Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Dipaksa

Bab 6 Dipaksa

"Eh... Maaf, aku harus pulang sekarang!!" ucap Manda, beranjak melangkahkan kakinya pergi.

Dan Vino yang masih berdiri di depan pintu dia menghalangi langkah kaki Manda untuk keluar dari rumahnya.

"Sayang! Kamu mau kemana?" goda Vino mencolek dagu Manda.

"Mau pulang? Kakak aku sekarang pasti sudah menunggu," decak kesal Manda.

"Kakak kamu gak bakalan mencari kamu?" ucap Alan membuat Manda membalikkan badannya. Menatap punggung Alan yang membelakanginya.

"Apa yang kamu bilang? Memangnya kamu tahu siapa kakak aku. Dan di mana aku tinggal?"

"Bukan Alan jika aku tidak tahu semua tentang kamu. Dalam hitungan detik aku bisa mencari semua informasi tentang kamu di sini," ucap Alan

"Kamu belum tahu kakak aku siapa?" bisik Vino dari belakang.

Manda melirik ke belakang. "Maksud kamu apa?" tanya Manda.

"Lebih baik kamu turuti apa kata kakak aku. Jika kamu tidak mau celaka. Meski aku suka melihat kamu, tapi kalau keputusan kakak aku seperti itu. Aku tidak bisa membantu kamu," jelas Vino, berjalan masuk ke dalam rumahnya dan duduk di ruang tamu, menatap ke arah Manda. Dia masih diam tertegun tanpa suara keluar dari bibirnya.

"Kamu putuskan saja? Mau di sini atau pulang?" tanya Alan mengulangi ke dua kalinya.

"Pulang?" tegas Manda tanpa rasa takut terbesit di wajahnya.

"Kalau kamu mau pulang, silahkan. Tapi jangan salahkan aku atas apa yang terjadi nantinya," ucap Alan mengingatkan.

"Aku gak akan pernah takut!!"

"Memangnya kamu tahu alamat rumah kamu?" saut Vino.

"Aku bisa tanya orang. Dan kalian gak usah mengejar aku lagi," tegas Manda sekali lagi.

"Oke baiklah.. Aku juga tidak akan memaksa kamu," ucap Vino dengan senyum tipis, menarik salah satu alisnya menggoda.

"Shiittt.." decak Vina menghentikan kakinya dan bergegas keluar daei rumah Alan tanpa di cegah lagi oleh mereka.

"Apa yang akan kakak rencanakan?" tanya Vino menyandarkan kepalanya di atas sofa, dengan tangan terlentang di sampingnya.

"Nanti kamu juga akan tahu?" jawab Alan dengan senyum sinis penuh dengan kelicikan. Bagi Alan wanita bukanlah segalanya. Dia bisa memiliki semuanya termasuk harta dan wanita yang dia mau. Meski hanya untuk memuaskannya semalaman. Tapi kali ini melihat wanita kecil itu semakin tertarik dengannya.

"Aku baru pertama kali melihat dia, tapi aku tertarik dengannya. Apalagi bisa tidur dengannya," jelas Alan.

Vino beranjak duduk tetap menatap ke arah kakanya. "Emm. Aku dapat bagian gak?" tanya Vino menggoda.

"Carilah wanita lain. Biarkan aku yang merasakannya," lanjutnya, senyum sumringah membuatnya semakin terlihat sangat menjijikkan.

"Ya, meski hanya menyentuhnya saja?" tawar Vino.

"Apa hang kamu inginkan darinya?" Alan menajamkan pandangan matanya ke arah Vino.

"Tubuh wanita itu," Jawab Vino menarik ke dua alisnya bersamaan. Dia tersenyum tipis, beranjak berdiri menepuk pundak Alan

"Hanya menyentuhnya saja. Kalau mau memiliki semua tubuhnya silahkan," bisik Vino. Melangkahkan kakinya pergi.

"Oke, terserah. Kau juga tidak perduli dengannya. Kita bisa berbagi nantinya. Bagi aku wanita hanyalah mainan," senyum jahat Alan kembali muncul di saat beberapa tahun tidak pernah lagi dia tersenyum jahat seperti itu. Hanya melihat seorang wanita yang berani dengannya, amarahnya mulai mungobar Dan kelicikannya kini mulai bangkit lagi memenuhi otaknya.

Vino mengangkat tangannya, membentuk dua jari di atas. "Oke.. Aku tunggu kakak bawa dia ke sini secepatnya," goda Vino.

Alan hanya diam, dia segera mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, menghubungi assistennya.

"Cepat baut keluarga dia hancur?" ucap Alan meluncurkan pembicaraan langsung tanpa menatap atau membiarkan assistennya menatapnya lebih dulu.

"Siapa tuan?"

"Wanita tadi pagi yang aku bicarakan padamu?"

"Oo.. orang tuanya sudah meninggal dan dia tinggal di sana dengan kakaknya,"

"Buat kakaknya kenderita,"

"Maaf tuan! Saya juga mau bilang jika kakaknya punya hutang pada kita sebesar 1M. Dan suaminya sekarang keluar kerja dari perusahaan dia. Kabar yang beredar dia akan pergi ke tempat lain untuk menghilangkan jejak." jelas orang di seberang sana.

"Itu bagus, tukar uang itu dengan adiknya. Dan seret dia ke sini sekarang juga," belum mendengar jawaban dari Assistennya dia segera mematikan ponselnya.

Aku akan bawa kamu kembali di sisiku. Gadis yang sangat menarik. Membuat aku lebih tertantang lagi untuk maju dan berusaha mendapatkan kesucianmu. Dan tunggulah aku!

--------

Manda Pov

"Kakak, aku pulang!!" ucap Manda lemas, dia terpaksa harus jalan kaki tadi sekitar 7 km saat turun dari bis. Gara-gara sudah malam harus jalan kaki. Lagian tidak ada lagi kendaraan yang lewat sekitar jam 9 malam.

"Manda!!" bentak kakaknya yang dari tadi memang duduk di ruang tamu menunggunya. Dia sudah siap melayangkan berbagai pertanyaan yang membuatnya sangat geram. Larisa beranjak berdiri denga langkah penuh kekesalan dia meraih tangan Manda dan menyeretnya untuk segera duduk di sampingnya.

"Duduklah!!" ucapnya kasar.

Manda mengernyitkan wajahnya saat melihat seorang laki-aki yang mungkin sudah 30 tahunan. Dia duduk di depannya dengan raut wajah mengamatinya.

"Siapa dia kak?" tanya Manda, melirik bingung ke arah Larisa.

"Dia yang akan membawamu."

Manda melebarkan matanya seketika, "Maksud kakak apa? Memangnya dia siapa?" tanya Manda heran.

"Maaf! Tapi kakak sudah berhutang banyak padanya. Dan jika kakak tidak menyerahkan kamu. Maka kakak dan kakak ipar kamu akan membusuk di penjara. Aku tidak mau itu, Manda" ucapnya memegang ke dua tangan Manda.

Manda melebarkan matanya, dia menggelangkan kapalanya tak percaya. Dia meringis menahan air matanya. "Jangan bercanda kak, ini gak lucu?" ucap Manda semakin kesal.

"Aku gak bercanda Manda,"

"Dan Aku sudah bereskan semua baju kamu. Sekarang kamu ikut dengannya?" saut kakak ipar Manda

"Kakak tega menjual aku?" Manda beranjak berdiri dengan raut wajah penuh kekecewaan.

"Kakak gak punya pilihan lain, aku mohon tolonglah kakak. Kamu mau melihat kakak kamu tutup usia di dalam penjara?" tanya Larisa meraih kendua tangan Manda. Dia perlahan berlutut di depannya. Air mata ke duanya tak tertahankan lagi. Manda tidak hentinya air matanya mengalir derasnya hingga dia tak bisa menyeka air matanya.

"Manda!! Aku mohon, kali ini saja." ucap Larisa memohon

Manda tertegun sejenak, dia berpikir jika memang ini saatnya untuk Manda balas budi pada kakaknya. Selama tiga bulan dia yang merawat memberikan aku obat agar penyakitnya tidak kambuh lagi seperti orang gila. Dia juga sudah menghabiskan uang banyak pastinya untuk biaya pengobatannya.

Manda menarik tangannya, dan menyeka air mata yang sudah penuh membasahi wajahnya. "Baiklah!!" ucap Manda lirih.

Larisa beranjak berdiri, memeluk tubuh Manda. "Makasih!" ucap Larisa.

Manda mencoba tersenyum mengusap punggung kakaknya. "Mungkin ini saatnya aku membalas budi pada kakak," ucap Manda.

"Sudah dramanya?" tanya seorang laki-laki di depannya.

Larisa melepaskan pelukannya, dan beranjak mengambil koper Manda.

"Kalau begitu, aku mau kamu cepat pergi sekarang. Tuan aku menunggu," Laki-laki itu beranjak berdiri berjalan lebih dulu keluar dari rumahnya. Dan di susul Manda dnegan berat hati. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Di saat dia capek jalan kaki. Sekarang ada pagi masalah yang menimpanya.

"Tunggu?" Manda menghentikan langkahnya.

"Nanti kamu juga tahu, silahkan masuk," laki-laki itu membukakan pintu, mempersilahkan Manda masuk ke dalam mobilnya. Manda menoleh ke arah kakaknya sejenak setelah itu melangkah masuk dan duduk di kursi belakang mobilnya.

Laki-laki itu dan sopirnya segera memasukan semua koper Manda. Dan beranjak masuk ke dalam. Melesat pergi dari halaman rumah kakak Manda.

Kenapa aku harus seperti ini. Laki-laki itu yang membuat aku sial seperti ini. Aku benci dengannya, aku benci. Baru bertemu satu hari dengannya. Aku sudah di beri masalah bertubi-tubi. Gumam Manda menoleh melihat kakaknya yang masih diam berdiri di depan pintu rumahnya menatap mobil yang di tumpangi.

"Maaf, gadis kecil seperti mu kenapa berani menggoda tuan kita?" tanya laki-laki misterius itu yang membuat semuanya jadi seperti ini

Manda menoleh menatap ke depan. "Siapa tuan kamu?" tanya Manda.

"Nanti kamu akan tahu, dan aku hanya ingatkan kamu. Jangan sesekali berani menggoda tuan aku. Jika kamu tidak mau mendapatkan akibatnya nanti," jelas laki-laki itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel