Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Puas

Bab 8 Puas

Manda yang merasa kedinginan, dia beranjak dari duduknya. Hampir 3 jam dia duduk menatap wajah Alan yang sudah tertidur pulas. Sedangkan ia hanya duduk di lantai bersandarkan pintu. Tanpa berani berkutik dari duduknya. Bahkan dia tidak hentinya terus berharap jika ada yang membuka pintu kamarnya.

"Mau sampai kapan kamu di situ?" suara berat seorang laki-laki membuatnya tersentak. Dia mengangkat kepalanya menatap ke sumber suara. Dia lihatnya hanya laki-aki yang masih berbaring di ranjangnya. Dengan lengan tangan kiri menutup ke dua matanya. Dia mengangkatnya perlaham, memiringkan tubuhnya. Ke dua mata mereka saling tertuju sejenak.

"Tidurlah di samoingku," ucap Alan membuat Manda semakin berdengus kesal.

"Emm.. Tapi kalau kamu tidak mau, aku tidak masalah!" ucap Alan kembali menutup matanya.

Hah... Lebih baik aku beranjak saja dari sini. Percuma juga pintu tetap terkunci.

"Tunggu!!" ucap Manda, beranjak berdiri dengan kepala sedikit menunduk sejenak. Dia berjalan perlahan penuh keraguan dalam hatinya. Dan Alan yang melihat Manda berjalan ke arahnya. Dia seketika sangat antusias dengan menyambut tubuh Mana berbaring dengannya. Calon istri kecil yang menggemaskan.

"Apa kamu mau berbaring du sini?" tanya Alan, beranjak duduk.

Manda mengakat kepalanya. Mengerutkan ke dua alisnya bingung. "Apa katamu? Tidur dengan kamu? Jangan mimpi," jawabnya tegas.

Alan menarik bibirnya sinis. "Apa yang kamu lakukan pada mobil aku itu apa kamu tidak mau menggantinya."

"Aku akan menggantinya. Tapi tidak sekarang. Dan percayalah aku akan menganti ya pakai uang bukan tubuh aku. Dan seburuk apapun aku tidak akan menjual tubuh aku pada laku-laki mesum seperti kamu," tegas Manda, menajamkan pandangan matanya.

Mendengar kata itu Alan menggertakkan giginya, dengan rahang mulai mengeras. Entah apa yang membuat ia geram berani menolak ajakannya. Alan meraih tangan Manda, menarik tangannya hingga jatuh di ranjang miliknya. Dia menindih tubuh Manda. Jemari tangannya mengusap.lembut wajahnya. Membuat hembusan napas berat keluar dari bibir wanita itu.

"Tidak ada yang bisa menolakku?" ucapnya.

"Jangan macam-macam denganku,"

"Memangnya kenaoa, kamu milikku sekarang," jelas Alan dengan senyum penuh kelicikan.

Alan memang terkenal sangat sadis. Dan bukan dia jika dia tidak pernah ganti-ganti wanita setiap minggunya hanya untuk menemaninya.

Manda memukul dada biang Alan, mencoba untuk melepaskan tubuhnya. Dengan gesitnya tangan Alan memegang erat ke dua tangan Manda, mengunci di atas kepalanya. Sebuah kecupan mendarat di telinga Manda, sembari berbisik pelan.

"Temani aku malam ini saja, ku akan menyelesaikan masalah ini. Tapi jika kamu mau menikah denganku, maka aku akan membebaskan kakak kamu dari hutangnya."

"Tapi apa ucapan kamu bisa di pegang?"

"Kamu gak yakin denganku?" tanya Alan, jemari tangannya mulai bertindak nakal, merayap ke tubuh Manda. Mengusap. lembut dua bola yang masih tertutup rapat membungkusnya.

Manda hanya menggeram kesal, menguntupkan bibirnya dengan tatapan pernah kemarahan. Dia tidak menyangka jika hidupnya akan berakhir seperti ini. Tubuhnya di jamah begitu mudahnya oleh laki-laki sialan yang tidak dia kenal,"

Alan mengecup bibir Manda, menggulum bibirnya penuh gairah. "Emppp.... Empp." Manda terus meronta-ronta. Namun tidak di perdulikan sama sekali oleh Alan, yang semakin ganasnya tangan mulai masuk ke dalam sela kain yang menempel. Tubuh Manda merespon sangat hebat, ia terus menggeliat meraka sentuhan demi sentuhan Alan.

Alan melepaskan kecupannya, mengambil napas sejenak. "Aku ingin memiliki kamu seutuhnya" ucap Alan.

"Aku mohon jangan seperti ini," Manda memalingkan pandangannya, memejamkan matanya rapat-rapat. Dia tidak mau tubuh lemahnya itu semakin terlihat lemah tidak berdaya didepan alki-laki di depannya. Wajah kesal penuh emosi itu hanya bisa menunduk, mengumpat dalam hatinya bertubi-tubi.

Alan hanya menarik sudut bibirnya tipis, jemari tangannya menyentuh bibi mungil Manda, menghusapnya lembut. Merasakan setiap lekuk bibirnya, dari ujung hingga ibu jarinya mengusap bibir bawahnya. Sentuhan itu membuat Manda semakin bergidik takut. Dia takut tubuhnya akan ternoda sekarang juga. Dengan satu tarikan napasnya, wajahnya mulai pucat pasi.

"Aw---- " ke dua mata Manda mengernyitkan mayanya, terpejam semakin rapat. Kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Dia tidak hentinya menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Hanya beberapa detik kemudian.

Dia membuka matanya lebar, tatapan tajamnya ke arah pada ke dua mata Alan. Ke dua tangannya seketika mendorong tubuh laki-laki itu menjauh darinya. Dorongan keras itu membuat Alan terjatuh tersungkur ke lantai.

"Jangan kurang ajar denganku," suara yang semua lembut berubah kasar dan berat. Alan terheran-heran di buatnya. Dia mengerutkan keningnya, dengan ke dua tangan menempel di lantai menyangga tubuhnya sedikit di belakang punggungnya.

Manda menggeram kesal, wajahnyPenuh dengan emosi yang menggebu.

"Apa yang kamu lakukan Manda?" ucap Alan mencoba berdiri dengan pandangan was-was.

"Aku tidak mau ada orang yang berani mengganggu. Aku ingin bebas. Aku ingin pergi dari sini," ucapnya menggebu.

Tangan kanannya meraih pot bunga, lalu mengangkaknya membenturkan ke tembok di sampingnya.

Praakkkk...

Pukulan keras itu membuat pot bunga hanya tinggalah ujungnya sedikit lancip di tangannya. Wajah penuh emosi itu mengangkat potongan pot bunga. Mengulurkan ke arah Alan.

"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku ingin kamu merasakan rasa sakit. Aku tidak mau kamu terus menghinaku. Aku akan menlukaimu," ucapnya sembari terkekeh kecil.

Alan tanpa rasa takut dia berjalan ke depan. "Jangan mendekatimu,"

"Lakukan jika kamu berani," ucapnya menantang. "Kau tidak pernah takut denganmu, sayangku" Alan tersenyum penuh dengan kepicikan di wajahnya. Bagi laki-laki playboy seperti dia. Panggil semua wanita sayang sudah biasa dan tidak ada yang spesial di hatinya.

"Aku bilang jangan mendekat," Manda terlihat begitu emosi. Dia tidak sama sekali menurunkan pacahan pot di tangannya. Dan Alan masih tetap.sama tidak perdulikan akan hal itu.

"Aku tidak main-main," lanjutnya.

"Aku juga tidak main-main, sayang!" ucap Alan berjalan mendekati Manda, dan wanita itu hanya diam dengan tubuh sedikit gemetar, dia mememakan matanya, menggerakkan kepalanya pelan. Mencoba mengontrol kepribadian gandanya yang tiba-tiba muncul.

"Aku tahu ini asti bukan kamu. Dan Vino sudah cerita semua padaku. Aku tidak takut ancamanmu. Dan kamu akan jadi milikku, menjadi permainanku," ucap Alan dengan nada lantang. Seketika membuat wanita itu membuka matanya semakin lebar. Aliran darahnya perlahan merangkak naik, menjadikan wajahnya merah menyala penuh emosi

"Aku bukan mainan," ancamnya mencoba melukai Alan, dengan sigap laki-aki itu menghindar ke kiri. Dan Manda melakukannya bertubi-tubi. Dan Alan selaku bisa menghindar. Hingga tangannya berhasil meraih tangan kanan dan kiri Manda. Mencengkeramnya erat. Hingga dia tidak bisa berkutik sama sekali.

"Lepaskan aku," pekik Manda

"Tidak akan," ucap Alan, meraih rahang Manda, mendorongnya hingga punggungnya menempel ke tembok.

"Jangan berani macam-macam denganku." decak Alan, mencengkeram rahangnya, membuat napas Manda tersendak.

"Jangan lakukan itu lagi, tau kamu sendiri yang akan terluka. Kamu tidak tahu siapa aku?" gumamnya penuh emosi. Mendorong tubuh Manda samping. Seketika wanita itu hanya bisa memegang lehernya yang masih terasa sakit. Tubuhnya yang lemas, tiba-tiba lunglai. Dengan tangan memegang kepalanya, dia terjatuh tepat di dekapan tubuh Alan. Tubuhnya lunglai tanpa tulang tak sadarkan diri.

"Dia sadar," gumam Alan, mengangkat tubuh Manda, berjalan ala bridal style dan meletakkan di ranjangnya.

"Tidurlah!" ucapnya, Mengusap rambut Manda, memperhatikan setiap lekuk dan surut wajahnya.

"Cantik jika di perhatikan lama, sayangnya aku belum bis mencicipi kamu. Mungkin belum saatnya. tapi aku akan tunggu hal itu," jelas Alan. Merapikan baju Manda yang hampir setengah terbuka, meski dia melihat sedikit, seakan nafsunya sudah hilang. Gara-ara hal tadi membuatnya tidak punya mood lagi menggoda Manda.

Alan membaringkan tubuhnya di samping Manda. Melirik sekilas ke arah Manda. Dia mengurungkan niatnya untuk menggodanya. Dan lebih memilih istirahat. Lagian masih banyak waktu juga untuk membuatnya bertekuk lutut.

"Permainan yang unik. Kamu yang memulai, maka kamu yang akan mendapatkan akibatnya. Tunggu dengan ganasnya aku akan menodaimu,"

gumamnya memejamkan matanya erat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel