Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bekerja Sama

"Will, lama banget sih lo, ngapain aja sih? Cepetan. Lo bego amat sih." Maki Anna tidak sabar saat ingin segera memakai perabotan untuk menutupi kedua benda kenyalnya.

"Sabar sih, Ann. Ini kan gue nggak tau Lo mau pake yang mana? Lagian Lo aja sih yang milih, kenapa harus gue!" oceh Willy, dia masih jetlag melihat semua perabotan milik teman barbarnya itu. Apalagi otot dan otaknya mulai tegang membayangkan hal lain dari perabotan yang akan dipakai teman barbarnya itu.

"Yaelah, itu kan warnanya sama semua. Lo ambil aja satu dan cepetan bantu gue buka baju, punggung gue sakit banget pas tangan gue naik keatas," Anna saat ini berbalik badan dan mencoba meloloskan kaos oblong kebesarannya dari kepala.

Lalu sekarang secara perlahan punggung mulus miliknya terpampang jelas di mata Willy. Lagi lagi mata perjaka Willy ternodai, dia hanya bisa menahan terong gedongnya yang mulai sesak dibalik celana.

Dia juga susah payah menelan air liurnya. Dia mencoba tetap fokus meskipun dari punggung mulus teman barbarnya itu Willy membayangkan hal lain. Pastinya dia membayangkan bisa menyentuh, meremas ataupun hal yang menurutnya belum pernah dia lakukan bersama dengan teman barbarnya itu selain balapan motor liar.

"Dasar Anna bodoh, dia benar-benar sedang main main sama gue. Lama lama gue di giniin, gue juga mana tahan! Dia pikir gue bisa tahan kalo diginiin terus, argh, lo juga yang bego Will, ngapain mau juga lo disuruh nginep dirumahnya." Oceh Willy lagi di hatinya. Segera tangannya mengambil sembarangan beha milik gadis itu dan dengan cepat memberikannya pada teman barbarnya itu.

"Itu coba deh Will, Lo tolong kaitkan dari belakang," lagi lagi Anna meminta pertolongan atau lebih tepatnya seperti memerintah pada Willy. Benar-benar cewek bar-bar dan tidak ada otaknya.

"Apaan lagi sih, Anna? Lo gila?!" meski protes menolak, Willy dengan cepat mengaitkan beha milik gadis itu, dia tidak ingin berlama-lama terus memandangi punggung mulus teman barbarnya itu.

"Ambilin kaos mana aja Will, cepet!" lagi gadis itu memberikan perintah pada Willy karena dia juga kedinginan kalau lama-lama tidak mengenakan kaos.

"Yang mana lagi? Lo aja sih yang milih, gue balik badan! Kalau udah kelar lo baru ngomong deh sama gue!" Willy menyerah dan kewalahan kalau harus menatap punggung mulusnya lagi. Dia segera balik badan agar tidak kehilangan kontrol saat matanya menatapnya. Sekaligus Willy menarik napas juga mengatur terong gedongnya agar tidak sesak.

"Huh, dasar temen nggak bisa diandelin. Minta tolong aja susah banget, elo benar-benar nyebelin, Will!" Gerutunya saat Willy mengabaikan semua ucapannya. Willy malah memilih membalikkan badan daripada konsentrasinya buyar akibat melihat punggung mulus Anna.

Willy segera membalikkan badannya lagi dan sambil menutup mata dia meraba punggung Anna mencoba mencari pengait beha miliknya. Tetap saja, menolak pun, Willy juga melakukan perintahnya.

Lalu dia sembarangan menarik kaos dari lemari Anna dan memasukkannya ke dalam kepala dengan cepat.

"Aww, aww, pelan sedikit bego. Lo benar-benar nggak punya mata!" Anna ngomel, dia masih saja terus mengoceh saat dia merasa kurang cocok di hatinya secara terus terang.

"Berisik lo! Jangan bawel sih jadi cewek. Udah mending lo gue tolongin. Coba aja kalo nggak ada gue tadi disini, Lo pasti udah ngedeprok terus di lantai basah tadi!" ucap Willy geregetan sendiri.

Padahal Willy nggak mau mengatakan hal itu, memaki Anna dengan mulutnya yang pedas. Itu semata mata menutupi agar sikap perhatian juga perasaan cintanya tidak terbaca olehnya. Yang terpenting untuk saat ini Anna jangan sampai tahu perasaan yang sesungguhnya dulu.

"Ampun Gue, Will segitu aja lo perhitungan sama gue. Gue cuman minta bantuan sedikit Wil. Apa sih susahnya lo cuman ngebantuin begitu aja," Anna tidak mau mengalah saat mendengar ocehan yang keluar dari mulut Willy.

"Habis elo jadi cewek cerewet banget. Rubah dong sikap lo jangan begitu terus. Sampai kapan lo begitu terus. Gue aja sebagai cowok ilfil melihat sikap lo kayak begitu," padahal di lubuk hati Willy, Dia sudah grogi keringat panas dingin melihat tingkah gadis itu saat tidur dengan pose melebarkan kedua kakinya hingga ceplakan kain penghalang bibir bagian bawahnya terlihat jelas Dimata Willy.

Seandainya saja Willy sudah mengatakan perasaannya pada gadis itu. Mungkin yang terjadi saat ini Willy tidak hanya memandangi pose tidurnya tadi, melainkan sudah mencicipinya.

"Udah Will, stop. Nggak usah banyak bacot lagi deh. Kalau Lo benar-benar mau nolongin gue, cepetan deh bawa gue ke tempat urut. Gue nggak mau sampe emak gue tau apalagi mbok cerita macem macem Ama emak gue. Mending ya nih, mumpung dia masih tidur dan belum pada bangun, cepet deh lo gendong gue turun," Anna berkata sambil menarik salah satu rok berbunganya.

Di rumah Anna tidak memiliki setelan bergaya tomboy seperti dia saat balapan liar di jalan. Semua baju di dalam lemarinya adalah baju pilihan emaknya. Tentu saja kostum yang ada di dalam lemari adalah kostum wanita tulen untuk gadis kemayu dan lemah lembut.

Padahal semua kostum yang disiapkan oleh emaknya itu tidak satupun ada yang Anna sukai. Namun, saat Anna bertemu dengan emaknya dia tidak mungkin menolak. Apapun yang emaknya katakan juga suruh secara otomatis akan diterima Anna dengan lapang dada.

Meski tidak suka, di hadapan emaknya, Anna tetap bersikap manis dan lemah lembut pada. Mending terbalik saat dia berada di kampus dan berkumpul bersama teman teman motor balapan liarnya. Anna selalu berhasil menyembunyikan semua dari emaknya. Sampai saat ini semua itu bisa terwujud karena adanya Willy yang selalu membantu. Tanpa adanya Willy semua misinya sebagai anak baik-baik dan putri malu pasti tidak akan tercapai.

Willy selalu dijadikan tameng agar lolos dari hukuman. Atau setidaknya Anna selalu bisa mencari alasan asalkan didukung oleh alibi Willy.

"Ssst! Tutup mulut Lo. Gue ini mau bawa Lo keluar. Lo jangan berceot terus mulutnya. Kalo Lo terus berceot semua rencana gue gagal," dengus Willy menjawab dengan kecut sambil dia sendiri bersiap memeriksa kondisi luar kamar gadis itu.

Seketika Anna terdiam saat mendengar aba-aba dari Willy. Lebih tepatnya sih perintah dadakan karena Anna ingin segera keluar dari kamarnya. Willy harus mengatur strategi dan menyiapkan ancang-ancang jika ketahuan oleh emaknya. Tepat setelah mengecek kondisi luar kamar Anna aman, tentram dan damai.

"Mending Lo tulis di kertas deh, Lo bilang pergi ama gue lari pagi," entah dari mana ide itu tercuat, namun hanya itulah yang saat ini bisa Willy pikirkan ketika tiba-tiba nanti emaknya Anna masuk dan mengecek kamar anaknya. Anna sedang bekerja sama dengan Willy agar bisa keluar kamar untuk mengobati pinggangnya yang sakit karena kepleset di kamar mandi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel