Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

CHAPTER 2

Tubuhnya sontak mundur ke belakang perlahan hingga tidak ada lagi cela untuk melarikan diri.

Sedangkan Nathan tengah menekan tombol satu untuk segera menuju ke lantai paling bawah dari gedung ini.

Keheningan, tanpa Suara mendominasi Elevator yang hanya bisa menampung enam orang.

Bahkan deru nafas berat yang sering dihembuskan oleh Zaara saja sesaat ditahannya agar tidak terdengar memasuki telinga lelaki itu.

DEG !

Jantung nya yang sehat dan baik-baik saja seakan berhenti berdetak seketika.

Lelaki didepannya, tiba-tiba saja membalik tubuh, tengah menatap dirinya yang mengenakan Jaket Hoodie Hitam, sedang tertunduk mencoba menutupi wajah cantik nya yang bahkan langit akan memuji saat menyeruak keluar.

"Kamu tetangga sebelah ?"Tanya Nathan.

Tegukan Saliva terdengar dari kerongkongan Zaara.

Kedua tangannya mulai mengepal, kegugupannya semakin menjadi.

Nathan sedang menatap lekat gadis yang terus saja tertunduk didepannya. Berusaha untuk melihat wajah yang sejak tadi ditutupi dengan topi yang melekat pada jaket hitam itu.

Ia masih tidak terima saat gadis yang tinggal disebelah kediamannya ini menutup pintu begitu saja ketika dirinya bermaksud baik untuk meminjam obeng.

Detak jantung Zaara seperti berlomba untuk melarikan diri. Kalimat melarikan diri terus terulang di dalam hatinya, saat laki bertubuh tinggi ini masih saja berusaha mencoba untuk melihat wajahnya, yang disembunyikannya sedemikian rupa.

Zaara terus saja menundukkan kepala, kedua bola matanya tidak berani menatap kedua manik cokelat lelaki ini.

TING

Pintu Elevator kembali terbuka.

Dengan langkah kaki seribu, Zaara berlari menjauh dari lelaki itu.

*

TAP..

TAP..

Derap langkah terdengar di aspal hitam yang tengah diinjak oleh kedua telapak kaki dengan sepatu cat putih.

Gerbang pintu keluar Apartemen sudah terlihat, sebentar lagi ia berhasil meloloskan diri dari pandangan mata laki-laki yang sekarang berada di belakang.

"Zaara, kenapa berlari?"Tanya Pak Samudi, seorang petugas keamanan gedung yang selalu berjaga di malam hari.

Zaara melewatinya begitu saja, ia harus segera tiba ke minimarket membeli semua persediaan dan kebutuhan untuk beberapa hari ke depan lalu kembali ke dalam kehidupannya yang tenang.

Larinya tunggang langgang, seperti sedang dikejar hantu.

Pak Samudi tercengang, menatap punggung gadis cantik itu berlalu dan semakin menjauh.

Tidak berapa lama, Nathan yang tengah terburu-buru mengejar tetangga sebelah Kediamannya terlihat juga tengah tergesa-gesa.

Pak Samudi akhirnya mengerti kenapa gadis pemalu dan lembut itu berlari begitu kencang.

Tangannya spontan mencengkeram tangan kanan laki-laki tidak dikenal ini, untuk menahan pergerakan tubuhnya yang mencoba mengganggu penghuni lama Gedung lima belas lantai ini.

"Anda Siapa?!"Tanya Pak Samudi dengan Suara bariton, tegas dan lugas.

Nathan mengatur pernafasan nya terlebih dahulu, kemudian dihembuskan perlahan.

"Sa-sa.."Gumamnya, dengan Nafas terengah-engah.

"Bicara yang jelas !"Ucap Lelaki berusia dipertengahan lima puluh tahun ini.

Nathan meneguk Saliva, kemudian berdiri tegak, hingga membuat Pak Samudi harus berjinjit.

"Saya penghuni baru di Apartemen 102, Pak" Jawabnya.

Lelaki paruh baya ini memicingkan Kedua matanya, karena tidak percaya.

Lalu mengajak laki-laki mencurigakan ini untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya biasa memantau kamera CCTV, demi memastikan kalau penghuni baru ini benar atas namanya.

Nathan mengikuti dengan patuh, tapi kedua matanya masih melirik ke depan untuk melihat gadis yang tengah ia kejar tadi.

"Nama?"Tanya Pak Samudi.

"Nathan Chaiden"Jawabnya.

Pak Samudi mengerutkan kening, lalu memperhatikan bentuk wajah Nathan yang memang seperti seorang Blasteran.

"Kamu Blasteran mana?"Tanyanya.

"Ini perlu juga ditanyakan ya Pak?"Tanya Nathan, tampak mulai kesal.

Dengan santainya Pak Samudi menganggukkan kepala.

"Ayah saya orang Italia dan Ibu saya orang Surabaya" Jawabnya.

Lelaki berseragam putih ini Menganggukkan kepala.

Mulutnya terbuka untuk kembali bertanya, memastikan lagi data diri lelaki tampan yang ada di hadapannya.

Setelah memastikan kalau lelaki bernama Nathan ini memang salah satu penghuni di gedung Apartemen tempatnya bekerja, laki-laki bertubuh tegap berisi ini terlihat lebih bersahabat dengan menunjukkan senyum manisnya.

"Maafkan saya Tuan, saya hanya menjalankan tugas" Ucapnya, sembari membungkukkan tubuh.

Nathan menganggukkan kepala, meninggalkan laki-laki yang sudah membuang waktu nya. Lalu melangkahkan kaki untuk segera menuju ke Minimarket untuk membeli beberapa barang.

*

Zaara sedang memilah dan memilih makanan kemasan yang akan dimasukkan ke dalam keranjang belanjaan nya.

Sudah terdapat tumpukan mie instan di dalam keranjang merah yang ada di genggaman tangan kirinya.

Ditengah kesibukan nya, tiba-tiba saja dirinya dikejutkan dengan Kehadiran laki-laki tadi.

Zaara sudah terlihat pasrah, tidak mungkin baginya untuk melarikan diri lagi dari lelaki ini.

"Aku Nathan"Ucap nya, sembari menyodorkan telapak tangan kanannya untuk bersalaman.

Zaara membungkukkan tubuhnya, lalu mengangguk.

Nathan tidak terima, saat perlakuan sopan darinya hanya dibalas dengan anggukan.

"Kamu beli apa?"Tanya Nathan.

Zaara melangkahkan kaki, berusaha menjauh dari laki-laki ini.

Tapi Nathan yang sudah terlanjur merasa penasaran dengan tetangga sebelah Kediamannya, tidak putus asa.

Ia kembali mencoba untuk mendekati gadis ini, dan berusaha untuk melihat wajahnya yang selalu ditutupi dengan topi jaket hitam.

Zaara berusaha untuk menjauh terus menerus, ia bahkan bersembunyi di balik rak makanan yang tengah berjajar rapi.

"Jangan terlalu banyak makan mie instan, tidak baik untuk lambung kamu" Celetuk Nathan, yang tiba-tiba saja muncul entah darimana.

Jantung Zaara seakan akan melompat keluar.

Kakinya kembali melangkah, kali ini menuju ke meja kasir.

Karyawan wanita minimarket ini, mulai menghitung jumlah total belanjaan penghuni Apartemen seberang, seorang wanita yang memang sudah cukup sering berbelanja di minimarket tempat nya bekerja.

"Totalnya, 150.000 rupiah Mbak" Ucapnya.

Zaara mengambil dompet di dalam saku Jaketnya, tapi terhenti saat lelaki ini sudah menyerahkan kartu pembayaran kepada karyawan yang berada di dalam Meja kasir.

"Hitung dengan yang ini"Ucap Nathan sembari meletakkan botol berisi air mineral dan dua kaplet vitamin c dalam kemasan.

Zaara tertegun, lelaki ini sudah sangat mengganggunya.

Diambilnya kantong kresek putih berisi barang belanjaan nya, lalu ia letakkan tiga lembar uang lima puluh ribu di atas meja.

Kakinya dengan cepat melangkah untuk segera kembali ke Apartemen, lalu kembali hidup dengan tenang.

Nathan tertegun, diambilnya uang yang tergeletak diatas meja, lalu dijinjingnya kantong kresek putih berisi barang belanjaan nya.

*

"Hei tunggu..!"Sahut Nathan.

Zaara terus melangkahkan kaki dengan terburu-buru, hingga Nathan harus berlari dan mengejar nya.

TAP !

Langkah Kakinya terhenti seketika.

Saat rambut panjang yang tadi disembunyikannya tergerai indah, wajah cantik dengan hidung mungil nan mancung terlihat jelas, sepasang bola mata besar dengan manik cokelat hazel nya tampak berbinar, serta bibir ranum merah jambu alami nya berhasil ditangkap oleh kedua manik cokelat milik lelaki yang sudah berada di depannya.

Nathan tertegun, jantung nya berdetak bak roller coaster, tidak pernah ia menatap dengan penuh kekaguman luar biasa pada kecantikan seorang wanita.

Sontak Zaara berlari, menjauhi laki-laki itu.

Sedangkan Nathan masih mematung, dirinya masih tidak percaya mengapa wanita secantik itu menyembunyikan kesempurnaannya di balik jaket hitam dengan topi itu.

***

CEKREKK

TAP

Deru nafasnya terdengar kasar, tubuhnya mematung sembari bersandar pada Pintu Apartemen.

Zaara kehabisan kata-kata, lelaki itu berhasil melihat wajah nya, wajah cantik yang selalu berusaha disembunyikannya sejak dua tahun yang lalu.

***

Rumah Sakit Swasta, Pukul 22.45.

"Selamat malam Dok?"Sapa Perawat berseragam hijau.

Nathan menyambut sapaan itu dengan ramah.

Kakinya lalu melangkah menuju ke satu ruangan tempat kerjanya, dimana sudah ada rekan satu profesi dengannya yaitu Anastasya.

"Malam Tan?"Sapa wanita cantik itu.

"Malam"Jawab Nathan.

"Pasien di dalam kamar mawar mengalami gagal jantung satu jam yang lalu, jadi tadi diberikan inotropik dan harus diperiksa setiap dua jam sekali" Ucap Anastasya, dengan suara yang jelas.

Nathan menganggukkan kepala.

Dokter internship seperti mereka memang memiliki jadwal tugas di rumah sakit lebih lama dibandingkan dokter lainnya.

Nathan mengambil Jas putih yang tergantung tepat di sebelah Kursi tempat biasanya dirinya menghabiskan waktu untuk melakukan penelitian disaat waktu senggang setelah merawat para pasien.

Kakinya melangkah, Tapi terhenti.

"Sya.."Panggil Nathan.

Anastasya yang sedang duduk sembari memeriksa laporan kesehatan pasien, mendongakkan kepalanya.

"Ada apa?"Tanyanya.

Nathan mengangkat satu tangannya, lalu mengusap wajah tampan nya.

"Apa aku seperti laki-laki tidak baik?" Tanyanya.

Sontak tawa Wanita yang merupakan teman sejak kuliahnya itu pecah.

Nathan mengerutkan keningnya, sembari menatap teman wanita itu terus tertawa terbahak-bahak.

"Aku serius"Celetuk Nathan.

"Kamu itu adalah pria paling tampan di kampus kita, mana mungkin ada guratan aneh di pori-pori wajahmu itu " Jawabnya.

Nathan menghela nafas panjang, lalu mengangguk.

Beberapa kali pun ia menatap cermin pasti hanya satu kata yang pantas untuk menggambarkan dirinya yaitu sempurna.

"Tapi kenapa Gadis tetangga itu berlari melihat ku?" Gumamnya dalam hati.

"Ada apa?"Tanya Anastasya.

Nathan menggelengkan kepalanya, lalu kembali melangkahkan kakinya keluar untuk segera menjalankan tugas malamnya di Unit Gawat Darurat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel