Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Penolong

Bab 3 Penolong

Dengan rasa marahnya meliaht Manda yang tidak bisa tepat waktu. Kepala sekolah terpaksa menyerahkan surat rekomendasi manda untuk masuk ke kelas Ipa XI- B.

"Cepat pergi dari sini. Aku gak mau lagi meliaht kamu telat nanti, jika dua hari ke depan kamu telat, maka aku akan mengaluarkanmu langsung dari sekolahan," tegas kepala sekolah dengan wajah menyeramkan miliknya.

Manda terus tersenyum bahagia, dia hanya mengunggukkan kepalanya paham, tanpa rasa marah terlintas dalam pikirannya.

Manda menarik surat rekomendasi itu, sembari tak hentinya bernapas lega. Dia langsung pergi berlari keluar dari ruangan kepala sekolah tanpa terima kasih, maupun bersalaman lebih dulu dengannya. Rasa bahagia yang menggebu membuatnya semakin girang di buatnya. Dia merasa ingin sekali cepat sampai ke kelasnya. Ia terus berlari dengan rasa gembira meluap- luap menuju ke kelas yang sudah di tentukan.

"Dasar anak sekarang, tidak punya sopan santun sama sekali terhadap orang tua!!" kepala sekolah menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan perlakuan tidak sopan dari Manda.

Raut wajah Manda berbinar seketika, namun langkahnya terhenti saat memandang pintu kelas yang mirip sekali dengan pintu rumahnya. Pandangannya matanya mulai terbayang kejadian 3 bulan silam. Di mana dia harus melihat keluarganya tergeletak di lantai. Manda memejamkan matanya rapat-rapat, dengan ke dua tangan menutup telinganya.

"Jangan!! Jangan, muncul lagi, jangam!!" Manda menggelengkan kepalanya cepat. Air mata perlahan keluar dari mata bulatnya.

"Tolong jangan muncul di saat seperti ini" Gumam Manda mencoba mengontrol dirinya sendiri.

"Aaarggg.... Aku gak bisa mengontorlnya, aku gak bisa!!" Vina menendang dinding tembok di sampingnya.

"Aku akan membunuhmu tuan muda.."

"Aku akan membunuhmu. Aku tidak akan pernah lupa apa yang kamu lakukan duku, aku akan terus mengingatnya," decaknya sembari menggeram penuh frustasi.

Raut wajah yang semula penuh dengan amarah perlahan dia mulai diam. Menundukkan kepalanya, ke dua katanya masih teroejam, tidak kuasa menahan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.

"Ayah, ibu. Jangan pergi tinggalkan aku sendiri"

"Aku butuh kalian,"

"Temani Manda Ibu, temani Manda ayah!!"

Gubuh manda berdiri kaku, sekujur tubuhnya gemetar hebat, suara itu terus terngiang bayangan kejadian 3 bulan lalu masih nampak jelas terbayang-bayang di otaknya. Hingga ia tak sadar terus berjalan mundur sembari terus menggelengkan kepalanya, dan.

Brukk... Dia menyandarkan tubuhnya tepat di dekapan seorang lelaki di belakangnya. Tubuhnya bersandar di dada bidang milik lelaki itu. Wanita itu terus memejamkan matanya mencoba menahan dirinya agar kepribadian gandanya tak muncul di saat yang kurang tepat. Rasa marah mulai menggerogoti tubuhnya. Manda tak bisa menahan amarahnya. Namun dekapan hangat laki-laki di belakangnya itu perlahan mulai membaut hatinya tenang sesaat, hingga akhirnya.

Brakkk... Suara tendangan keras tepat di pintu tersebut, membaut semua mata di dalam kelas tertuju padanya dengan tatapan bingung. Dengan apa yang terjadi pada manda. Guru yang semula menerangkan pun ikut terdiam mematung mebelalakan matanya menatap manda yang berdiri di depan pintu dengan tingkah anehnya.

"Apa kamu ada masalah?" tanya lelaki itu memegang ke dua bahu manda yang masih gemetar ketakutan.

Manda terdiam ia masih memejamkan matanya. Namun kehangatan pelukan lelaki di belakangnya membuat ia merasa nyaman berada di dekatnya. Semakin byaman, dan nyaman. Rasa letakutannya kini perlahan mulai mereda. Lelaki itu membalikkan badan manda perlahan menatapnya

Laki-laki itu menurunkan ke dua tangan yang menutupi telinga.

"Bukalah matamu" Ucap lembut lelaki di depannya.

Entah apa yang membiusnya dua menuruti apa yang di katakan laki-laki itu.

Manda perlahan membuka mata bulatnya menatap lelaki tampan dengan mata bulat,tatapan tajamnya dan bibir seksi mengoda setiap senyum yang membuat hati para gadis meleleh seketika.

Dia begitu tampan? Kenapa dia menolongku? Gimana kalau dia tahu aku tadi... Ah.. Enggak, dia gak boleh tahu tentang itu.

Tubuh Manda masih bergetar hebat. Jemari lentiknya terlahat memucat. Dengan bibir yang masih gemetar, Manda membuka mulutnya perlahan.

"Ka-kamu siapa?" tanyanya gugup, menatap wajah tampan yang begitu memikat hatinya saat ini.

"Aku seseorang yang amu lewat," jawabnya kentus.

Kenapa dia berubah. Padahal baru saja dia baik padaku. Dasar laki-laki baik di depannya saja.

"Kamu masih diam di situ, cepat minggir dari depanku. Kamu tahu gak kalau tubuhmu halangi jalanku." kata laki-laki itu, kendekatkan wajahnya.

"Minggir aku au masuk" sifat lelaki itu berubah drastis menjadi lelaki kasar, dan kaku. Diamendorong lengan Manda yang masih berdiri kaku menatap ke arahnya dengan tatapan aneh, dan penuh dengan amarah dalam dirinya.

Manda yang semula mengaguminya. Ia menarik kata-katanya tadi. Dia laki-laki yang paling menyebalkan dalam hidupnya.

"Dasar Kutu" Umpat manda lirih. Seakan dia tak perduli dengan apa yang sudah dua lakukan tadi. Bahkan semua kelas masih menatapnya bengong, ada sebagian yang menatapnya tak suka. Ada yang menatapnya sini, dan saru orang melihatnya kasihan.

"Apa yang kamu katakan? Coba ucapkan lagi tepat di depanku" Lelaki itu sontak menoleh ke belakang dengan tatapan tajamnya.

Tak hanya tampan lelaki itu punya pendengaran yang sangat tajam. Ia mendengar ucapan manda meskipun sangat pelan sekalipun.

Manda hanya terdiam ia menarik napas mengeluarkannya perlahan untuk menenangkan hatinya sejenak. Agar tidak terbawa emosi lelaki songong di depannya. Ia melemparkan wajah berlawanan arah tanpa perdulikan lelaki kutu nyebelin itu. Seraya tak terjadi apa-apa padanya, ia bergegas masuk melempar senyum manis merekahnya menyapa semua teman sekelasnya meskipun semua tidak ada yang menggubris sapaan manda.

Tak lupa dengan guru di sampingnya, ia juga menyapanya sopan.

"Pagi bu.." sapa Manda membungkkukkan badannya.

"Pagi juga, bukannya kamu murid baru kenapa kamu telat hari ini?" tanya guru yang dari tadi mengawasi Manda dengan senyum ramahnya.

Manda meringis menatap bu guru di depan dengan tangan menggaruk belakang kepalanya yang memang sebenarnya tidak gatal.

"Emm... Tadi.."

"Tadi mungkin dia lagian ada job kencan bu," teriak seorang wanita yang memotong cepat pembicaraannya.

"Diam!!" bentak guru wanita itu.

"Sudah jelaskan apa yang terkadi?" tanyanya memelankan nadanya. Dia tahu muridnya yang satu itu punya keanehan dalam dirinya. Jika dia marah mungkin akan membuat emosinya semakin mrlrdak-ledak. Bisa hancur seisi jelas nanti.

"Tadi mengalami kecelakaan kecil bu" Ucapnya polos dengan senyum semringai. Mengabaikan desas desus dari siswa lain yang terus menjelekkannya.

"Oo baiklah sekarang kamu perkenalkan diri di depan teman-teman barumu"

"Baik bu." Manda membukkan badannya sedikit.

"Hai teman teman. Namaku Manda Amelia bisa panggil aku Manda" Ia menundukkan badannya sekilas, lamu melebarkan bibirnya tersenyum menatap para teman barunya.

Tapi semua terlihat hanya terdiam tanpa perdulikan manda di depan. Ada yang bicara sediri, ada yang bercanda gurau dengan temannya. Ada juga yang fokus dengan bukunya dan tak lupa lelaki yang ia lihat tadi itu hanya menatapnya tajam seolah akan menerkamnya. Manda menarik napasnya mencoba untuk tidak terlalu memasukan ke dalam hati apa yang di lakukan teman-temannya itu.

Terdengar suara tiba tiba yang membuat manda terkejut dari tempat duduk paling belakang.

"Iya Manda gadis aneh" saut salah satu teman kelasnya itu.

Kelas yang semula sangat ricuh tak perdulikan manda. Semua menatap manda dengan tatapan jijik.

"Gadis aneh..."

"gadis aneh.."

"Heh.. Gadis aneh jangan sekolah di sini. Nanti bisa-bisa sekolahan kita kamu hancurkan!!"

sorak teman teman sekelasnya membuat ia terdiam menundukkan kepalanya malu. Membuat seasana kelas jadi gaduh.

"Brakkkk.." gebrakan meja sangat keras membuat semua kegaduhan di kelas mereka terdiam seketika. Mereka menunduk, memutar bibirnya malas.

"Sudah diam kalian semuanya," bentak guru wanita yang masih berdiri mengobarkan api tatapan tajamnya.

"Dan untuk kamu Vino siapa suruh kamu duduk lebih dulu di kursi, Cepat berdiri di depan sudah telat main masuk begitu saja. Dasar tidak punya sopan santun mentang-mentang kakak kamu pemilik sekolah ini kamu semena mena datang dan pulang sesukamu"

"Kenapa aku harus berdiri?"

"Karena kamu telat?"

"Lagian dia telat juga, kenapa gak berdiri." Vino menunjuk ke arah Manda, menarik ke dua alisnya ke atas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel