Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Hari Pertama Jambore

Daerah kemah ini ternyata sangat dingin. Aku tidak membawa jaket atau apa pun untuk menghangatkan tubuhku. Biarlah, mungkin nanti ada toko yang menjual jaket atau syal tebal di depan. Uang saku yang diberikan sekolah cukup banyak untuk kami gunakan selama tiga hari di sini. Apalagi, bahan makanan pun sudah disiapkan oleh sekolah.

Semuanya sigap mengeluarkan peralatan untuk mendirikan tenda. Karena datang terlambat, kami mendapat tempat paling belakang area perkemahan. Tepat bersebelahan antara batas tenda perempuan dan laki-laki. Ini memudahkan kami untuk saling membantu. Satu lagi, lokasi kami sangat dekat dengan sumber air.

Tenda laki-laki sudah duluan rampung, tinggal membantu mendirikan tenda perempuan. Aku sendiri yang mendirikannya. Memasang tenda sebesar ini sangat mudah, aku sudah terbiasa melakukannya ketika masih bergabung dengan geng sekolah. Kukira anak-anak baik ini cekatan, mereka bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Hingga akhirnya aku juga yang harus memasang dua tenda ini.

“Menyusahkan.” Aku menggerutu sambil mendirikannya.

“Wah ternyata Kak Randi ada gunanya juga, ya!” seru Alma mencandaiku.

“Berisik!” sahutku dingin.

Alma tertawa terbahak-bahak. Lantas, ia pergi meninggalkanku dan melanjutkan tugasnya di dapur. Ya, sebut saja dapur karena meski tak berdinding, yang mereka hasilkan nanti makanan juga kan.

Selly dan regu perempuan yang lain menyiapkan makanan, setelah tungku yang disiapkan regu laki-laki siap. Aku menyuruh mereka membuat tungku daripada harus menggangguku mendirikan tenda. Tanpa banyak bicara mereka menuruti semua apa yang kuperintahkan. Sepertinya image-ku sebagai berandalan cukup berpengaruh untuk mereka.

Kayu bakar yang mereka kumpulkan sangat cepat habis. Kayu yang terkumpul memang kayu kosong, hampir tinggal kulitnya saja. Aku menyuruh mereka kembali mencari kayu yang agak berat, lebih dalam lagi ke area hutan. Kurasa hutan ini aman-aman saja. Toh mereka juga laki-laki, seharusnya sudah bisa menjaga dirinya sendiri.

Sambil menunggu kayu bakar, aku merebahkan diri di dalam tenda. Udara di sini sangat sejuk. Sudah lama sekali, sejak keluar dari geng sekolah aku tidak pernah pergi berkemah. Dulu berkemah seperti ini adalah acara rutin. Ya walaupun ada sebagian yang mengotori acara itu dengan minum minuman keras, dan mengospek anggota baru. Daripada minum, dulu aku lebih senang mengospek anggota baru. Atau menghabiskan waktu menatap langit sambil sesekali membaca novel.

Dari luar tenda, aku mendengar suara tangisan. Sepertinya suara Selly. Aku bergegas keluar, penasaran apa yang terjadi di sana.

Beberapa temannya memeluk Selly berusaha menghibur. Dia menahan tangisnya dalam-dalam.

"Kenapa dia?" Tanyaku pada Dila, teman seregunya.

"Itu lho Kak, tadi pas Selly mau mengambil air, dia dijaili anak laki-laki dari tenda sebelah. Dia tercebur ke kubangan. Selly kena marah sama yang lain, gara-gara airnya jadi keruh." Dila bercerita kesal.

Amarahku memuncak. Mana ada laki-laki seperti itu? Keterlaluan sekali mereka. berani-beraninya menganggu Selly!

"Terus mana orangnya sekarang?" Aku merasa harus menghajar mereka. Menurutku laki-laki yang mengganggu perempuan lugu seperti itu tidak layak disebut laki-laki.

"Itu Kak, tendanya terpisah empat blok dari tenda Kakak." Tunjuknya padaku, Dila mungkin mengharapkanku menghajar mereka juga. Ya, akan kupenuhi!

"Jangan Kak!" Selly berteriak padaku. Wajahnya masih merah, bengkak dimatanya, bekas menangis. Dia berusaha tersenyum, meyakinkanku kalau dia baik-baik saja.

"Tapi ini keterlaluan Sel!" Aku melangkahkan kakiku, tidak mempedulikan Selly.

Grab! Selly memelukku dari belakang. "Tolong Kak, jangan ke sana. Aku baik-baik saja, hanya malu sedikit."

Kepalan tanganku melemas. Tak kusangka dia akan berbuat seperti ini padaku. Wajahku mungkin sedang memerah sekarang. Aku dibuat luluh oleh pelukannya yang hangat ini. Baru kali ini aku merasakan diriku amat dikhawatirkan. Apa ini yang dinamakan kasih sayang?

Selly lantas melepaskan pelukannya, lalu meminta maaf. Sepertinya dia sedang tidak sadar barusan, atau terlalu khawatir aku akan mengacaukan perkemahan ini. Bagaimanapun, dan apa pun alasannya, Selly sudah membuatku salah tingkah.

Selly lari ke dalam tenda, malu pada teman-temannya. Aku juga, masuk ke tenda melanjutkan tidur siangku. Sial! Aku merasa malu juga!

-----

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel