Bab 11 Ketukan Di Jendela
Bab 11 Ketukan Di Jendela
Ada banyak hal yang dipikirkan oleh Adelyn. Kehidupannya yang sekarang sudah jelas-jelas sangat berbeda jauh dengan kehidupannya dulu. Terlebih karena adanya kekuatan seputar elemen yang digunakan oleh hampir semua orang.
Beruntunglah karena Adelyn yang sering membaca dan belajar. Dirinya pun tahu kalau di dunianya yang sekarang memiliki tipografi dunia yang sama seperti hidupnya dahulu. Korea tetaplah Korea, Amerika tetaplah Amerika, Indonesia tetaplah Indonesia, dan begitu pula dengan berbagai negara yang lain.
Semua kekuatan elemen bersumber dari hujan meteor yang sempat terjadi di dunia pada zaman dahulu. Sebelum para dinosaurus terkuat berubah menjadi 4 manusia dengan kekuatan elementnya masing-masing. Mereka kemudian saling memadu kasih dan beranak pinak.
Ini sangat tidak masuk akal dan tentunya bertentangan dengan apa yang diketahui oleh Adelyn selama ini. Meski begitu apa yang bisa dilakukan? Adelyn hanya bisa menghapalnya saja supaya dia bisa mendapatkan nilai bagus di ujian tertulis. Ya, hanya itu harapan Adelyn.
"Semoga ujian itu semua bisa selesai secepatnya," lirih Adelyn sambil merebahkan dirinya ke kasur. Otaknya sudah sangat pening karena menghapal.
Adelyn terdiam sesaat, sebelum kemudian dia menghela napas cukup panjang. Bagian paling sulit adalah esok hari. Ujian pengguna element. Terakhir kali dia ingat dia dipermalukan saat pembelajaran elemen.
"Andai hari esok tidak pernah ada, rasanya aku belum siap," lirih Adelyn dengan kepala yang terasa sangat pening sekali.
KRETAK KRETAK
Terdengar suara seperti kerikil yang mengenai jendela kamar Adelyn. Seketika saja membuat Adelyn bangkit dengan perasaan was-was.
Suara apa itu? Terdengar seperti dari jendela. Apakah terjadi sesuatu atau bagaimana? Batin adelin bergemuruh.
Adelin semakin mengerutkan keningnya saat melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Memangnya siapa yang akan mengetuk jendela di malam seperti ini?
Apakah ada hantu? Hati Adelyn menjadi gelisah, bulu kuduknya merinding. Dia kemudian menggelengkan kepalanya. Mungkin hanya ranting yang tidak sengaja jatuh dan mengenai jendelanya, Adelyn berusaha untuk berpikir sejernih mungkin.
GDUBRAK
Kali ini terdengar suara seperti ada yang jatuh. Suaranya terdengar cukup keras.
"Gawat, apakah ada pencuri yang datang kemari?" Adelyn terhenyak dengan perasaan sangat khawatir.
Toktoktok
Terdengar suara jendela diketuk. Segera saja Adelyn mengambil sapu yang ada di pojok ruangan.
Aku harus waspada. Aku masih beruntung bisa hidup kembali meski harus menjalani hidup sebagai Youra di dunia aneh ini. Aku tidak boleh mati begitu saja, batin Adelyn.
Toktoktok
Suara ketukan di jendela kembali terdengar. Adelyn perlahan-lahan melangkahkan kakinya menuju jendela.
Adelyn mencoba untuk mengintip keluar lewat celah gorden. Namun, dirinya tidak menemukan siapapun di luar sana. Pembuat jantung Adelyn kembali berpacu.
Apa itu hantu? Sungguh sangat menakutkan. Bulu kuduk Adelyn kembali berdiri. Meski begitu pikirannya kembali mencoba untuk mencari sebuah kelogisan.
Memangnya hantu bisa mengantuk? Dan tadi sebelumnya ada suara seperti terjatuh. Aku yakin kalau itu bukan hantu, tapi kenapa tidak ada seorang pun di luar jendela? Apa aku kurang memperhatikan ya? Batin Adelyn bergemuruh hebat.
Toktoktok
Suara ketukan kembali terdengar. Meski sudah berusaha untuk memotivasi dirinya, nyatanya badan Adelyn bergetar karena rasa takut.
"Youra..." kali ini terdengar suara seseorang seolah sedang berbisik memanggil namanya.
Ah, suara ini. Rasanya suara milik Taehyun. Apa dia ada di luar? Kenapa bisa? Perasaan takut Adelyn seketika sirna mengetahui suara yang terdengar begitu familiar untuknya. Taehyun.
Adelyn menyingkap gordennya. Namun, tidak terlihat batang hidung Taehyun di depan jendela. Membuat Adelyn kembali bertanya-tanya.
Adelyn kemudian membuka jendela dan mendongakkan kepalanya keluar. Mencari sosok Taehyun yang ternyata ada di samping jendelanya.
"Tae--" Adelyn hampir saja berteriak kalau Taehyun tidak menaruh jemari telunjuknya di depan mulutnya.
"Jangan berisik," ujar Taehyun sangat pelan.
"Apa yang sedang kau lakukan sekarang? Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Adelyn penuh heran.
"Apa kau bisa keluar sekarang? Ada yang ingin aku tunjukkan padamu," ujar Taehyun masih dengan suara berbisiknya.
"Hah?! Apa kau gila? Ini sudah larut malam!" Adelyn mengerutkan keningnya tidak setuju.
"Oh ayolah, hanya sebentar saja," pinta Taehyung.
"Mau ke mana memangnya? Besok kita masih ada ujian," ujar Adelyn. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh Taehyun.
"Jangan banyak tanya, ikut saja! Aku sudah susah payah datang ke sini. Harusnya kau bisa lebih positif meresponku," protes Taehyun.
Adelyn menghela napasnya dan diam sesaat.
"Ayo ikut aku," ujar Taehyun.
"Aku tidak mau, kau pulang saja dan tidur di asramamu!" seru Adelyn yang kemudian menutup jendelanya tanpa menunggu jawaban dari Taehyun.
"Kau tega padaku?!" Taehyun menatap Adelyn tidak percaya.
"Aku tidak mau Tae, kalau kau ingin bicara lebih baik besok saja. Sekarang pulanglah dan istirahat!" seru Adelyn sambil menutup gordennya. Dia kemudian menjauh dari jendela dan langsung naik ke atas kasurnya.
"Youra," panggil Taehyun. Namun, Adelyn bergeming. Dia malah mematikan lampu kamarnya dan menarik selimut.
"Youraaaa." Taehyun masih berusaha memanggil Adelyn. Dia bahkan beberapa kali mengetuk-ngetuk jendela kamar.
Adelyn tidak merespon. Baginya keluar larut malam bersama lawan jenis bukanlah hal yang baik. Meski itu bersama orang sebaik Taehyun, tapi Adelyn tidak ingin mengambil resiko.
"Baiklah kalau itu maumu, tapi kuharap kau bisa menyelesaikan ujian besok dengan baik," ujar Taehyun terdengar seperti orang yang menyerah untuk menarik Adelyn keluar.
Adelyn terdiam. Dia sadar kalau dirinya masih belum bisa menggunakan kekuatan elemennya dengan baik. Dia juga memang khawatir dengan hari esok.
Hening. Tidak ada lagi suara ketukan di jendela. Adelyn terdiam. Mungkinkah Taehyun sudah pulang ke asramanya?
Setelah beberapa saat, Adelyn kemudian beringsut dari kasurnya menuju ke jendela. Dia kemudian membuka gorden kamar dan juga jendela.
"Sudah kuduga kau akan berubah pikiran," ujar Taehyun dengan sebuah senyuman yang terlihat lebih condong ke arah kiri.
"Emm... Anu... " Adelyn berusaha mencari rangkaian kata yang pas untuk diucapkan pada Taehyun. Dia sadar kalau sebelumnya sudah menolak Taehyun, tapi dirinya juga tidak ingin membiarkan ujiannya besok gagal total.
"Sudahlah ikuti aku, ini tidak akan lama," ujar Taehyun.
"Apa tidak akan jadi masalah? Bukannya kita tidak boleh keluar selarut ini?" tanya Adelyn.
"Makanya, berusahalah supaya tidak ketahuan penjaga asrama," jawab Taehyun.
"Emm." Adelyn masih ragu.
Melihat sikap Adelyn, membuat Taehyun memutar bola matanya sedikit kesal. Dia sudah tidak punya waktu lagi sebelum malam semakin larut.
"Jangan banyak berpikir, cepat turun dari sana. Nanti aku akan menangkapmu," ujar Taehyun. Kesabarannya sudah hilang.
"Tunggu sebentar," kata Adelyn yang kemudian mengambil jaket yang ada di sandaran kursi belajarnya dan memakainya. Mau bagaimana pun, angin malam selalu terasa dingin menusuk tulang.