Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

CHAPTER 4

Zaara berusaha menutupi wajah cantiknya dengan selimut tebal yang sekarang menghangatkan tubuhnya, karena tengah terbaring lemah di atas ranjang ini.

Sedangkan Nathan hanya bisa tersenyum simpul, melihat gadis cantik berkulit putih ini tengah salah tingkah.

"Sus, Tolong bawakan suntikan "Ucap Nathan.

Zaara membulatkan kedua matanya, apa yang baru saja didengarnya yaitu suntikan.

"Sakit perut kamu, karena suka makan makanan instan seperti mie instan yang dibeli satu keranjang penuh tadi malam" Ucap Nathan, dengan tatapan lembut sembari mengecek botol infus yang sejak tadi tergantung.

Zaara hanya bisa menahan malu, laki-laki yang terus dihindarinya sejak kemarin ternyata adalah seorang dokter yang sedang merawat dirinya sekarang.

Wajah Zaara terus tertunduk lesu, dengan rambut panjang nya yang ikut menutupi.

"Sayang sekali, wajah secantik itu terus disembunyikan"Gumam Nathan, tengah menggoda Gadis cantik ini.

Zaara meneguk saliva, laki-laki ini benar-benar banyak bicara pikirnya.

Tidak berapa lama Perawat membawa suntikan beserta cairan vitamin yang akan di masukkan ke dalam botol infus ini.

Tubuh Zaara sontak mundur ketika tangan lelaki berjas putih ini hampir mendekati nya.

Nathan menyimpulkan senyumnya, tangannya lalu terangkat ke atas untuk menyuntikkan cairan vitamin yang ada di genggaman tangannya ke dalam botol infus yang sejak satu jam lalu terus tergantung diatas tiang ini.

"Saya hanya ingin menyuntikkan ke dalam sini, tenang saja kulit mulus kamu tidak akan disuntik"Gumam Nathan.

Zaara melirik sejenak, tengah mengintip Nathan yang sedang serius melakukan tugasnya sebagai seorang dokter.

"Zaara"Ucap Nathan, setelah meletakkan suntikan diatas wadah stainless di atas nakas.

Zaara masih menundukkan kepalanya.

"Zaara"Panggil Nathan kembali.

Zaara perlahan mendongakkan kepalanya, menatap sekejap wajah tampan laki-laki ini, lalu kembali tertunduk.

"Apa ?"Jawabnya, dengan suara lembut.

"Setelah infus ini habis, kamu sudah boleh pulang" Jawab Nathan.

"Tapi ingat, jangan makan makanan instan lagi, karena beruntung usus kamu belum ke tahap infeksi usus serius jika tidak saya terpaksa melakukan operasi di tubuh kamu" Jawabnya.

Zaara perlahan menganggukkan kepala, masih tertunduk untuk mengindari tatapan kedua bola mata Nathan yang benar-benar membuatnya terintimidasi dan salah tingkah.

Nathan menghela nafas panjang, menatap wanita ini sejenak sebelum berpamitan.

"Saya akan memeriksa pasien yang lain dulu, kamu istirahat saja"Ucap Nathan.

Kakinya melangkah keluar dari dalam tirai yang menutupi ranjang tempat Pasien tengah terbaring.

Zaara mengatur nafasnya, ditariknya lalu dihembuskan perlahan. Ia lakukan berulang kali, hingga menjadi normal.

Satu tangannya terangkat ke atas, lalu diletakkan telapak tangan kanannya ini di dada sebelah kirinya.

DEG..

DEG..

DEG..

Jantung nya terasa akan meledak seketika saat tadi laki-laki yang ia sukai sejak satu tahun lalu mengajaknya berbicara cukup lama.

***

Nathan baru saja duduk di ruang kerja nya. Terlihat bibir atasnya terangkat sedikit, lalu tersenyum manis.

Anastasya yang juga baru memasuki ruangan setelah merawat beberapa pasien tengah memperhatikan gerak gerik Nathan.

"Tan, ada apa?"Tanya Anastasya, saat melirik senyum tidak terlepas dari bibir teman satu profesi nya itu.

Nathan tampak tidak mendengar panggilan Anastasya, hanya senyuman nya saja yang berubah menjadi tawa bahagia.

Anastasya yang sedang duduk di kursi nya, terlihat cukup penasaran dengan apa yang ada dipikiran laki-laki yang ia sukai itu.

*

*

Pagi menyapa, baru saja perawat melepaskan selang infus di lengan kanan pasiennya.

Zaara perlahan turun dari atas ranjang, sembari mendengarkan ucapan perawat wanita ini.

"Obatnya jangan lupa diminum dan dihabiskan mbak, serta pesan dokter anda dilarang mengkonsumsi makanan instan lagi"Ucapnya.

Zaara hanya mendengarkan tanpa menanggapi.

Kakinya lalu beranjak, menginjak lantai ini dengan sepatu teplek nya yang sejak semalam sudah terletak di bawah ranjang.

Wajahnya kembali ditutupi nya dengan topi dari jaket hitamnya, lalu melangkahkan kaki menyusuri lorong ruang Unit Gawat Darurat yang sejak semalam menjadi tempat beristirahat baginya.

Langkahnya terhenti saat sepasang kaki jenjang tengah menghalangi langkah kaki nya.

"Mau pulang?"Tanya seseorang dengan suara bariton.

Zaara perlahan mendongakkan kepalanya, untuk melihat siapa yang sedang menghalangi langkah kakinya sekarang.

Senyum Nathan spontan tersimpul, kebetulan jadwal kerjanya sudah selesai dan akan pulang.

"Pulang sama aku ya ?"Bujuknya.

Zaara menggelengkan kepalanya, dengan langkah seribu menghindari tubuh laki-laki ini.

Nathan tidak tinggal diam, ia cengkeram topi yang menutupi wajah cantik wanita yang terus menerus kabur dari nya.

Rambut panjang ikal Zaara tergerai, terlihat berkilau di bawah sorotan lampu rumah sakit yang terang benderang.

Tubuhnya mematung, kepalanya tertunduk.

Nathan melangkahkan kaki, berdiri didepannya.

"Ayo pulang"Ucap Nathan.

Zaara mendongakan kepala, menatap tajam pada manik cokelat lelaki ini.

"Dokter, saya ingin pulang sendiri" Jawabnya.

Ia menutupi kembali kepalanya dengan Topi yang menempel di jaket ini, lalu kakinya melangkah menuju ke pintu keluar ruangan yang ada disana.

Nathan tertegun, pikiran nya mulai melayang kemana-mana, mungkinkah wanita itu membencinya, gumamnya dalam hati.

Hanya Sorot matanya saja tertuju pada punggung yang semakin menjauh dari jangkauan.

***

Zaara baru saja keluar dari dalam Taksi, kakinya lalu melangkah memasuki gerbang Apartemen tempatnya tinggal.

"Non, Sudah sembuh?"Tiba-tiba saja Pak Samudi mendekati nya.

Zaara menganggukkan kepala, ia cukup mengenal dengan laki-laki paruh baya ini sejak pertama pindah ke Apartemen tempat tinggal sejak beberapa tahun yang lalu.

"Nanti Niken akan membawa makan siang untuk Nona, semoga kembali sehat" Ucapnya.

Zaara berlalu begitu saja, kakinya melangkah ke depan.

Niken Sendiri adalah anak tunggal Pak Samudi yang sering berbagi makanan kepadanya sejak satu setengah tahun yang lalu, karena Pak Samudi tahu kalau Gadis pendiam dan tertutup yang tinggal di unit 101 tidak pernah memasak makanan lagi dan hanya membeli makanan instan untuk dikonsumsi.

*

CEKREKK

Pintu unit 101 Terbuka.

Zaara masuk ke dalam Kediaman nya, melepaskan jaket di tubuhnya, lalu diletakkan diatas sofa.

Kemudian melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh.

*

Suara gemericik air terdengar dari pori-pori shower yang sedang mengalir deras.

Tangannya mengusap wajahnya yang sudah basah, menghela nafas nya, lalu kembali membersihkan diri agar bisa Segera melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

TAK !

Tiba-tiba saja lampu di kamar mandi padam.

Zaara yang belum menyelesaikan mandi, segera mengambil handuk yang terkait pada pengait pakaian terletak di sebelah kanan tempat nya sekarang berdiri.

Kakinya lalu melangkah keluar.

Telapak tangan kanannya meraba di dinding lalu ditekan sakelar di ruang tamu, ternyata di ruangan ini pun ikut padam.

Dengan meraba, ia melangkahkan kaki untuk menyibak tirai gorden pada jendela itu.

KRAKKK (Suara Tirai tersibak)

Cahaya matahari masuk seketika, memberikan penerangan pada ruangan yang selalu tertutup ini.

Kakinya kembali melangkah menuju ke dalam kamar tidur untuk segera mengenakan pakaian ditubuhnya.

Zaara menatap kesekeliling, tampak sunyi karena tidak terdengar suara putaran kipas angin.

"Apa semua nya memang padam?" Gumamnya.

Ia memutuskan untuk keluar sejenak untuk melihat apakah semua unit juga mengalami hal yang sama, dimana listrik sedang padam.

CEKREKK (Suara pintu)

Pintu terbuka perlahan.

Kedua manik cokelat hazel nya memburu ke setiap sudut lorong.

Tapi ada satu lampu yang tergantung di atas masih menyala.

"Apa hanya di dalam Apartemen ku saja?" Gumamnya.

TAP !

Langkah kaki tiba-tiba saja terhenti tepat di depan pintu Apartemen Zaara.

Zaara mendongakkan kepala, langsung menangkap Sorot mata dari sepasang manik cokelat laki-laki ini.

"Ada apa Zaara?"Tanya Nathan yang seperti nya baru saja tiba.

Zaara menggenggam kenop pintu ini, berusaha untuk menutup Pintu Apartemennya kembali.

Tapi Telapak tangan Nathan lebih dulu menahan pergerakan pintu ini, dibukanya lebih lebar, lalu kakinya masuk tanpa permisi ke dalam tempat tinggal tetangga sebelah.

Zaara tertegun mematung di depan pintu Apartemen nya yang sudah tertutup.

Sedangkan Nathan melihat ke setiap sudut ruangan ini.

"Apa korsleting listrik?"Gumamnya.

Kedua manik cokelat nya segera memburu mencari keberadaan kursi untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Zaara hanya diam saja, tubuhnya tidak berani untuk berdekatan dengan laki-laki yang memasuki ruang pribadi nya tanpa permisi.

"Zaara, aku bisa minta obeng"Ucap Nathan, saat sudah berdiri di atas kursi berbahan kayu itu tepat di depan saluran kabel listrik.

"Zaara.."Sahut Nathan.

Zaara tersadar, kakinya bergegas melangkahkan mencari peralatan untuk memperbaiki listrik.

Laci dibawah nakas dapur dibukanya, lalu ia keluarkan obeng untuk diberikan Kepada Nathan.

Setelah itu tangannya menjulur untuk menyerahkan obeng kepada laki-laki ini.

Kepala Nathan tertunduk, menatap wajah Cantik yang tengah menatapnya dengan polos.

"Ini ada obeng"Ucapnya, dengan menyeringai.

Zaara salah tingkah, Kepalanya spontan tertunduk.

Nathan mengambil obeng di tangan wanita ini, lalu ia mulai untuk memperbaiki listrik yang tengah mengalami masalah.

Selang beberapa menit.

CEKLEKK !

Lampu di dalam ruangan ini menyala bersamaan.

Senyum Zaara merekah, wajahnya yang cantik bertambah cantik lagi.

Nathan melirik ke arah wanita yang ada dibawah nya, sedang berdiri sembari tersenyum manis.

Menangkap seringai yang sekarang sedang menghipnotis nya.

Ia turun dari atas kursi, spontan dilingkarkan kedua tangan nya di pinggang Zaara, mencondongkan wajahnya, lalu dikecupnya bibir ranum ini dengan lembut.

~CUP

Zaara tertegun, diam membisu.

Nathan membuka mulutnya, mulai melumat bibir merah jambu ini dengan agresif.

Tubuh Zaara semakin mematung dan membeku merasakan bibir tebal laki-laki ini terus memagut bibir tipisnya.

DEG

Jantung nya seakan akan meledak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel