Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kepeleset

"Dasar Ann gak ada otaknya. Bisa-bisanya dia berpakaian seperti itu di saat tidur, dia benar-benar tidak tahu kalau aku sudah panas dingin dibuatnya." Oceh Willy dihati. Dia emosi ketika Anna masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengatur nafasnya agar terong gedongnya turun dan tidak ikutan naik.

Brukk! Gedebruk! Terdengar suara bantingan keras dari kamar mandi. Willy kaget dan segera menyusul ke dalam kamar mandi. Dilihatnya Ann sudah jatuh duduk di dalam kamar mandi sambil ngelus ngelus pantatnya.

"Ann, kenapa lo? Lo jatuh? Kayak anak kecil aja lo." Tahu tahu Willy memaki, tapi dia segera mendekati dan membantunya berdiri.

"Anjay lo malah marahin gue, sakit tahu pantat gue!" Sengit Ann membalas sahutan dari Willy. Dia merasa pinggangnya benar-benar hancur karena kepleset di kamar mandi.

"Ngapain sih lo? Lagian bisa pakai jatoh segala. Makanya kalau bangun tidur itu mata lo melek dulu jangan bangun-bangun dan langsung jalan ke kamar mandi. Lo nggak lihat keselamatan lo. Ini benar-benar bisa bahaya tauukk, kalau lo kenapa-napa gimana ini. Untung cuma jatuh di kamar mandi doang." Willy masih memarahinya, dia sebenarnya kasihan dan tidak tega saat melihat wajah meringis dan kesakitan. Tapi temannya memang ceroboh dan terlalu barbar untuk seukuran wanita. Dia tidak pernah bersikap lembut seperti wanita lainnya.

"Udah cerewet, jangan banyak bacot lo. Cepetan angkat gue, gendong kek. Lo cowok apa bukan sih? Masa gue cuman di papah begini aja." Ann masih bersungut dan tidak mau terima kalau diperlakukan seperti tadi. Ann juga ingin diperlakukan selayaknya wanita jika sedang mengalaminya kecelakaan seperti itu.

Willy tidak membalas lagi sahutan darinya. Dia segera mengangkat tubuh gadis itu. Ini pertama kalinya Willy mengangkat tubuhnya. Terasa ringan dan benar-benar di luar dugaan Willy, kalau tubuh Ann yang padat dan berisi ternyata ringan seperti kapas.

"Gue pikir dia berat, ternyata ringan banget. Kalau begini, gue juga nggak keberatan gendong dia lama-lama." Batin Willy sedang berbicara sendiri mengomentari gendongannya, ya dalam hati Willy berbunga-bunga. Dia sangat senang karena Willy menjadi orang pertama yang memberikan pertolongan pertama pada gadis itu.

"Yakin lo nggak apa-apa? Apa kita ke rumah sakit aja, pinggang lo kalau kayak begini mana bisa ikutan balap motor untuk sementara waktu. Pasti bakal sayang banget duit taruhan yang terlewat," ucap Willy dengan nada keras saat berbicara, dia sekan tidak peduli kalau saat ini Ann terluka.

"Gila, gue kalau ketahuan emak gue bisa dinyap-nyap ini. Lagian tuh kamar mandi kenapa jadi becek banget sih? Tadi bukannya elo yang terakhir masuk kamar mandi? Trus ngapain Lo di kamar mandi gue sampe becek kayak gitu?" Oceh Ann dengan seribu pertanyaan dan dia tidak mau kalah saat berperang mulut dengan Willy.

"Ya … maaf, tadi gue emang nggak sengaja basahin kamar mandi. Gue mandi tau tadi. Tapi, itu kan gua nggak tahu kalau lo mau masuk kamar mandi. Lagian lo juga sih kenapa nggak hati-hati saat masuk kamar mandi." Willy sedang bersembunyi dari kesalahannya. Dia tidak mau disalahkan atau kepergok kalau dia mandi tengah malam karena menghilangkan rasa panas di dalam tubuhnya. Itu dikarenakan melihat gaya tidur gadis itu yang membuatnya makin panas juga terong gedongnya bangun tiba-tiba di malam hari.

"Udah jangan berisik lo. Mending cariin minyak gosok tuh di laci gue. Gosokin pinggang gue nih, sakit banget. Kalau emak gue ngeliat, habislah. Nanti gue dikira ngapa-ngapain sama lo. Lo kayak nggak tahu aja emak gue curigaan. Nanti dia salah paham kalau ngelihat gue megangin pinggang yang sakit gara-gara jatuh di kamar mandi." Entah apa yang dipikirkan Ann, tapi itulah yang terbersit pertama kali di benaknya. Dia tidak ingin jadi bulan-bulanan pertanyaan emaknya kalau dianggap habis ngapa-ngapain bersama dengan Willy.

Willy melongo sesaat. Saat dia disuruh oleh Ann untuk menggosok punggungnya, itu berarti dia akan menyentuh lagi tubuhnya lagi. Willy tidak yakin kalau saat itu dia kuat menahan apa yang sedang ditahannya saat ini.

"Gosokin punggung lo? Gila lo. Mending Lo nyuruh aja tuh pembokat lo, mbok lo, Ann, jangan gue yang ngelakuin. Masa sih gue yang harus ngelakuin itu, kayak nggak ada kerjaan tau. Lo kan gaji mbok, kasih dia aja tuh kerjaan daripada nganggur di rumah. Trus sekalian biar dia tahu kalau lo cewek yang nggak bisa lembut dan barbar. Model kayak Lo begini kapan sih lo mau berubahnya, Ann?" Bukan menyetujui permintaan Ann, Willy malah mengoceh lagi saat Ann meminta tolong untuk mengurut punggungnya. Dia sebenarnya bukan tidak mau membantu, tapi takut kekuatan menahannya goyah saat melihat punggung mulus gadis itu.

"Ini semua kan karena lo. Kalau bukan karena elu basahin kamar mandi gue nggak mungkin jatuh. Tolol lo aja sih lo. Yang bego Lo kenapa tuh kamar mandi gue dibasahin sampai kayak gitu. Emangnya lo nggak bisa nyalahin shower di ruangan sebelahnya? Kenapa Lo mandi di sana? Bikin banjir dan becek aja." Ann mode on lebay terus mengoceh dan tetap tidak mau disalahkan akibat dia jatuh di kamar mandi. Tetap saja dia akan menyalahkan Willy karena dialah yang lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi.

"Ya udah sebagai permintaan maaf, sebaiknya gue bawa ke rumah sakit aja. Mumpung nyokap Lo belum bangun juga.

Lo juga nggak mau kan minta tolong Ama mbok Lo itu," Willy memberikan saran agar jangan menunda lagi pergi ke dokter. Sejujurnya juga Willy tidak tega melihat gadis itu meringis, membalikkan tubuhnya tengkurap di kasur sambil mengelus-elus bagian punggung nya yang masih nyeri.

"Yakin lo mak gue nggak bakalan ngeliat. Gua takut introgasi sama dia. Perkara gua balik pagi aja udah jadi masalah sekarang gue malah jatuh di kamar mandi. Elo sih ceroboh Willy, ngapain juga pagi-pagi buta lo ada di kamar mandi," sungut Ann masih saja terus mau ngoceh menyalahkan Willy karena dia yang lebih dulu masuk kamar mandi.

"Iya, iya, gue bilang gue akan tanggung jawab. Gue anterin ke dokter deh daripada terus ngoceh nggak jelas begini," kembali Willy mencoba mendekat dan ingin membantu memakannya berdiri kembali.

Namun, Willy menyadari baju tidur yang dikenakan oleh Ann sangat mengganggu pandangan matanya.

"Lo yakin mau ke dokter pakai kostum begini?" tatapannya sengit pada kaos kebesaran Ann yang sama sekali tidak berkain penghalang.

"Nggak lah, gue mau ganti baju dulu. Makanya Lo ambilin beha gue deh di lemari, cepetan!" lagi Ann bersikap barbar pada Willy, dia bahkan cuek saat meminta perabotan dalamnya.

"Argh! Gila Lo ya, masa gue lagi sih yang harus ambil. Lo emang nggak ada otak!" Willy tetap mengoceh, tapi dia tetap membantu Ann memapahnya berdiri dan mendekati lemari bajunya.

"Ya udah, brisik. Jangan bawel Lo. Ambilin aja beha gue!" dengus Annabella lagi saat dia sudah berada dihadapan lemari.

Mau tidak mau Willy diam. Dia tidak berkomentar lagi kali ini. Tapi, air liurnya tanpa disadari ditelannya dengan susah payah. Apalagi saat tangannya berada di depan laci yang berisi tumpukan beha dan cidi milik Annabella.

"Ya ampun, Wil, Lo benar-benar beruntung apa sial sih? Kali ini Lo malah ngeliat penampakan semua perabotan miliknya. Memang tidak ada yang istimewa, tapi gue jadi frustasi sendiri membayangkan saat dia make ini di tubuhnya." Batin Willy, dia tidak berani melirik Anna, tetap fokus pada beha dan cidi milik gadis bar-bar itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel