Bab 3 Dimana Alice?
Bab 3 Dimana Alice?
•••
" MAREL ! IRINA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Pemilik nama yang di panggil pun akhirnya menoleh dengan rasa bingung dan menatap tajam kakak nya ini dengan heran
Mark bangkit dari dudukya, para fans nya itupun nampak menjauh dan memberi jalan bagi Mark untuk keluar dari kerumunan setelah mendengar Mark berteriak begitu keras
Mark melangkah begitu cepat sebelum akhirnya ia menggaet kedua lengan Irina dan Marel dan menyeretnya keluar dari kelas
"Alice nanti kita bertemu lagi yaa!! Aku akan sering sering kesini kok!" seru Marel menoleh ke belakang melambaikan tangan di susul dengan Irina yang ikut melambaikan tangan
Alice menjawabnya dengan senyuman, Namun tatapan Mark kepada Alice lagi lagi ini berbeda. " Jangan pernah Kau dekati saudara saudaraku wanita jalang!" Ketus Mark kepada Alice yang membuat Marel dan Irina nampak terkejut atas apa yang dikatakan oleh kakak mereka
Langkah mereka semakin menjauh dari kelas namun Marel tetap saja menoleh ke belakang dan melambaikan tangan kepada Alice, Alice hanya bisa tersenyum menutupi luka di hatinya yang kini mulai terbuka kembali
Alice menoleh ke arah samping dan nampaknya banyak sepasang mata yang menatap tajam ke arahnya dan itu adalah radar bahaya bagi Alice untuk meninggalkan kelas, khawatir ia akan di siksa lagi di dalam kelas oleh teman temannya yang iri kepadanya apalagi keluarga Carlisle itu bahkan berkenalan dan berteman dengannya. Dengan bekal makan yang masih di genggamannya, dengan langkah cepat Alice keluar dari kelas dan pergi menuju taman.
•••
"Fiuhhh....hari ini menyenangkan sekali...." gumam Alice sambil memandang ke arah langit biru yang di hiasi oleh awan awan Sirokumulus yang seperti gerombolan domba berbulu lebat yang memenuhi sang langit biru dan menyandarkan punggungnya di kursi yang ada di taman sekolah itu, wajahnya memerah ketika ia mengingat akan perkataan Marel yang tiba tiba ia akan menjadikan Alice pacarnya, itu sungguh hal yang sangat mustahil bagi Alice apalagi ketampanan Marel bahkan setara dengan Mark dan dirinya sangat jelek jika dilihat dari fisik yang pasti lelaki akan menolak Alice lebih dahulu sebelum ia menyatakan rasa sukanya
"Sudahlah Alice saat ini aku lapar sekali, tapi sandwich ini terjatuh dan aku tidak mempunyai uang untuk membeli sandwich, tak apa lah biar aku makan permukaannya saja yang tidak kotor." Alice kemudian membuka kotak makannya yang isinya sangat berantakan dan ia sedang memilah bagian mana saja yang tidak kotor
Meskipun sandwich itu kotor, Alice tetap memakannya dengan perasaan senang tentu saja, meski tersisih rasa sedih yang ikut menusuk pikiran Alice tapi sekarang yang ia pikirkan adalah makanan,tubuhnya sudah menuntut asupan makanan berkarbohidrat
Di seberang sana, ada sepasang mata yang menatap Alice dengan iba sekaligus jijik, mata hazel yang bagaikan elang itu nampaknya tidak pernah berhenti mengintai Alice seolah olah Alice adalah sasaran empuk.
"Kau benar benar wanita menjijikan!" gumamnya
Namun tatapannya berubah ketika seorang pria datang menghampiri Alice dan Alice pun nampak terkejut sekaligus senang sosok itu hadir di sampingnya
"Cih.." pria elang itu pergi meninggalkan mangsanya
"Apa yang kau makan Alice?! Oh astaga itu kotor! Kau jangan memakannya!" pekik Marel tidak percaya ada orang sejorok Alice
"Wanita ini benar benar membuatku penasaran!" ucap Marel dalam hati
"Tidak apa Marel, lagi pula aku memakan bagian yang bersih saja, yang kotornya sudah aku sisihkan." jawab Alice sambil melanjutkan makannya
Hap !
Hanya satu detik lengan Alice sudah ada di dalam genggaman Marel . "Kau calon pacarku, mana ada calon pacarku memakan makanan kotor, mari ikut aku ku traktir kau makan!" ucap Marel antusias dan menyeret agar Alice ikut bersamanya
Namun tiba tiba Marel berhenti dan menoleh kebelakang. "Dan oh iya jika kau tidak nyaman dengan memanggil namaku, kau boleh memanggilku baby ataupun darling." ucap Marel genit membuat Alice menundukan kepalanya
"hahahahah aku bercanda Alice, tapi jika kau menganggapnya serius tak apa, aku tidak keberatan..." ucap Marel polos tanpa dosa yang malah membuat Alice semakin bullshing
"Irina dan kakakku sedang menunggu di kantin yuk kita ikut gabung." Marel menarik pergelangan Alice dengan lembut, nada bicara Marel yang begitu ramah dan lembut membuat Alice perlahan nyaman, peduli setan dengan orang orang yang menatapnya tajam yang terpenting ia bisa menikmati mimpi indah ini.
•••
Jam pelajaran pun sudah selesai, seluruh murid berdesakan memenuhi gerbang termasuk Alice kini Alice pun ikut ikutan berdesakan untuk pulang lebih dahulu karena ia berjanji kepada Marel ia akan secepatnya menelfonnya dirinya, Marel sengaja memberikan nomer ponselnya kepada Alice dengan alasan agar hidup Alice lebih cerah di banding sebelumnya .
Yaahhh ketika Marel mengajak Alice ke kantin, Irina dengan senang hati menerima Alice ikut bergabung dengan mereka, namun Mark selalu saja menghindar dengan alasan ia harus meminjam buku pelajaran untuk menyalinnya di buku catatan.
Di kantin itu Marel membocorkan identitas dirinya, membahas satu per satu keluarganya dan hal yang membuat Alice terkejut adalah Mark, Marel dan Irina ternyata saudara kembar,pantas saja kemiripan mereka terlihat jelas walaupun mereka tidak terlalu identik di banding kembar pada umumnya.
Bahkan ia merasa aneh dengan kembar 3 ini, mereka murid pindahan yang aneh dan masing masing setiap orangnya memiliki tempramental yang aneh contohnya Marel dengan mudah mengklaim Alice sebagai calon pacarnya padahal ia baru bertemu sekali, namun meskipun Marel hanya bercanda ataupun tidak,bagi Alice itu cukup mengisi kekosongan dihatinya.
•••
Meskipun pulang lebih awal, tetap saja Alice sampai ke rumah pada sore hari hanya tiba lebih awal 20 menit, ia kemudian sesegera mungkin pergi menuju kamar kakak tirinya untuk meminjam ponsel miliknya
Dan sepertinya ini adalah hal terburuk bagi Alice, hal yang pasti akan membuat Alice menyesal seumur hidup, di balik pintu kayu jati itu seseorang tengah menunggu mangsanya memasuki perangkapnya, perangkap untuk mencemarkan Alice, perangkap untuk melecehkan gadis polos yang tidak tahu menahu akan apa yang terjadi ketika ia membuka pintu kayu jati yang ada di hadapannya dan dengan polosnya tangan kurus itu memutar knop pintu dan
Ceklek
"Ka, apakah boleh aku me-" betapa terkejutnya Alice ketika melihat perilaku kakak tirinya yang tidak senonoh dengan pacarnya yang bernama James
Niki tersenyum evil ketika mendapati Alice yang tengah menatapnya dengan sangat terkejut, got it! Seolah olah kata itulah yang menjadi kata pertama yang di ucapkan Niki kepada Alice melihat bagaimana rencananya ini berjalan sempurna
Alice langsung menutup pintu dan pergi, Namun tangannya ditarik sangat keras
"Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja setelah melihat diriku dengan kondisi seperti ini?" ucap kakaknya mengintimidasi Alice dan menekan tangannya kuat kuat membuat Alice meringis dan sedikit memberontak
"T-tidak kak, aku akan merahasiakan hal ini...." lirih Alice sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan yang ada di pergelangan tangannya, ia mempunyai firasat buruk akan hal ini
"James! Cepat bawa dia! Kau juga ingin bersenang senang dengannya kan?!" teriak Niki memanggil pacarnya
Alice mulai meronta lebih, Namun kakak tirinya ini tidak hanya mencekal tangannya, rambutnya pun ikut dijambak olehnya sehingga kemungkinan Alice untuk kabur sangatlah kecil
"Kemari kau gadis kecil." ucap James mulai menggendong Alice dan membawanya ke dalam kamar Niki dan di jatuhkannya di atas ranjang
"Apa yang akan kalian lakukan?!" teriak Alice tersulut emosi
"Melakukan sebuah permainan kecil." jawab James dengan santai dan mulai menindih dan mengunci tubuh Alice, sekali lagi Alice berontak, menendang dan memukul apa saja yang ada di hadapannya, Niki yang mengetahui hal ini langsung mengikat tangan Alice ke atas dan membuat air mata Alice keluar dengan deras
"Tenang saja gadis kecil aku akan pelan pelan." bisik James kemudian merobek baju Alice dengan kasar, Niki masih berusaha untuk mengikat tangan Alice menggunakan dasi milik James, namun ketika baju kemejanya terangkat, lengan pucatnya itu memperlihatkan deretan nomor diikuti dengan nama 'Marel' di bawahnya
"Oh lihat apa yang kutemukan!" pekik Niki kegirangan diikuti dengan niat jahatnya
"Apa ini nomor ponsel pacarmu ? Rajin sekali kau menulisnya di lengan, supaya kau tidak lupa hah?" Niki mengambil handphone nya yang berada di atas nakas tak lupa ia menahan lengan Alice dengan ikatan yang belum terikat sempurna
"Aku akan menelponnya!" Niki mulai menyalin deretan nomor itu di ponselnya
"Jangan kak aku mohon jangan!....." teriak Alice mulai menangis histeris dan meronta ronta supaya kakaknya ini menghentikan aksinya
"James! Kau lakukan tugasmu!" ucap Niki menatap tajam ke arah James dan mulai menghubungi nomor tersebut
Niki sengaja men speaker kan teleponnya yang sudah terhubung, Alice semakin hebat menangis dan meronta, Namun James yang menguasai tubuhnya mulai mengambil alih
Tut... tut...
"Kak, aku mohon jangan lakukan itu kak, aku mohon matikan itu!" pinta Alice, James semakin gencar menggerayangi tubuhnya, Niki hanya tersenyum puas kepada Alice
"Ternyata adik tiriku suda mempunyai pacar ya? Siapa dia? Apa kau tidak malu ketika pacarmu mengangkat telepon ini dan mendapatkan suara menjijikanmu ini?" ucap Niki menjambak rambut Alice sehingga kepala Alice sedikit terangkat
"Kak James aku mohon hentikan!......" pinta Alice yang sudah berlinang air mata, bukannya berhenti, James malah semakin gencar memainkan kemolekan tubuh Alice
"Hallo?" ucap seseorang dengan suara bazz yang nampaknya sudah terangkat oleh pemilik deretan nomor tadi
"........" tidak ada jawaban, dan Alice pun sekuat tenaga agar menahan suara menjijikan itu tidak keluar ketika James mulai menggigit telinganya
"Hallloooo...... apakah ini kau Alice?" ucap seseorang di sana yang sepertinya sedang menunggu jawaban
"Ahhh ini aku kakaknya, Niki." jawab Niki, Alice menatap Niki penuh harap
"Oh kakaknya Alice.....apakah ada Alice nya kak?" tanya suara bazz itu dengan sangat polos
Sementara itu James sudah mulai meraba raba tubuh Alice dan itu sudah sangat keterlaluan bagi Alice
"Kak, aku mohon hentikan... ahh.." teriak Alice yang akhirnya suara menjijikan itu akhirnya terlontar keluar
"Itu suara Alice kan kak? Dimana Alice nya kak?" nada bazz ini terdengar mulai khawatir
"Kak James aku mohon...." pinta Alice
"Ahh..." sekali lagi suara menjijikan itu terlontar keluar ketika james mulai bermain dengan lehernya
"Sepertinya kau pacarnya apa itu benar?" tanya Niki
•••