Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Bertemu Laki-laki Kasar

Bab 4 Bertemu Laki-laki Kasar

Jam sekolah sudah betakhir, dia segera bersiap membereskan semua buku yang berserakan di meja. Semua teman sudah keluar tanpa sepatah kata menyapanya. Dan Manda tidak perdulikan itu, asal dia bisa sekolah itu sudah membuatnya bahagia. Meski tidak punya teman dia tidak memikirkan itu.

"Hai!! Kenapa kamu masih di sini?" suara berat seorang laki-laki seketika membuat Manda menoleh cepat ke belakang.

"Apa lagi?" tanyanya malas.

Laki-laki itu beranjak berdiri, berjalan mendekati Manda. "Apa kamu punya kelaianan?" tanyanya membuat Manda tertegun, dia melebarkan kelopak matanya menatap wajah Vino penuh pertanyaan.

Gimana dia tahu? Apa yang harus aku jawab sekarang?

"Kenapa kamu diam? Kamu tinggal jawab iya atau tidak," lanjutnya mendekatkan wajahnya.

Manda menarik salah datu alisnya, dengan senyum sinis dia lemparkan padanya. "Bukan urusan kamu," jawabnya ketus. Manda membalikkan badannya, mengabaikan Vino yang dari tadi hanya diam mengamati setiap lekuk wajah cantiknya.

Vino meraih tangan Manda, membiat gadis itu membalikkan badannya cepat. "Itu memang bukan urusan aku, tapi ini akan jadi urusan aku," ucapnya, menarik tangan Manda masuk ke dalam dekapan hangat tubuhnya, tangan kiri Vino memegang pinggang ramping Manda, merekatkan semakin rekat pada tubuhnya, dia mendekatkan wajahnya dan berbisik.

"Aku tertarik denganmu," godanya, menarik kompak kedua alisnya ke atas.

"Lepaskan aku!!" Manda memukul dada bidang Vino.

"Aku gak akan lepaskan kamu, jika kamu belum jawab," ucap Vino tak mau tahu. Dia merekatkan tubuhnya hingga menempel seperti perangko, membuat Manda menarik punggungnya sedikit ke belakang penuh was-was.

"Jangan dekat-dekat, jauhkan wajahmu!!" ucap Vina, mengernyitkan wajahnya, semakin menarik tubuhnya ke belakang.

"Jangan terlalu jauh," Vino menarik punggung Manda mendekat ke arahnya, ke dua mata mereka saling tertuju.

"Aku bilang jangan terlalu jauh," bisiknya, hembusan napas mereka saling beradu.

Deg!

Deg!

Tidak hanya mata, napas, jantungnya bahkan saling beradu berdetak semakin cepat.

"Ma--maaf tolong menjauhlah" ucap Manda gugup, dia memalingkan pandangannya ke bawah.

Vino meraih dagu Manda, menariknya ke atas. "Aku bicara dengan kamu, lihat mataku, jangan menunduk" tegasnya.

Apa yang laki-laki ini lakukan? Apa dia kurang waras? Atau mungkin juga dia lagi kena gangguan kejiwaan. Gumam Manda kesal.

Jemari tangan Vino mengusap lembut rambut panjang Manda, beralih ke wajahnya, membelainya lembut setiap lekuk wajah cantik Manda.

"Kamu benar-benar menarik!!" ucapnya ke sekian kalinya, melepaskan tubuh Manda hingga terpental. Dia meraih tangannya lagi, menariknya keluar dari kelas.

"Kita mau kemana? Hentikan!! Aku bisa jalan sendiri," decak kesal Manda mencoba menarik tangannya dari cengkeraman erat Vino. Yakinlah, Cengkeramannya sangat sakit, mungkin akan menimbulkan bekas biru nantinya.

"Jangan banyak bicara, kamu target aku sekarang. Jadi hari ini kamu harus ikut denganku"

"Aku gak mau!!" umpat kesal Manda menghentikan langkahnya, membuat Vino terpaksa berhenti.

"Kamu mau ikut aku atau tidak?"

"Enggak!!" bentak Manda tegas.

"Oke, kalau kamu gak mau, aku akan paksa kamu secara kasar."

"Apa yang kalian lakukan?" suara berat seorang laki-laki terdengar lantang, di iringi dengan hentakan kakinya selaras berjalan mendekatinya.

Vino menoleh, "Apa yang kakak lakukan di sini" tanya Vino heran.

"Apa yang mau lakukan dengan wanita itu,"

"Kak Alan, gak usah ikut campur dulu ya, biarkan aku apakan dia," jawab Vino merendah. Dia memang tidak pernah bisa berbicara tinggi dnegan kakaknya. Percayalah, hal yang paling di takuti Vino adalah kakaknya. Bagi laki-laki playboy dan pemain wanita seperti dia. Hanya kakaknya yang dia takuti, dia tidak berani membantah semua yang di katakan kakaknya.

Alan laki-laki dingin, dengan raut wajah menautkan itu menatap tajam ke arah Manda, pandangan matanya tertuju pada lekuk wajahnya, lalu memutar matanya melihat dari ujung kaki sampai ke kepalanya. Pandangannya terhenti saat dia mengingat gadis yang hampir saja dia tabrak tadi pagi.

Alan menghentikan wajahnya, dengan raut wajah menantang. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya menunjuk ke wajah Manda.

"Ini sekolah aku," jawab Manda tanpa rasa takut.

Alan berkacak pinggang, menganggukan kepalanya pelan, sembari senyu sumringah di wajahnya. "Jadi kamu sekolah di sini?" ucapnya terkekeh kecil.

Vino menatap jetan, ke arah kakaknya dan Manda bergantian. "Kalian saling kenal?" tanya Vino.

"Enggak!!" jawab Manda dan Alan kompak.

"Tuh... Kalian saja udah kompak sekarang,"

Manda berdengus kesal, memalingkan wajahnya. "Aku gak kenal dengannya, dan sekarang ijinkan aku eprhi," ucap Manda, menarik satu alisnya ke atas. Dan beranjak pergi meninggalkan Vino dan Alan.

"Ehh... Kamu mau pergi ke mana?" tanyanya Vino berlari, lalu berhenti tepat di depan Manda. Seketika Manda mengerem jalannya, dia tertegun sejenak menatap weajah Vini heran.

"Hai..." Vino menarik ke dua alisnya ke atas bersamaan, dengan senyum manisnya menggoda.

"Jangan pergi, kakak aku mau bicara sama kamu," ucap Vino mencolek dagu Manda.

Manda mengusap dagunya kasar. "Apaan, sih. Jangan pegang-pegang aku," umpatnya kasar.

"Udah ikut aku," Alan yang dari tadi hanya diam, ia berjalan menghampiri Manda, meraih tangannya, menariknya pergi dari sekolah itu menuju kr parkiran sekolahan. Yang sudah terparkir mobil mewahnya tepat di depan pandangan matanya.

"Lepaskan!!" bentak Manda, menarik-narik tangannya.

Alan mencengkeram semakin erat tangannya. "Kak kamu bawa dia kemana?" tanya Vino berlari mengejar kakaknya.

"Ke rumah!!"

"Apa?" Manda menarik sudut bibirnya

"Apa katamu?" lanjutnya.

Alan menoleh, mendekatkan wajahnya. "Ke rumah aku. Kamu harus tanggung jawab soal mobil aku. Jika belum bisa bayar maka kamu harus tinggal di rumah aku," jelas Alan.

"Oke... Aku sangat setuju kali ini? jadi dia akan tinggal bersama kita...."

"Dan kamu jangan ganggu dia," potong Alan cepat. Dia membuka pintu mobilnya, mendorong tubuh Manda masuk ke dalam mobil.

"Aw---" desahnya. Mengusap bahunya yang terbentur pintu mobil.

"Kak, kamu gak asik!!" ucapnya dengan menggerakan bahunya lunglai.

"Jangan seperti wanita, cepat bawa mobil dan pergi," Alan melemparkan kunci mobilnya, tepat di tangkapan Vino.

"Turunkan aku, aku hisa laporkan kamu kr polisi atas tuduhan penculikan anak di bawah umur,"

"Lapor saja!! Lagian aku tidak menculik kamu tanpa dasar. Dan aku bisa laporkan kamu balik atas tuduhan pengrusakan mobil. Kamu sengaja berdiri di tengah jalan dan membuat aku harus kecelakaan. Bahkan kamu tidak mau tanggung jawab," jelas detail Alan, mencengkeram erat rahang Manda, menariknya ke atas.

"Jangan banyak tanya lagi, jika4 kamu ingin tetap keluar dalam keadaan utuh. Kamu diamlah,"

Shiitt.. Aku gak pernah takut sama kamu" ejek Manda.

Vino mengemudi mobilnya dengan kecepatan standart, dia melirik kakaknya di belakang yang tak hentinya terus menganggu teman barunya itu. Ya, tapi bisa di anggap dia bukan teman. Hanyalah seorang gadis yang dia inginkan juga.

"Aku bilang lepaskan aku," Mana tak hentinya memukul lengan kekar Alan.

Alan menatap ke dua mata Manda, dia tertegun sejenak saat melihat seseorang yang dia kenal di depannya. Tubuhnyanperlahan gemetar, dan langsung memeluk Manda.

"Emmpp... Lepaskan!!" Manda mencoba meronta pelukan Alan yang semakin erat mengungkap tubuhnya.

Vino tersenyum tipis menatap kakaknya yang sepertinya juga tertarik dengan wanita yang dia incar. Pandangannya tertegun seakan bola matanya ingin keluar dari kerangkanya. Melihat apa yang di lakukan kakaknya. Sebuah kecupan panas dari kakaknya pada Manda.

"Emmpp... Emppp..." Manda mencoba mendorong tubuh Alan.

Oh.. Tuhan.. Apa yang harus aku lakukan. Kau tidak mau seperti ini. Apa om ini benar-benar sudah tidak waras?

Alan mengakhiri kecupannya, menarik napasnya sejenak. Dan berkata.

"Alis, Alis yang denganmu?"

Manda memutar matanya, mencoba mencerna apa yang di katakan Alan. "Alis? Siapa Alis? Alis mata atau apa? Entahlah.. Tapi om ini benar-benar tidak waras." Manda terus bergumam dalam hatinya. Dia kesal kecewa dan marah, merasakan desiran kecupan Alan yang membuat tubuh gemetar. Entah reaksi apa yang dia rasakan, seakan ada aliran listrik menyengat tubuhnya.

Jemari tangan Alan bertindak nakal, mengusap bahunya dan perlahan merayap pelan. Hal itu seketika membuat Vino yang sibuk menyetir sembari melirik apa yang mereka lakukan, sontak kakinya menginjak rem mendadak, dan. Bruukkk.. Kecupan mereka terpelas, dan kepala Manda terbentur kursi mobil depannya.

"aw--- sakit!!" desah Manda mengusap kepalanya.

Alan yang diam mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tak sengaja tangannya memegang bagian sensitifnya di atas. Dia menghusapnya lembut. Hingga Manda seketika terjingkat dari duduknya. Rahang1nya mulai menegang merasakan desiran balas penuh kearah itu di dwpannha, sentuh lembut tangan Alan semakin membuat daya tarik tersendiri untuk tubuhnya.

Plaakkkk...

"Apa gang kamu lakukan?" tanya Manda mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi Alan.

"Dasar om mesum, tolong jaga itu tangannmu. Jangan bertindak nakal," ucap Manda meninggikan suaranya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel