Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Kekesalan Manda

Bab 5 Kekesalan Manda

Alan berdengus kesal, ke dua matanya terpancar percikan api kemarin yang siap membungkam wanita di depannya. Tamparan keras itu membuatnya sadar siapa wanita di depannya. Awalnya memang dia mengingat tentang kekasih lamanya yangbterbesig sekilas di wajah Manda. Saat pertama melihat ke dua mata Manda seakan melihat ke dua mata kekasihnya yang sudah lama meninggal.

Vino yang melihat Manda menampar kakaknya dia shok seketika. Dia hanya bisa diam mengernyitkan wajahnya tak mau melihat kakaknya marah nantinya. Dan ini pengalaman pertama dalam hidup kakaknya di tampar oleh seorang wanita seumuran Vino.

"Apa yang kamu lakukan?" pekik Alan tajam.

"Aku hanya menyadarkan kamu, harusnya kamu sadar apa yang kamu lakukan padaku, tuan muda yang terhormat!!" ucap Manda menantang.

"Shiitt.. beraninya kamu melakukan ini padaku?"

"Kenapa juga aku takut. Kamu memang lebih tua dariku. Dan aku menghormati itu. Tapi kalau perlakuan kamu seperti tadi. Aku gak sudi menghormati orang mesum seperti kamu." jelas Manda meninggikan suaranya.

"Dan ingat, jangan menciba menyentuhku lagi." jelasnya.

Alan hanya diam, menautkan ke dua alisnya. dia meraih tengkuk leher Manda, mengecup bibirnya seakan membungkamnya agar tidak berkata lebih algi.

"Empp... Emppp.. " Manda memukul-mukul dada Alan, mencoba melepaskan kecupannya namun pegangan Alan di tengkuknya semakin erat.

Manda mengeluarkan seluruh tenaganya mendorong tubuh Alan menjauh darinya.

"Lepaskan!!" ucap Manda terenga-enga. Dia mengatur napasnya sejenak, lalu melayangkan sebuah tamparan keras ke dua kalinya tepat mengenai pipi Alan.

Alan yang tersadar, dia menarik tubuhnya dan segera menjauhi Manda.

Dia mengeram kesal, menggertakkan rahangnya penuh amarah. Ke dua kalinya di tampar oleh wanita kecil seperti Manda. Bahkan wanita saja suka di cium, tapi berbeda dengan Manda yang langsung menamparnya.

Alan senyum semringai, dia mengusap pipinya, "Apa yang kamu lakukan?" tanya Alan bingung.

Manda menghela kesal, "Apa yang kamu bilang? Harusnya aku yang tanya pada, om. Apa yang om lakukan. Dan kenapa menyentuhki. Om berani kurang ajar padaku, seenaknya menciumku bahkan manyentuh ku. Aku bukan wanita murahan yang seenaknya kalian mainkan.." ucap Manda menggebu. Manda mengatur napasnya. Setalah apa yang di lakukan Alan tadi, membuat jantungnya benar-benar berhenti berfungsi sesaat. sentuhan tangannya membiusnya. Entah kenapa dia menikmatinya meski sesaat.

Vino menoleh ke belakang, dia melipat ke dua tangannya di atas kursi miliknya, menautkan ke dua alisnya menatap wajah Manda yang terlihat sangat gugup. Membuat pemandangan sendiri baginya, sudah ratusan wanita dia kencani. Baru kali ini melihat wanita yang benar-benar polos. Bahkan dia sangat gugup saat di sentuh kakaknya. Ya, meski Vino sempat terkejut. Tapi dia tidak marah. Asalkan kakaknya suka, dia rela berbagi wanita dengannya.

Vino memiringkan kepalanya ke kanan, dan ke kiri, melihat setiap ekspresi yang di lakukan Manda.

"Kenapa kamu bawa-bawa aku, lagian aku tidak menyentuhmu,"

Manda menggeram, mengangkat kepalan tangannya seakan sudah siap menghujani pukulan pada Vino di depannya.

"Kalian berdua sama-sama mesum.. Dasar gak waras," umpat Manda. "Dan ingat jangan berani main-main dnegan aku, karena aku tidak akan ketipu pada rayuan kalian itu.. Bahkan kalian memaksaku aku tidak akan mau"

Alan menggelengkan kepalanya, "Kamu terlalu percaya diri jadi wanita. Di luaran sana banyak yang lebih cantik dari kamu," Alan meraih dagu Manda penuh amarah mengobar pada ke dua matanya.

"Siapa juga yang mau mempermainkan kamu. Aku.."

"Aku gak perduli," tegas Manda kesal, dia membuka pintu mobil dan bergegas keluar, Dengan sigap tangan Manda menarik kembali tangan Manda masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu jangan keluar sembarangan, ini jalan raya." ucap kesal Alan."

"Lepaskan aku!!" Manda menarik tangannya.

"Aku gak akan melepaskan kamu," pekik Alan, memutar tangan Manda ke samping.

"Aw---" desah Vina.

"Sakit ya?" tanya Alan dengan senyum sinis.

"Ini belum seberapa, aku akan buat kamu lebih sakit jika kamu tidak mau menurut apa kataku. Diamlah dan tanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan" kata Alan meninggikan suaranya.

"Vino cepat jalan lagi, jangan injak rem mendadak.Apa kamu mau celakai kakak kamu ini," pinta Alan yang mulai melepaskan tangan Manda, membiarkan dia duduk di ujung pintu, dan dia duduk di sampingnya dengan pandangan mata keluar menatap lalu lalang mobil yang lewat di sampingnya. Mobil yang semula gaduh pertengkaran sengit mereka. Kini hanya diam, terdengar suara mesin mobil yang terngiang di telinganya

Semua nampak hening tanpa ada suara penentangan dari Manda, bahkan Manda tidak berani berkutik lagi. Dia hanya diam sembari meringis sakit, merasakan lengannya yang sudah memar, baik tangan kanan dan kirinya sudah terlihat membiru.

Apa dia begitu kasar pada wanita. Kakak adik sama saja. Gumam kesal Manda dalam hatinya.

Manda melirik tajam ke arah Alan, yang dari tadi seakan melupakan apa yang terjadi beberpa menit lalu. Dan hanya diam memandangi kaca sampingnya.

"Jangan menatapku seperti itu, nanti kamu suka denganku. Aku gak mau tanggung jawab," ucap Alan tanpa menatap ke arah Manda.

Manda menarik bibirnya, mencibirnya pelan. "Memangnya aku hamil tanggung jawab segala," ucapnya memalingkan pandangannya berlawanan arah.

Hah.. Dua laki-laki ini benar-benar menyebalkan. kenapa aku di hari yang sama harus bertemu dengan laki-laki yang benar-benar menyebalkan.

Hampir lima belas menit perjalan tanpa syara dari mereka. Vino tersenyum menggelengkan kepalanya melihat Manda dan Aron dari kaca spion atas kepalanya.

"Manda kenapa kamu diam?" tanya Vino menatap dari spion atasnya.

"Emm.. Gak napa-napa, ku hanya sebal. Kalian menculikku begitu saja. Kalau kalian kakak aku tahu, gimana?" tanyanya dengannada kesal.

"Aku bisa bilang padanya nanti, kamu tinggal bilang di mana alamat rumah kamu. Dan aku akan segera ke sana." jawabnya jutek tanpa tanpa menatap ke arah Manda.

"Oke.. baiklah!! Tapi aku tidak akan menyerah mendapatkan hatimu. Dan aku akan menjadi yang pertama akan mendapatkan kamu," ucap penuh percaya diri Vino.

Manda hanya memincingkan dalah satu matanya. "Apa yang kamu bilang? Dasar gak waras!!" umpatnya kesal.

"Apa kamu bilang? Bukanya kamu yang gak waras?" sindir Vino? dan hanya di balas dengan senyum jahat. memalingkan pandangannya berlawanan arah.

Ehem...

Dahem Alam yang sudah membuka pintu mobil Manda, tanpa di sadari gadis itu.

Manda mengangkat kepalanya menatap Alan.

Kapan dia keluar. Eh.. Tahunya dia sudah ada di sampingku. Gumam heran Alan.

"Cepat kaluar, hari ini aku lebih baik dari tadi," ucap Alan cuek.

"Iya, baik.. Lama-lama juga nanti jatuh cinta," goda Vino berbisik tepat di telinga Alan, dan bergegas pergi penuh senyum semringah di wajahnya.

"VINO!" teriak Alan menggema seluruh penjuru halaman rumahnya.

"Lanjutkan saja kak," Vino mengangkat tangannya sebahu, memberikan kode pada Alan untuk meneruskan kembali menggoda anak baru di kelasnya itu.

"Ayo masuk," ajak Alan.

"Antarkan aku pulang," jawab Manda.

"Aku akan antarkan kamu pulang, tapi aku hanya ingin memberikan sesuatu padamu,"

"Apa?"

"Perjanjian"

Manda menarik bibirnya, memutar ke dua matanya. "Perjanjian? Maksud kamu perjanjian apa. Aku gak pernah punya perjanjian denganmu," jelas Manda meninggikan suaranya.

"Tenang!! Aku gak mau berdebat dengan kamu,"

"Oke.. Tapi jelaskan dulu," Manda menghela kasar, menghentak-hentakan kakinya tak sabar.

Alan terdiam, dia mengangkat tabuh Manda ala bridal style.

"Eh.. Apa yang kamu lakukan.. Om. Turunkan aku!" Manda mencoba meberontak namun tak di perdulian alan sama sekali. Dia tetap berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Selamat datang tuan!!" sapa para pelayan yang menyambutnya tepat saat pintu terbuka dengan sendirinya

"Iya, tolong kamu siapkan kamar,"

"Baik tuan!!"

Manda mengerjapkan matanya berkali-kali tidak percaya dengan apa yang di katakan

Apa maksudnya menyiapkan kamar? Memangnya aku tinggal di sini. Enggak.Aku gak mau tinggal di sini.

"Kamu tetap di sini," kata Alan berjalan menuju ke ruang tamu.

"Eh.. Apa yang kamu bilang, aku harus pulang. Aku gak mau tinggal di sini. Lagian ini itu bukan rumah aku,"

"Kalu kamu mau, kamu bisa anggap ini rumah kamu,"

Manda memutar matanya malas, "Jangan basi, aku tidak mau berurusan dengan kamu lagi. Udah sekarang cepat turunkan aku!! Dan perjanjian apa yang kamu ingin katakan, jangan basa-basi lagi." ucap Manda menggebu, melompat dari tumpuan kedua tangan Alan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel