Bab 4 Aku Mohon
"Sepertinya kau pacarnya apa itu benar?" tanya Niki
"IYA AKU PACARNYA ALICE! SEKARANG KATAKAN DIMANA ALICE!" teriak di seberang sana nampak khawatir, Niki yang mendegar hal ini nampak terkejut
Nampaknya Dewi Fortuna sedang berpihak kepada Alice, Alice menggigit bibir James ketika ia sedang menciumnya dan menendang alat vitalnya dengan sangat kuat sehingga ia bangkit dan merintih kesakitan, Alice bangkit segera mungkin
Mendengar James mengaduh kesakitan, Niki sontak menoleh
"Apa yang sedang kalian lakukan kepada Alice hah?" Tanya marel yang nampak sudah sangat khawatir
"Diam kau!" cegat Niki menahan lengan Alice
Namun Alice tak menyerah sampai situ, melihat bagaimana kurangnya tenaga Niki yang menahan Alice karena satu lengannya sibuk memegang handphone tak di sia siakan oleh Alice,dengan kuat Alice memberontak dan berhasil melepaskan cekalan dari Niki Alice kemudian bangkit dengan tangan masih di ikat lalu Alice menggerakan tangannya sekuat mungkin dan akhirnya simpul tali itu bisa terbuka, lantas Alice mendorong niki kuat kuat lalu merebut handphone dari Niki
"Marel, aku menjijikan ! aku mohon jangan hubungi aku lagi!" lirih Alice sebelum akhirnya ia mematikan panggilan tersebut dan menghapus kontak Marel dari hanphone niki dan kabur keluar
Sekuat tenaga Alice lari menuruni tangga, karena letak kamar Niki berada di lantai 2, setelah sampai di lantai 1 ibu tirinya itu nampak menatapnya heran dan hanya diam saja dan membiarkan Alice pergi sambil terisak sebelum akhirnya teriakan Niki dari tangga membuyarkan rasa heran dari ibunya itu
"Bu! Tangkap diaa! Jangan sampai ia lepas!" teriak Niki, lantas ibunya itu langsung berlari dan mengejar Alice yang sudah setengah lebih dulu di bandingkan ibunya
Alice lari dengan sangat kencang, peduli setan dengan pakaian yang ia pakai kini yang penting ia bisa lolos dan melarikan diri dari rumah terkutuk itu
Melihat ibu tirinya yang mengejarnya, ia berlari sekuat mungkin dan menggulingkan patung yang terbuat dari batu marmer besar yang tersimpan di dekat pintu, Alice harap hal itu bisa mengulur waktu ibu tirinya.
•••
Waktu sudah malam, rumah Alice terletak di pinggiran hutan sehingga sangat mustahil untuk menemukan kendaraan umum ataupun orang lewat, hanya orang gila yang melewati jalan buntu ini, karena persis di belakang dan samping rumah Alice adalah hutan lebat
Alice berlari dengan tertatih, kakinya tak sengaja menginjak pecahan patung marmer yang nampaknya terinjak oleh dirinya sendiri, Alice berlari dengan pincang apalagi ia tidak memakai alas kaki apapun, bajunya robek, keadaannya sungguh memalukan tapi, Alice masih bisa menjaga kesuciannya, jika Niki tidak menemukan nomor ponsel Marel dan menelponnnya entah bagaimana nasib Alice sekarang
Alice perlahan mulai menjauh dari rumahnya, namun nampaknya kondisi ini justru malah semakin membuat Alice khawatir, karena James akan terus menerus mencari Alice sebelum dirinya mendapatkan apa yang ia mau.
Alice berjalan dengan pincangnya, kini bukan hanya sebelah kakinya saja yang terluka, kedua telapak kakinya kini ikut berdarah darah akibat tergores oleh jalanan aspal yang tajam
"aaw.." Alice terjatuh karena rasa perih yang begitu menyengat di kakinya, lututnya berdarah karena bersentuhan dengan jalanan aspal, meskipun tubuhnya sudah lemah, Alice masih kuat untuk mengesot
Jalanan sangat gelap gulita tidak ada pencahayaan sama sekali, Alice pun tidak mengetahui dirinya di pinggiran atau di tengah jalan, yang ia pentingkan saat ini yaitu melarikan diri
Ketika Alice tengah menyeret dirinya untuk tetap berjalan, dari kejauhan terlihat cahaya yang semakin mendekat kepada Alice, Alice berusaha untuk berdiri namun tidak bisa lukanya ini terlalu perih,semakin lama cahaya itu semakin mendekat sampai akhirnya Alice tidak bisa menyeret dirinya lagi dan melindungi dirinya sendiri dengan menyilangkan kedua tangannya
"Tolong jangan bawa aku kak James aku mohon......" pinta Alice sambil menangis ketika cahaya itu sudah berada tepat di depan dirinya
Nampaknya cahaya itu adalah Flash dari handphone dan flash itu mengarah ke arahnya
Alice masih nangis terisak dan masih menyilangkan kedua tangannya, suhu udara di dekat hutan memang agak dingin apalagi ketika malam, tubuh Alice cukup menggigil dan bergetar akibat menangis dan kedinginan
Namun sang lawan bicara masih tidak mengeluarkan suara apapun, Alice bisa merasakan rasa hangat mulai menyelimuti dirinya.
"Aku mohon kak, jangan kau lakukan ini padaku!" Alice mulai meronta ketika merasakan tubuhnya terasa hangat dan harum maskulin tercium sangat menyengat, yang pasti ini bukan baunya James
"Aku mohon siapapun itu aku hanya ingin keluar dari mimpi buruk ini, entah kau mau menculiku atau menjual diriku aku tidak peduli aku hanya ingin pergi dari sini hiks...hiks...hiks..." Alice mulai terisak
sang lawan bicara menatap iba gadis lemah di hadapannya ini, seberapa keras hatinya, seberapa kasar sikap dan perkataanya dan seberapa kejam pemikirannya, namun manusia tetaplah manusia yang memiliki hati nurani dan secercah rasa iba yang tersimpan di hati kecilnya, dengan rasa malu yang luar biasa, lawan bicara Alice ini akhirnya membuka suara
"Alice ini aku, Mark!" ucap Mark dengan suara bazz nya yang sangat khas lalu mendekap Alice dan kembali menyelimuti tubuh Alice yang terpampang dengan jaket miliknya
"aku mohon Mark bawa aku pergi dari sini...aku mohon..." ucap Alice masih menyilangkan kedua tangannya, jujur Alice merasa malu akan keadaannya saat ini, benar yang dikatakan oleh Mark dirinya memang wanita jalang
Mark semakin kuat mendekap Alice berharap agar Mark dapat menyalurkan kehangatan tubuhnya kepada Alice karena tubuh Alice kini sangat dingin,kaku,lemah, dan bergetar hebat
"Mark aku moh-" kalimat Alice terpotong karena kegelapan lebih dulu membawa dirinya ke alam bawah sadar
Mark melepaskan dekapannya dan menatap Alice yang kini berada di pangkuannya dan menatap kondisi tubuh Alice yang memprihatinkan, dengan baju seragam yang robek yang memperlihatkan kemolekan tubuhnya, kulitnya yang pucat dan beberapa luka memar di lengan dan kakinya membuat Mark sedikit tersengat oleh rasa iba dan simpati
Mark kemudian membawa Alice yang tak sadarkan diri dengan menggendongnya hendak menuju mobilnya yang berada beberapa meter dari sini, Mark sedang berburu di hutan dan hendak kembali menuju mobil yang di parkir di pinggir jalan dan tak sengaja ia menemukan Alice yang sedang merintih kesakitan sehingga ia menghampirinya dengan menyalakan flash dari handphone nya karena pencahayaan yang minim.
•••
Bau obat obatan sangat tercium menyengat,beberapa orang nampak bolak balik masuk ke ruangan yang bernuansa putih yang nampaknya sudah di revolusi menjadi seperti kamar pasien rumah sakit, terdapat beberapa selang infus di sana-sini
Meskipun berat, akhirnya mata gadis itu terbuka, pupil matanya menyipit ketika cahaya yang masuk ke dalam lensanya sangat terang, ia memegang kepalanya perlahan dan mengamati setiap inci dari ruangan yang sangat indah ini, nampaknya ia tengah berada di rumah orang kaya terlihat dari furnitur yang masih tersisa beberapa di sana
Tunggu dulu, orang kaya? Apakah semalam ia di culik oleh pedofil dan di kurung di sini selamanya?
Gadis itu segera bangkit dan hendak melepaskan selang infus yang tertancap di lengannya, namun niatnya terkurung ketika melihat pintu terbuka lebar dan menampakan sosok tinggi putih yang menatap Alice penuh khawatir juga rasa gembira ,raut wajahnya yang awalnya menegang mulai mengangkat sudut bibirnya, tersenyum.
"ALICE?!"
•••