Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Panggil Aku Tante

Bab 7 Panggil Aku Tante

Matahari sudah menunjukan sinarnya, kini seorang wanita sibuk memasak di dapur dengan para pelayan yang nampak segan dan tak enak melihat perempuan ini memasak seorang diri, salah satu pelayan koki di sana menawarkan bantuan, namun, dengan halusnya ia tolak dan bilang kalau koki itu harus istirahat,mendengar bagaimana mereka bercakap cakap dengan koki lainnya yang harus berjaga selama 24 jam untuk berjaga jaga jika tengah malam ataupun dini hari ada salah satu keluarga yang meminta makanan, maka mereka harus segera memasak, satu tugas mereka adalah memasak.

"Nona aku dengar kakimu sedang sakit, sini berikan saja kepada kami tugas memasak anda..." pinta kepala koki itu halus entah yang keberapa kalinya kepala koki itu meminta agar gadis ini menyerahkan aktivitasnya kepadanya

"Tuan, sudah ku bilang tidak usah, kau terlihat kelelahan pergilah tidur aku akan bertanggung jawab jika nyonya di rumah ini marah terhadapmu dan sekali lagi jangan panggil aku nona tuan, aku masih muda dibanding tuan, panggil saja aku Alice..." ucap Alice yang sedang sibuk memotong bawang

"Nah sekarang kalian semua tidurlah, ayo tidur pergi ke kamar kalian..." ucap Alice mendorong semua pelayan yang ada di dapur tersebut untuk beristirahat, awalnya semua pelayan itu menolak karena khawatir jika tuan dan nyonya besar akan memarahi mereka, namun ketika melihat senyuman Alice yang begitu menyejukan, mereka akhirnya pergi dengan turut

"OH ASTAGA AKU KESIANGAN!! MAREL MARK IRINA CEPAT BANGUN!!" teriak Cyintia yang masih di dalam kamarnya ditemani William yang tak kalah terkejutnya mendengar teriakan dari Cyintia yang dapat menggetarkan lubuk hati yang paling dalam

"Kenapa kau tidak memasang alarm mu Will?lihat kita terlambat mana aku belum menyiapkan sarapan untuk anak anak." Cyintia mulai bangkit dari ranjangnya dan panik

"Kan ada pelayan di dapur kenapa kau harus repot repot memasak sih?" tanya William yang ikut bangkit dari atas kasur besar miliknya

"Lalu apa gunanya seorang ibu?" ketus Cyintia yang mulai berjalan sambil mencepol rambut miliknya

William hanya terkekeh dan langsung pergi ke kamar mandi, karena hari ini ia memiliki rapat penting dengan seorang klien

Sementara itu Mark,Marel,Irina sedang berlomba lomba bertukar soal dan jawaban yang di berikan tugas oleh guru mereka masing masing hanya Mark seorang yang masuk ke dalam kelas golongan orang orang pintar sementara kedua adiknya ini masuk ke daftar kelas yang lumayan 'bagus' dalam hal kejelekan di mata guru

"Kakak sih sudah ku bilang kakak jangan tidur dan kerjakan soal ini apalagi kita sekelas kan, tapi kau malah tidur dan lupa memasang alarm jadi tugas kita belum selesai, ahhh kau ini dasar kakak tidak berguna!" hardik Irina di sela aktivitasnya menyalin jawaban ke buku catatan

"Lalu kenapa kau juga malah tidur bukannya bantu aku mengerjakan soal ini hah?" tanya Marel menyikut Irina yang sedang menulis, alhasil tulisan Irina tersebut tercoret dan terdapat garis indah panjang yang tergambar di buku catat miliknya

"Shit ! kan sudah ku bilang aku ini capek kak, capek, apa kau tidak mengerti perasaan perempuan hah?" sulut Irina yang tak kalah marah ketika tulisannya terbuai indah di atas kertas

"Lah kak Mark juga kenapa ikut ikutan terlambat? Biasanya kau kan selalu nomer satu dalam hal disiplin lah sekarang malah melenceng seperti ini.......pfftt...." ketus Irina yang di susul dengan tawa Marel yang meledak mendengar pernyataan adiknya yang teralu benar

"Apa jangan jangan kau semalam ikut mendengarkan gosip tentang Alice kan? Ya kan? Ya kan ya kan?" goda Irina yang membuat Mark pergi begitu saja dari dalam kamar Irina

Memang ketika mereka bertiga mempunyai masalah yang serupa, pasti tempat basecamp mereka adalah kamar Irina, nah begitupun dengan masalah tugas soal ini yang termasuk Mark ke dalamnya dan ikut ikutan nimbrung mengerjakan tugas soal miliknya yang bahkan belum diisi sama sekali.

Kemarin malam mereka sekeluarga tidak terkecuali Mark, tengah sibuk berdiskusi di ruang keluarga akan Alice, bahkan mereka menyebut Alice sebagai gadis ajaib,namun Mark saat itu bilang jika dirinya tak akan ikut ikutan ke dalam masalah yang tidak penting dan tidak berfaedah ini dan lebih memilih untuk mengerjakan semua tugas tugasnya, namun pada kenyataannya Mark ikut menguping tentang Alice di balik pintu, karena bagaimanapun jika kau merasa seolah olah kau tidak peduli, maka rasa kepedulian mu akan semakin besar.

•••

"Alice apa yang kau lakukan di sini?" tanya Cyintia ketika memasuki dapur dan melihat Alice yang sedang sibuk berkutat dengan wajan dan spatula

"Eh nyonya?" Alice nampak terkejut

"Sini sini biar aku saja yang melakukannya kau duduk saja Alice, kakimu masih belum sembuh." Cyintia berusaha mengambil alih dapur, namun dengan cepat Alice menahannya. "Bagaimana jika nyonya hanya duduk saja dan mencicipi masakanku?" Cyintia nampak terkejut

"Ahhh apa perkataanku melewati batas?!" Alice mulai panik dan meminta maaf namun Cyintia hanya tersenyum dan duduk sesuai perintah Alice

"Sini mana masakanmu aku akan menjadi orang pertama yang mencobanya." ucap Cyintia,Alice hanya bisa tersenyum haru

"Tapi Alice kenapa kau bisa bangun lebih dulu dari kami, dan mana pelayan kokinya? Aku akan memarahi mereka karena tidak ikut membantumu!" kata Cyintia

Alice refleks membalikan badan, " Tidak usah memarahinya nyonya, aku yang menyuruh mereka untuk tidur, karena mereka mengeluh belum tidur dan terdengar olehku sehingga aku menuruhnya untuk tidur dan menggantikan posisi mereka dan selama 3 tahun belakangan ini aku sering bangun pagi buta hanya untuk memasak dan mencuci baju."

"Mungkin aku terlalu berani nyonya karena telah lancang asal memasak di tempatmu seperti ini....tapi hanya ini yang bisa kulakukan sebagai ucapan terima kasihku nyonya..." ucap Alice yang merasa malu dan sungkan

Cyintia yang melihat Alice hanya bisa tersenyum haru, melihat bagaiamana gadis ini dulu mirip sekali nasib dengannya. Cyintia berdiri dan mengelus puncak kepala Alice. "Entah kenapa tapi aku merasa seakan akan kau orang yang tidak asing bagiku Alice." ucap Cyintia dan memeluk Alice

Alice yang tiba tiba di peluk oleh Cyintia merasa kaget apalagi di tangannya memegang spatula yang kotor khawatir jika piyama mahal Cyintia terkena noda masakan

"Nyonya tolong lepaskan, aku khawatir spatula ini mengotori piyama milik nyonya." ucap Alice,Cyintia masih enggan melepaskan dekapannya sampai akhirnya Alice mengeluarkan jurus andalan yaitu dengan alasan masakan gosong

"Hahhh... rasanya aku seperti telah bertemu dengan seseorang yang sangat kurindukan..." Cyintia melepaskan dekapannya dan kembali duduk di kursi yang di awal ia duduki

"Oh iya Alice, jangan pernah memanggilku nyonya panggil saja aku tante, rasanya aku terlalu kejam jika kau memanggilku nyonya." ketus Cyintia yang diikuti kekehan oleh Alice dan Cyintia.

•••

Setelah sarapan dengan terburu buru, akhirnya kembar tiga berangkat menuju ke sekolah tak lupa juga Alice yang ikut mengekor kepada mereka,awalnya Alice menolak akan ajakan mereka ia lebih memilih untuk jalan kaki, namun Irina memaksa alice untuk ikut bersamanya dengan alasa kakinya masih belum sembuh dan akhirnya alice mengalah.

Tapi di dalam lubuk hati Alice, jujur ia merasa khawatir,gundah, dan resah mengingat bagaimana keluarga tirinya tak mudah melepaskan korbannya begitu saja, ia khawatir jika James akan menunggu di depan gerbang sekolah setiap Alice pulang sekolah

Marel yang mengetahui ekspresi wajah Alice lantas berbisik kepadanya bahwa dirinya akan melindungi dirinya dan satu kalimat itu mampu membuat pipi Alice bersemu.

Reaksi keluarga legend ketika mengetahui sarapan yang mereka makan buatan Alice tentu saja dengan membulatkan mata, bahkan Mark hampir mati terdesak jika Irina tak segera mengambilkan air untuknya, setelah itu Mark lebih memilih untuk menyudahi makan dan berangkat lebih dulu menggunakan motor di banding pergi bersama dengan kedua saudaranya

Berbeda dengan Marel, ia malah tak henti hentinya memuji masakan Alice paling top bahkan di banding ibunya dan itu sontak membuat Cyintia murka dan Irina pun tak lupa ikut menghujat Marel, mengubah suasana di meja makan yang awalnya canggung menjadi ramai dan penuh tawa.

•••

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel