Bab 6 - Luapan Amarah Kaisar Huang
Kaisar Huang melempar memorandum dengan kasar. Suara benda jatuh menghantam permukaan lantai terdengar nyaring dengan suara ‘Tak!’ Yang cukup keras. Wajah pria paruh baya yang menduduki posisi kaisar kerajaan TangShi itu merah padam. Rahangnya mengeras dan aura yang ia keluarkan sangat pekat dan dingin.
Emosi kaisar Huang tak mampu lagi ia kendalikan. Hari ini baru saja putra mahkota Fu dari kerajaan TangXing membawa petisi kerajaannya dan mengatakan pengakhiran hubungan kerja sama dengan kerajaan TangShi. Namun belum genap beberapa hari masalah ini menghampiri mereka, masalah lain pun datang akibat pemutusan kerja sama tersebut. Kini pemerintahan kerajaan TangShi kacau terlebih lagi para pejabat dan mentri diperadilan mulai mengeluh dan mengemukakan ketidak puasan mereka secara terang – terangan.
Hal inilah yang membuat kaisar Huang marah besar. Ia telah berusaha amat sangat keras dalam mengatur pemerintahan dan peradilan, namun tetap saja ada beberapa pejabat dan mentri yang masih saja membanding – bandingkan kinerjanya dengan saudara sulungnya mendiang kaisar Hulong.
Kaisar Huang tahu, mendiang saudaranya itu adalah orang yang cerdas, ia selalu mengeluarkan ide – ide baru untuk pemerintahan dan juga peradilan. Ia tak akan takut mengambil jalan yang beresiko sekalipun untuk mensejahterakan semua rakyat dan penduduk kerajaan TangShi.
Terlalu banyak kenangan dan kebaikan yang mendiang saudaranya simpan, hal itu membuat para penduduk di kerajaan TangShi selalu mengingat dan mengenang jasanya. Hal ini pula yang merupakan satu dari banyaknya alasan mengapa kaisar Huang sangat membenci prestasi dan pencapaian saudarannya, semua itu dikarenakan ia terlalu pintar, dermawan, dan semua yang ia miliki kerap kali membuat para penduduk kerajaan TangShi mengukur perbedaan antara dirinya dan mendiang kaisar Hulong.
Walaupun 10 tahun telah berlalu, rasa bencinya pada mendiang saudaranya tak kunjung surut. Bahkan ia merasa sangat bodoh ketika menyimpan perasaan benci sangat besar kepada orang yang telah bercampur dengan tanah.
Kerap kali kaisar Huang berusaha untuk menghilangkan perasaan bencinya, namun segala usaha dan upaya yang ia lakukan tak pernah membuahkan hasil. Setiap ia berusaha menghilangkan, selalu saja ada orang – orang yang berhasil membuat perasaan benci itu kembali hadir saat dirinya kembali di bandingkan.
Kini kaisar Huang sadar, ia tak akan pernah sebanding dengan kaisar Hulong. Walaupun 10 tahun ia telah menjabat dan mengisi posisi kaisar untuk sementara, ia tak bisa melampaui pengetahuan dan kecerdasaan kaisar Hulong dan menangani pemerintahan. Sejak dulu ia memang tidak pandai, atau bahkan ditakdirkan untuk menjadi kaisar. Namun jika saat itu ia tak mengambil tindakan karena perasaan irinya, ia tak mungkin menduduki posisinya sekarang.
Namun siapa sangka? Pekerjaan menjadi seorang kaisar bahkan besar dari apa yang ia bayangkan. Dulu ia berpikir menjadi seorang kaisar ia akan hidup mewah dan selalu bersantai, nyatanya kehidupan menjadi seorang kaisar berbanding terbalik dengan bayangannya. Terlalu besar tanggung jawab yang ia pikul, saking besar dan banyaknya kadang kala ia kelelahan. Namun ini adalah pilihannya, ia memilih membunuh saudaranya sendiri demi menaiki posisi kaisar.
Walaupun keinginannya terpenuhi, dan rahasia dibalik kematian kaisar Hulong masih tertutup rapat. Kaisar Huang masih saja merasa takut dan cemas. Posisinya masih sementara, ia hanya mengisi posisi kaisar sementara. Hal itu dikarenakan putra tunggal mendiang kaisar Hulong belum cukup umur kala itu. Sekarang putra mahkota kaisar Hulong telah berumur 19 tahun, cepat atau lambat ia akan datang dan merampas semua hak yang seharusnya menjadi miliknya sejak awal.
Lamunan kaisar Huang buyar seketika pengawal penjaga pintu ruang kerjanya mengumumkan kedatangan seseorang yang langsung membuat sekujur tubuhnya tegang.
“Yang mulia, yang mulia putra mahkota WeiZhe ingin menghadap!”
.
.
.
Suasana hening menyelimuti ruang kerja di istana HongZhi. Pemuda tampan dengan aura acuh tak acuh sedang duduk di kursi kebesaran kaisar Huang. Pemuda itu duduk sambil menopang dagunya dengan salah satu tangan yang ia letakan diatas meja kerja. Salah satu langannya yang bebas kini mengetuk – ngetuk jemarinya diatas permukaan meja.Tatapannya tajam dan membunuh, walaupun ia nampak malas, aura dingin yang ia keluarkan cukup mampu membuat kaisar Huang yang berdiri di tengah ruangan gemetar ketakutan.
Malam ini sang penerus takhta kerajaan TangShi yang sah tengah duduk dikursinya, sebagai seorang kaisar perbuatan putra mahkota WeiZhe yang merupakan putra mendiang kaisar Hulong adalah sebuah penghinaan. Namun kaisar Huang hanya mampu menahan kemarahannya dan menelannya diperut.
“Paman, Ben Gong menyerahkan pemerintahan kepadamu untuk kau kelolah dengan baik, tapi apa ini?” Tanya putra mahkota WeiZhe menekan kata ‘Paman’ pada kalimat yang ia lontarkan.
Wajah kaisar Huang mulai menggelap, selain memberinya penghinaan, putra mahkota WeiZhe juga memberinya tamparan keras dengan menyebutnya ‘Paman’ tanpa embel – embel kehormatan ‘Yang mulia kaisar’.
Kaisar Huang tak mampu lagi mengontrol raut wajahnya, emosi yang sempat ia telah kini naik hingga keubun – ubunnya. Kepalanya panas, begitu pula dengan telinganya yang mulia memerah. Amarahnya ingin meledak saat putra mahkota WeiZhe terus memprovokasi dan menyindir dirinya dengan kejam dan ganas tanpa ingin memberi cela.
Putra mahkota WeiZhe tersenyum miring, saat menangkap raut wajah geram kaisar Huang. Ia dengan santai terus menyindir dan menghujatnya sehingga pria paruh baya itu kini menatapnya dengan buas seraya ingin menerkamnya hidup – hidup.
“Tak usah menyalahkan Zhen! Jika kau menganggap Zhen tidak mampu dan tidak becus dalam menerintah, lantas kau yang sebagai putra mahkota di kerajaan TangShi, apa yang kau lakukan selama ini?” Tanya kaisar Huang meledak.
“Tak usah menghakimi Zhen, seharusnya hakimi dirimu sendiri. Kau bahkan tak pernah bersikap layaknya putra mahkota, kau hanya sebuah nama dalam kerajaan tanpa melakukan tugas yang seharusnya putra mahkota lakukan. – kaisar Huang menjeda seraya mengambil nafas, lalu melanjutkan – sikapmu yang kurang ajar dan ketidak pedulianmu pada kerajaan TangShi membuat Zhen muak. Mengapa kau hanya menyalahkan Zhen, padahal dirimu juga melakukan kesalahan! Apa yang kau lakukan selama ini, mengapa kau hanya datang seenaknya mengkritik kinerja Zhen!” Teriak kaisar Huang meluapkan segala kemarahannya.
Kaisar Huang terengah – engah. Putra mahkota WeiZhe tak gentar dan masih pada posisinya yang menampilkan postur malas “sudah?” Tanya putra mahkota WeiZhe
“Jika sudah, maka giliran Ben Gong yang menjawab” katanya.
“Pertama, Pama tidak perlu tahu apa yang Ben Gong lakukan. Kedua, segala masalah yang terjadi di istana adalah tugas dan tanggung jawab kaisar. Ketiga, Ben Gong jelas melakukan tugas Ben Gong dengan membiarkan Paman bersenang – senang dan menduduki posisi kaisar sementara untuk saat ini. Keempat, kekacauan yang terjadi harusnya di tangani oleh kepala pemerintahan. Paman adalah kepala pemerintahan, namun tak mampu memecahkan masalah dan mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Dan lagi – putra mahkota WeiZhe menjeda, ia menatap kaisar Huang dengan tatapan tajam dan membunuh, aura yang ia keluarkan dua kali lebih kuat dan dingin. Dan secara perlahan mampu membuat kaisar Huang sesak karena aura mengintimidasi yang ia keluarkan terus menekannya – Paman tak menghukum orang – orang yang menciptakan kekacauan tersebut. Kelima, bukan kah itu adalah tindakan yang salah yang Paman ambil sebagai kaisar?” Tambah putra mahkota WeiZhe melempar pertanyaan yang membuat kaisar Huang semakin diliputi kemarahan.
Pertanyaan putra mahkota WeiZhe dengan jelas mengatakan bahwa ia membela sisi pangeran Hung yang menciptakan masalah besar pada kerajaan TangShi, namun ia melemparkan kesalahan tersebut pada putra mahkota WeiZhe yang bergegas menemuinya setelah kedua sahabat sekaligus bawahannya terlelap tidur di penginapan yang ada di restoran TongYang di kerajaan TangXing.
Saat kaisar Huang ingin membantah, putra mahkota WeiZhe beranjak dari duduknya dan menyela “Oh.. Ben Gong lupa jika paman selalu salah dimata Ben Gong!” Kata putra mahkota WeiZhe tak lupa tersenyum mengejek.
“Paman tak seharusnya paman terobsesi dan berambisi dengan kekuasaan, paman bahkan tak becus dalam mengelolah pengadilan dan pemerintahan dengan baik. Paman sekarang menduduki takhta hanya karena paman beruntung, tapi bukan berarti bahwa paman akan selamanya beruntung menduduki posisi tersebut – jeda putra mahkota WeiZhe – paman beruntung, tapi bukan berarti di takdirkan. Sejak awal takdir tak mengijinkan paman dan mengatur, mengelolah dan mengambil tindakan diperadialan dan pemerintahan. Ingatlah jika posisi paman hanya sementara, cepat atau lambat Ben Gong akan mengambil posisi dan hak Ben Gong” tambah putra mahkota WeiZhe melangkah meninggalkan kaisar Huang yang masih berdiri di tempatnya dengan tangan mengepal kuat.
Selepas kepergian putra mahkota WeiZhe, kaisar Huang mulai mengamuk. Ia melempar barang yang dekat dengannya, menghancurkan segala macam keramik dan pas bunga seakan – akan mereka tak berharga.
“Zhen tak akan memberikan posisi kaisar untukmu, apapun yang terjadi!”