terluka?" tanya Taehyun khawatir.
Adelyn menggeleng pelan.
"Tidak apa-apa, Tae. Terima kasih sudah menolongku," ucap Adelyn tersenyum kecil.
Taehyun memalingkan wajahnya, menghindari wajah imut Adelyn yang selalu mengacaukan pikiran dan hatinya.
"Jangan dipikirkan. Hyunra memang gadis yang kasar. Tapi, kenapa Eunna meninggalkan kau sendirian?" Heran Taehyun pada gadis yang biasanya mengikuti kemanapun Youra pergi.
"Biarkan saja," ucap Adelyn tidak perduli.
"Akh ..." Pekik Adelyn meringis saat hendak melangkah.
Taehyun kembali menoleh pada gadis itu.
"Apa yang sakit?" Taehyun terlihat sangat khawatir.
"Tidak. Mungkin hanya sedikit memar saja. Nanti juga akan sembuh sendiri," jawab Adelyn.
"Apa kau yakin? Kau tidak mau ke klinik dulu?" tanya Taehyun memastikan.
Wajah Taehyun yang terlihat mengkhawatirkan dirinya, membuat Adelyn tersenyum lembut. Baru kali ini ada seseorang yang mengkhawatirkan dirinya seperti ini. Dulu, jangankan temannya, orang tua bahkan kekasihnya sendiri tidak pernah perduli pada Adelyn. Hal ini membuat hati Adelyn menghangat.
"Terima kasih, Tae." Adelyn tersenyum manis pada pria itu.
Taehyun menjadi salah tingkah sendiri. Hati Taehyun melompat-lompat di dalam sana. Sementara telinga Taehyun memerah tanpa sadar.
"Ehem ... Sebaiknya kita keluar sekarang. Aku tidak ingin Professor Nam marah pada kita," ucap Taehyun canggung.
Adelyn mengangguk setuju. Keduanya berjalan keluar bersama. Setibanya di tepi danau, semua teman mereka sudah di sana. Profesor Nam sedang mengabsen mereka. Profesor Nam melirik pada Taehyun dan Adelyn yang baru saja datang. Profesor Nam menutup buku absensi miliknya dan meletakkannya di bawah pohon di dekat kakinya.
"Oke. Karena semuanya sudah datang, kita mulai sekarang. Eunna terakhir kali, kau berhasil membuat sebuah kapal yang cukup bagus dari tanah. Sekarang saya minta kau membuat kapal itu lagi dengan bentuk yang lebih sempurna. Kau bisa memulai sekarang," kata profesor Nam pada Eunna.
"Baik, Prof." Eunna mengangguk mengiyakan.
Dengan percaya diri yang tinggi, Eunna kembali memasang kuda-kuda miliknya. Lalu getaran terasa di bawah kaki semua orang. Tanah di depan Eunna perlahan naik ke atas dan berputar beberapa kali. Menimbulkan bunyi yang cukup keras, sebelum debu berterbangan dan memperlihatkan sebuah kapal yang terbuat dari tanah. Kapal kali ini lebih besar ukurannya dibandingkan dengan terakhir kali. Juga terlihat detail yang lebih rinci, di mana bahkan sebuah kemudi juga terukir di dalam kabin kapal. Hal ini merupakan sebuah kemajuan pesat. Semua orang terkagum melihat kapal itu.
Profesor Nam mengangguk bangga. Dia meneliti beberapa bagian sebelum mencatat sesuatu di buku miliknya.
"Bagus Eunna. Ini sebuah kemajuan besar. Kau berhasil melakukannya. Walaupun untuk detail yang lainnya, kau masih harus belajar lebih giat lagi," puji profesor Nam.
Eunna tersenyum bahagia.
"Baik Professor Nam. Terima kasih banyak," jawab Eunna dengan bangga.
"Selanjutnya, Youra. Majulah sekarang," perintah Professor Nam dengan tatapannya tajam pada gadis itu.
Adelyn merasakan kegugupan kembali. Dia berjalan dengan pelan ke depan.
"Semangat! Kau pasti bisa. Aku percaya padamu," bisik Taehyun di telinga Adelyn.
Adelyn tersenyum kecil. Kini gadis itu sedikit tenang. Dia melangkah maju dengan pasti. Sementara banyak dari mereka berbisik mengejek dirinya, tapi Adelyn tidak perduli. Dia fokus untuk berkonsentrasi pada wilayah di dalam tubuhnya. Sesuai dengan apa yang dia pelajari dari buku dan juga Taehyun.
"Kau sudah siap?" tanya profesor Nam.
"Siap, Prof," jawab Adelyn yakin.
"Kalau begitu, mulailah sekarang." Profesor Nam berjalan mundur beberapa langkah.
Orang-orang di belakang Adelyn banyak yang menghina juga mengejek dirinya.
"Apa yang bisa dia hasilkan? hanya sebuah lelucon konyol saja. Hahaha ...." Ejek seorang siswa di sebelah Taehyun.
Taehyun menatap tajam siswa tersebut. Orang itu seketika diam, melihat tatapan membunuh Taehyun padanya.
"Kita lihat saja, Youra. Bagaimana kau akan mempermalukan dirimu sendiri," kata Hyuna pelan.
"Aku ingin melihat lagi, Tuan Putri menjadi badut seperti terakhir kalinya. Hahaha." Hyunra menoleh pada Hyuna, keduanya melemparkan pandangan bersekongkol.
Eunna sendiri menatap sengit pada punggung Adelyn yang mulai mengambil langkah pertamanya.
Adelyn masih berkonsentrasi untuk mengendalikan air di danau. Saat dia menutup matanya dan mencoba fokus, Adelyn bisa merasakan aliran udara dingin di kedua tangannya. Mengalir dengan lembut menyelimuti seluruh tubuhnya. Adelyn membayangkan sebuah kereta dengan kuda penarik di depannya. Hal itu membuat aliran udara dingin di tangannya semakin deras mengalir keluar. Membentuk sebuah energi yang berputar di depannya.
Semua orang terkesiap tidak percaya. Profesor Nam sendiri terperangah dengan apa yang dilihatnya. Taehyun tersenyum lembut melihat Adelyn yang masih menutup kedua matanya. Tangan gadis itu masih berputar dengan konstan mengikuti aliran udara yang dirasakan oleh gadis itu.
"Kau berhasil, Youra," bisik pelan Taehyun dalam hatinya.
Hyunra, Hyuna dan Eunna melotot tidak percaya. Seketika hati mereka menjadi dengki. Bagaimana bisa dalam waktu sebentar, Adelyn kembali memiliki kekuatannya.