Bab 12 Kenapa Kau Harus Menjadi Takdirku?
Bab 12 Kenapa Kau Harus Menjadi Takdirku?
Alice dan Mark tiba di rumah ketika petang hari, karena mereka harus menunggu supir yang menjemput mereka, motor milik Mark sudah di urus oleh pelayan nya dan buku yang diborong oleh Mark pun sudah di kirim ke rumahnya,bagi Mark memborong semua buku di toko itu hanya mengurangi 3 deret nomor terakhir di saldo ATM nya.
Kini hari sudah Malam, Mark sedang mengurus tumpukan buku itu sebagian di sumbangkan dan sebagian lagi ia simpan di perpustakaan keluarga Carlisle buku buku yang Alice sukai ia memberikannya, dan ini hampir larut malam tapi Mark belum mengganti seragam sekolahnya dan sibuk membereskan buku buku, Alice yang merasa tak enak berniat membantu tapi dengan keras Mark menolaknya katanya akan semakin membuat pekerjaannya menjadi lambat dan sulit.
Bukan Alice namanya kalau ia pantang menyerah, ia tetap saja bersikeras membantu Mark dan memilah buku buku sesuai genrenya
Setelah beberapa jam memilah buku, akhirnya para pelayan itu bergerombol membawa buku buku tersebut kini, ruang tengah itu yang asalnya menumpuk buku kini sudah terlihat bersih dan rapi kembali berkat Alice
Alice melangkahkan kakinya dan berpamitan kepada Mark kalau ia akan tidur, besok memang libur tapi Alice tidak bisa begadang, matanya seolah olah sudah mengajak Alice untuk segera pergi ke alam mimpi. "Mark aku akan pergi ke kamarku dan tidur, terima kasih telah menolongku dan membelikan buku yang aku sukai, sampai jumpa Mark." ucap Alice dan berbalik badan
Tapi tiba tiba pergelangan tangannya di cekal oleh Mark, Alice seketika berhenti dan menoleh. "Ada ap-" sebelum Alice menyelesaikan kalimatnya, Mark lebih dulu memotongnya
"Apa alasanmu menyukai ku?" tanya Mark ketus
Deg! Rasanya jantung Alice nampak berhenti berdetak, sejak kapan Mark mengetahui dirinya menyukainya, pertama kali melihat Mark Alice memang sedikit tidak suka kepadanya karena perkataan dan sikapnya yang kasar terhadap Alice,tapi ketika dirinya tengah melarikan diri dari kejaran James Mark menyelamatkannya dan tidak membawanya ke rumah sakit dan lebih memilih untuk di rawat di rumah dengan alasan ia takut di culik kembali.
Kini setelah tinggal dengan Mark,Alice bisa mengetahui di balik perkataan kasar dan hinaan Mark terhadapnya Mark mempunyai alasan tertentu contohnya saja ketika di toko buku tadi, jelas jelas Mark sedang mencoba untuk mengancam dan menyindir orang yang sedang membicarakan Alice, hal ini lebih baik daripada Marel yang menenangkannya, meskipun Marel sering menghiburnya tapi Marel tidak pernah mengancam orang orang seperti yang di lakukan Mark yang membuat orang orang berhenti membicarakan dirinya, dan ini satu poin lagi yang membuat Alice menyukai Mark.
"Haa, kau bercanda Mark? Apa yang kau katakan?" elak Alice diselingi dengan tawa garing
"Sekali lagi aku bertanya, kenapa kau menyukaiku? Padahal jelas jelas Marel terlihat lebih menyukaimu." terang Mark membuat Alice membelalakan mata tak percaya
Oh ya tuhan! Ada apa sebenarnya dengan keluarga ini? Apakah mereka mempunyai suatu penyakit hormon dimana kali melihat seseorang ia akan menyukainya siapa saja itu? Tapi ini tidak mungkin bagaimana bisa mereka dengan cepat menyukai dirinya? Padahal ia baru beberapa minggu berkenalan dan berteman
Dan entah apa juga yang terjadi dengan Alice, sebelum keluarga ini pindah ke sini, ia bahkan sudah pernah memimpikan seseorang yang mirip dengan Mark menyelamatkan dirinya dan bahkan ia sudah berjanji untuk menyukainya jiakalau memang seseorang itu ada di dunia nyata dan sosok di mimpinya itu persis terlihat seperti Mark,postur tubuhnya, rambutnya bahkan suaranya, hanya saja yang membedakan mereka berdua adalah sifatnya jika Mark yang asli dingin maka Mark yang berada di mimpinya lebih hangat, bagaimana ini? Alice terlanjur berjanji dengan bodohnya
"A-aa-kku.." jawab Alice terbata bata dan melepaskan cekalan Mark ketika Mark mulai melangkah maju, kaki Alice mundur selangkah demi selangkah seiring dengan langkah Mark
Mark menatap tajam Alice, Alice semakin cepat mengambil langkah mundur sungguh ia sangat ketakutan melihat tatapan yang di lontarkan oleh Mark kepadanya, namun punggung Alice menyentuh permukaan yang keras Shit ! dirinya kini Terhimpit dengan tembok namun Mark masih mendekatinya
Tersisa jarak 3 langkah antara mereka, Mark masih menatap Alice lekat tatapannya perlahan meneduh dan sayu ketika melihat ekspresi wajah Alice yang ketakutan, ekspresi ini sama persis dengan Tania ketika ia hendak di hukum mati dan menatap mark dengan ekspresi seperti ini
Alice masih berdiri dengan tegang, Mark tiba tiba meraih lengan Alice dan memegangnya lalu mencodongkan tubuhnya ke Alice dan menaruh kepalanya di atas pundak Alice
Alice yang merasakan aroma maskulin yang begitu kuat di indra penciumannya dengan keadaan mereka yang cukup dekat dan rasa berat di pundaknya membuat Alice sedikit merileks-kan tubuhnya
Tubuh Alice bergerak tak nyaman. "Tunggu, biarkan saja seperti ini dulu, sungguh aku merasa nyaman..." ucap Mark setengah berbisik
Alice kembali terdiam dan menatap rambut hitam Mark yang menempel di bahunya. "Meskipun aku mate mu,jangan menyukaiku Alice apalagi mencintaiku, aku tidak ingin melihat orang yang mencintaiku mati dan meninggalkanku selamanya..." bisik Mark, wajahnya terhalang oleh rambutnya sehingga Alice tidak bisa melihat ekspresi mark
Tubuh Mark sedikit bergetar. "Seharusnya aku tidak bertemu denganmu Alice ! seharusnya aku tidak ikut dengan mereka dan tetap tinggal di Inggris!..." tubuh Mark mulai bergetar hebat
Alice merasakan ada cairan hangat yang menyentuh bahu Alice . "Jujur Alice aku tidak sanggup melihatmu, aku tidak sanggup melihat senyumu! Aku tidak sanggup melihatmu yang menolongku, aku tidak sanggup melihatmu yang berbohong hanya demi diriku Alice...." Mark mengungkapkan isi hatinya yang selama ini ia pendam, setelah beberapa tahun baru kali ini Mark menangis di hadapan seorang gadis
"Aku tidak mau kejadian Tania terulang lagi Alice, aku mohon....." pinta Mark yang nampaknya membuat Alice tersentuh dan perlahan mulai mengusap rambut Mark yang berada di pundaknya dengan sebelah lengannya
Mark terasa tenang ketika lengan lembut Alice mengelus rambutnya halus, meskipun mate nya seorang gadis nerd yang menjijikan namun dia sungguh luar biasa ! batin Mark
"Kau tahu Mark? Sebelum kau ke sini, aku sudah pernah bermimpi tentangmu, meskipun ini aneh tapi..." ucapan Alice menggantung
"Entahlah seolah olah kita memang ditakdirkan Mark." ucap Alice yang membuat Mark tenang
"Aku hanya tidak mau jika kau melihat wujud asliku kau akan ketakutan lalu melapor ke orang orang seperi Tania dan berakhir dengan kematian." Mark sedikit berbisik namun masih bisa di dengar oleh Alice, aroma mint yang menguar dari mulut Mark rasanya menyegarkan
"Apa maksudmu?" tanya Alice tak mengerti
Tangan Alice berhenti mengusap rambut Mark. Mark mengangkat kepalanya dan berdiri, ia menarik nafas panjang lalu menarik lengan Alice
"Ini sudah malam, aku akan mengantarmu menuju kamarmu." ucap Mark yang di jawab anggukan oleh Alice.
•••