2. Strategy
Tap-tap-tap.
Suara langkah kaki terdengar menggema di sepanjang koridor sebuah gedung berlantai dua bercat hitam dan putih itu. Seorang pemuda berbadan tinggi tegap dengan wajah dingin berjalan tergesa-gesa menuju ruangan bertuliskan Meeting Room di lantai dua sebelah selatan gedung. Sesekali ia melirik arloji yang dipakainya. Lima menit lagi waktu rapat akan dimulai dan ia masih belum berada di sana.
Keterlambatan bukanlah ciri khasnya. Pemuda itu merasa kesal pada teman satu timnya bernama Dimas Permana yang mangatakan bahwa rapat penting hari ini ditunda. Jadi pemuda itu cuma bermalas-malasan di kamar mess-nya dan baru mendapat kabar dari rekannya yang lain bernama Dara—10 menit lalu—bahwa rapat tetap dilaksanakan.
Tergesa-gesa, Davin pun langsung menyusul rekan-rekannya yang lain menuju ruang rapat.
Pemuda bernama asli Davin Marcelio itu menatap lagi arlojinya. Tiga menit waktu yang tersisa. Setengah berlari ia menaiki tangga menuju lantai dua. Beberapa orang yang sedang berjalan di koridor pun tak sengaja ia tabrak.
Davin adalah seorang agen rahasia di sebuah perusahaan intelijen swasta bernama Lembaga Intelijen Pancasila atau disingkat LIP. Sudah 3 tahun ia bergabung menjadi anggota dan selama ini reputasinya dalam menjalankan tugas selalu baik, bahkan cemerlang.
Kabarnya, rapat hari ini akan membahas masalah penting mengenai beberapa pejabat penting negara yang terlibat kasus gelap. Sejauh ini, Lembaga Intelijen Pancasila sudah mendapat banyak reputasi baik dalam menjalankan misi rahasia. Banyak perusahaan-perusahaan besar maupun lembaga negara menyewa jasa mereka untuk menjadi mata-mata atau membongkar rahasia gelap seseorang yang penting.
Saat Davin sampai, sudah banyak orang-orang berkumpul di sana. Mereka semua memakai seragam abu-abu hitam yang sama dengan seragam yang dipakainya saat ini. Untung saja rapat belum dimulai karena atasan mereka, Pak Mathias belum hadir.
Davin segera menyelinap masuk dan duduk di kursi kosong di antara Dimas dan Dara. Dimas cepat-cepat nyengir ketika Davin berada di sebelahnya. Davin, Dara dan Dimas adalah rekan setim dalam menjalankan tugas selama ini. Mereka bahkan dijuluki tim 3D karena nama mereka dan kekompakannya.
"Hampir gue telat gara-gara lo!" gerutu Davin, melotot marah.
Dimas hanya menunjukan cengiran kudanya. Seorang pemuda yang memang punya sifat jail dan usil pada siapa saja. Meski begitu, Dimas adalah Hacker yang paling handal di antara anggota tim yang lain.
Pak Mathias muncul bersama dua orang asistennya sambil membawa laptop serta setumpuk berkas. Alat proyektor langsung dinyalakan dan lampu ruangan pun dimatikan. Salah seorang asisten wanita yang membawa berkas mulai membagikan satu per satu berkas tersebut ke semua peserta rapat yang hadir di dalam ruangan.
Gambar seorang pria setengah baya muncul di layar. Pak Mathias berdiri di depan, mulai berbicara dengan lantang.
"Selamat pagi semua! Rapat kali ini akan membahas sebuah misi penting yang akan kita laksanakan mulai saat ini. Misi rahasa ini diminta khusus oleh Badan Intelijen Negara karena target kita melibatkan petinggi penting negara ini.”
Pak Mathias menunjuk gambar pria di layar. "Kalian pasti kenal siapa bapak di layar ini?" Ia bertanya, menatap satu per satu orang-orang di dalam ruangan. "Ya, beliau adalah bapak Menteri Koordinator kita di bidang Ekonomi. Kabarnya beliau terlibat dalam beberapa kasus gelap. Perdagangan senjata ilegal, pencucian uang dan kasus suap. Namun, bukti yang terkumpul masih sedikit dan sulit melacaknya karena beliau sangat rapi dalam memainkan peran.
“Ada banyak pengusaha besar dan pejabat negara lain yang ikut terlibat, sehingga membuktikannya membutuhkan strategi. Menurut rumor yang beredar, Haikal memiliki sebuah chip memory berisi bukti konkrit atas kebusukan yang dilakukannya bersama pejabat lain. Maka dari itu, lembaga BIN dan juga KPK meminta kita bekerja sama dalam mengungkap kasus ini serta mendapatkan chip itu.”
Gambar di layar berganti ke seorang pria lain yang berumur sekitar 40 tahunan. Pak Mathias berdehem sebentar lalu melanjutkan, “Dan ini adalah sekretaris Haikal bernama Mulya Hidayat. Dia sudah bekerja sangat lama dengan Pak Menteri kita. Dimana ada Haikal disitu pasti ada Mulya. Dia-lah kaki tangan serta bukti kuat selain Chip jika ingin menjerat Haikal. Tapi, Mulya adalah orang yang sangat setia. Sulit rasanya untuk menyuruh Mulya membuka mulut mengenai Haikal.”
Gambar di layar kembali berganti. Kali ini menampakkan sebuah foto gadis berparas sangat cantik dan membuat para laki-laki dalam ruangan ini bersorak riuh dengan semangat.
Pak Mathias memberi kode agar semuanya diam. Lalu, ia kembali berkata, "Siapa yang kenal gadis cantik di layar ini?"
Terdengar bisik-bisik lirih. Dimas yang sejak tadi antusias, langsung menjawab lantang.
"Saya tahu, Pak! Dia adalah putri bapak Haikal Wiyatma."
"100 buat kamu, Dimas!" Pak Mathias tersenyum padanya.
Dimas balas tersenyum lebar, melirik ke arah Davin dan Dara dengan bangga. Dara memutar bola mata, sedangkan Davin diam saja tidak peduli.
"Benar sekali. Gadis ini adalah putri bapak Menko Ekonomi kita. Namanya Shelyn Amanda Wiyatma, berusia 20 tahun. Mengambil kuliah jurusan Bisnis Manajemen di Universitas Indonesia. Prestasinya lumayan. Pak Haikal Wiyatma sangat menyayangi putrinya, hingga selalu menuruti segala kemauannya."
Layar menunjukkan beberapa gambar gadis bernama Shelyn itu sedang berkelahi di sebuah club dengan seorang gadis lain. Lalu, gambar saat ia sedang shopping di salah satu mal, serta saat berada di kampus dan juga di sekitaran rumahnya.
"Kabar yang beredar Shelyn sering terlibat pertikaian dengan seorang selebriti bernama Elisa. Siapa di sini penggemar Elisa?"
Beberapa cowok mengacungkan jari dan membuat yang lain tertawa. Pak Mathias pun ikut terkekeh. "Kebetulan bapak juga nge-fans sama Elisa."
Seluruh orang dalam ruangan kembali tertawa, kali ini lebih keras. Pak Mathias memang terkadang suka berkelakar dibalik sosoknya yang tegas dan disiplin. Davin sangat mengaguminya. Beliau adalah atasan paling disayanginya selama ini.
"Alright, back to the topic. Jadi menariknya, gadis bernama Shelyn ini sedang membutuhkan seorang bodyguard yang harus siap menemaninya 24 jam ke mana saja. Kami sudah mengatur strategi yang bagus sekali untuk memata-matai bapak Haikal Wiyatma dengan cara menggunakan putrinya. Dan tentu saja, mendapatkan chip itu sekaligus.
"Coba kalian baca berkas yang sudah dibagikan di atas meja kalian masing-masing." Beliau menambahkan.
Semua orang menuruti apa yang dikatakannya. Suasana berubah jadi hening karena sibuk membaca apa yang tertulis di dalam berkas tersebut.
"Di sana tertulis strategi yang akan kita mainkan untuk mengungkap kejahatan Pak Haikal Wiyatma beserta kaki tangannya. Untuk itu bapak membutuhkan satu orang untuk menyamar sebagai bodyguard yang harus menjaga putri Haikal. Kira-kira siapa yang bersedia?"
Pertanyaan itu disambut acungan jari para anggota cowok dengan penuh semangat. Terutama Dimas yang memang selalu menyukai gadis cantik.
Dara diam-diam memperhatikan Davin yang nampak biasa saja. Satu-satunya cowok yang tidak mengacungkan jarinya. Dalam hati gadis berambut pendek sebahu itu, ada sekelumit perasaan lega campur senang. Ia sudah sejak lama menyukai Davin yang selalu cool, tampan, tidak banyak omong dan terkesan dingin pada wanita. Namun, Davin tak pernah mengetahuinya lantaran Dara selalu pandai menutupi perasaannya di hadapan Davin. Menjadi agen rahasia, cinta adalah hal yang tabu. Maksudnya, misi dan tugas yang diemban sangat berat. Mereka terkadang dilarang jatuh cinta sebab hal yang menyangkut perasaan bisa merusak segalanya.
Pak Mathias mengatupkan mulutnya hingga membentuk garis lurus. Matanya sibuk memperhatikan semua anggota laki-laki yang mengacungkan tangan.
"Ternyata banyak sekali yang berminat, ya. Bapak juga sebenarnya ingin, tapi tidak boleh ...," kelakarnya lagi yang membuat orang-orang kembali tergelak.
"Baiklah. Sekarang bapak akan bagi kalian semua menjadi tiga tim. Tim satu bertugas memata-matai dan terlibat secara langsung target kita. Tim dua bertugas mengumpulkan informasi sedetail mungkin dari jarak jauh. Tim tiga mempersiapkan peralatan dan item apa saja yang dibutuhkan saat bertugas. Kalian semua harus bekerja sama. Waktu kita tidak lebih dari 3 bulan. Ini adalah batas waktu yang diminta pihak BIN dan KPK," jelas pak Mathias panjang lebar. Ia berhenti sejenak, atensinya beralih pada Davin. "Dan khusus untuk menjadi bodyguard, bapak akan menunjuk Davin Marcelio sebagai yang bertugas."
Davin tersentak ketika namanya disebut. Suara desahan kecewa menggema di seluruh ruangan. Dimas yang duduk di sebelah Davin pun terlihat iri karena ia yang sangat menggebu-gebu ingin menjadi bodyguard itu.
Dara tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Gadis itu mau tidak mau merasa khawatir kalau-kalau Davin akan terpikat dengan Shelyn yang cantik itu. Sedikit banyak, Dara sudah sering membaca profil Shelyn di internet. Bagaimana penampilannya sehari-hari dan attitude-nya saat bergaul.
"Pak, kenapa Davin yang ditunjuk? Kenapa bukan saya, Pak? Saya pinter dalam penyamaran juga, Pak!" protes seorang cowok di sudut ruangan, mewakili sebagian besar pertanyaan anggota lain.
Pak Mathias tampaknya sudah mengetahui akan ada pertanyaan seperti ini. Ia segera menyuruh asistennya yang berada di depan laptop menampilkan profil Davin di layar. Tak berapa lama, gambar Davin beserta biodatanya terpampang. Beberapa prestasinya yang gemilang pun ditunjukan. Tidak ada rapor merah yang dilakukan cowok itu saat bertugas.
"Davin Marcelio yang dipilih karena kalian tahu bahwa dia adalah anggota kita yang sangat pandai, cekatan dan rapi dalam bertugas. Sudah banyak hal yang berhasil ia kerjakan dan membuat reputasi lembaga kita jadi meningkat lebih baik.” Pak Mathias memberitahu dengan suara lantang. "Satu hal lagi, Davin tidak pernah punya skandal dengan wanita saat bertugas. Itu adalah poin pentingnya. Bapak tidak mau memberi tugas penyamaran ini pada kalian semua yang punya sifat hidung belang. Kalau sampai tugas kita gagal, lembaga kita bisa hancur kewenangannya. Mengerti?"
"Mengerti, Pak!" jawab semuanya serentak.
Tiba-tiba Dara bangkit berdiri dari tempat duduknya. Semua orang sontak berpaling menatap gadis berwajah manis itu.
"Ada apa, Dara? Ada yang ingin kamu sampaikan?" Pak Mathias memandangnya heran.
"Kalau memang bapak takut rencana penyamaran ini gagal, kenapa bukan wanita saja, Pak yang jadi bodyguard-nya?" tanya Dara.
Pak Mathias mengusap-usap dagunya yang ditumbuhi jenggot tipis. "Ya, memang sebaiknya seperti itu, tapi sayangnya kriteria yang dicari oleh Shelyn Amanda adalah seorang bodyguard laki-laki, bukan wanita.”
Dara duduk kembali dengan perasaan kecewa. Padahal ia berharap bisa menggantikan Davin untuk menyamar menjadi bodyguard itu. Ada firasat tidak enak dalam dirinya. Ia tahu Davin adalah sosok yang dingin, cuek dan tidak suka tebar pesona pada wanita, tapi membiarkan cowok yang disukainya bersama Shelyn yang cantik itu membuatnya cemas.
Davin sendiri masih terlihat santai di kursinya, membaca berkas di atas meja yang berisi profil para target dalam misi kali ini.
"Wah, beruntung lo, Vin. Sialan, padahal gue pengen banget dapet tugas itu," bisik Dimas padanya dengan wajah masam.
Davin cuma mengangkat bahu. "Kalo lo keberatan tinggal protes aja sama atasan kita."
Terdengar suara Pak Mathias kembali berkata, "Untuk pembagian anggota tim 1 sampai tim 3. Bapak sudah membuat susunannya. Silakan kalian lihat di layar.”
Layar proyektor kali ini menampilkan susunan nama-nama anggota tim yang ditugaskan. Dimas dan Dara masuk ke dalam tim 1.
"Baiklah, rapat kali ini selesai. Silakan para anggota tim berkumpul dengan tim masing-masing yang telah dibagi. Jika misi kali ini berhasil, lembaga kita akan menjadi lembaga intelijen kedua milik negara setelah BIN dan kalian akan mendapat bonus gaji sebesar 100%."
Sorak sorai penuh kegembiraan langsung memenuhi ruangan.
Pak Mathias ikut tersenyum, kemudian menatap Davin. "Setelah ini, kamu ke ruangan saya!"
Davin mengangguk dan berjalan mantap mengikuti atasannya yang sudah lebih dulu meninggalkan ruangan.
???