bab 8
Seharian berurusan dengan Choky, rasanya sangat melelahkan. Aku menaruh sekotak kue dari Choky diatas meja kamarku. Lalu aku bergegas kekamar mandi, menyiapkan air hangat. Berendam diair hangat pasti akan sedikit rilexs. Aku langsung mencopot semua pakaian yang menempel ditubuhku. Pakaian yang menutupi hampir semua kulit tubuhku. Membuatku sangat gerah.
Aku luluran sesaat, lanjut berendam dengan aromaterapi. Terasa sangat segar ditubuhku. Cukup lama aku berendam, hingga tubuhku terasa sangat segar dan tak lagi lengket. Aku keluar kamar mandi.
Mantan kekasihku
Jangan kau lupakan aku
Bila suatu saat nanti
Kau merindukanku
Datang datang padaku ho hey hey hey
Mantan .…
Baru saja melangkah keluar kamar mandi, aku sudah mendengar suara dering ponselku. Aku meraih ponselku diatas meja. Terlihat sebuah nama Choky si penelfon. Dan kali ini bukan hanya telfon biasa, ini vidio call. Kenapa dia telfon? Bukankah kita baru saja bertemu. Apa ada lagi yang belum terselesaikan. Aku langsung menggeser tombol warna biru di layar bagian bawah. Terlihat wajah tampan Choky yang masih dengan kemeja tadi. Dia baru menyeruput secangkir teh.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Aa!!" Layar langsung berubah gelap. "Lo gila ya! Jangan berusaha menggoda gw!"
Hah? Ini orang kenapa sih? Benar-benar aneh. Menggoda bagaimana maksudnya? Aku memperhatikan tubuhku. Dan ternyata aku belum memakai baju. Aku masih menggunakan handuk yang hanya menutupi setengah dadaku hingga atas lutut. Bahkan pa****raku terlihat separuh. Langsung aku taruh ponselku diatas meja. Aku buru-buru memakai jaket yang aku cantelkan dibelakang pintu kamarku.
"Maaf, ya. Tadi aku lupa. Kenapa telfon?" Ucapku saat aku kembali meraih ponselku. Terlihat layarnya masih gelap.
Perlahan mulai terlihat wajah gantengnya. "Gila ya lo!!" Tuh keliatan wajah kesalnya.
"Iya maaf, tadi gw habis mandi. Gw lupa belum pakai baju."
Dia hanya diam sambil menatapku. Akupun juga sama.
"Kenapa telfon?"
"Eemm ... Nggak papa. Yaudah ya. Gw mau mandi." Telfon langsung terputus.
Hah? Dasar aneh. Terus ngapain dia telfon? Ganggu orang abis mandi aja deh. Eh, tapi Choky ganteng banget deh walau nyebelin gitu. Tanpa terasa aku senyum-senyum sendiri. Entah rasa apa yang kurasakan, tapi bersananya, membuatku lupa untuk memikirkan Reno.
Selesai ganti baju, aku keluar kamar untuk makan malam bareng keluargaku. Disana sudah ada Ayah, Lina dan Fani yang duduk nungguin Ibuk selesai menyiapkan makanan diatas meja. Aku mengambil kursi kosong disamping Ayah.
"Gimana tadi, Nov?" Tanya Ayah.
"Tadi kita pergi untuk foto prewedding, Yah."
"Apa itu, kak?" Tanya Lina yang masih polos.
"Itu lho, Lin, foto buat spanduk." Terang Fani.
Aku dan Ayah saling berpandangan. Lalu ... Hahahahhhh
**
Hari ini aku berencana pergi ke tempat kostku dulu. Mengantarkan undangan pernikahanku pada semua teman kerja dan tetangga kostku yang lumayan dekat denganku.
Aku masuk lewat pintu belakang. Aku duduk diruang tunggu menunggu Erik dan Lia istirahat siang. Cukup lama, hampir setengah jam menunggu mereka. Akhirnya nongol juga batang hidungnya.
"Nova! Gw kangen tauk." Lia langsung menghampiriku dan menelukku.
Erik berdiri dan tersenyum. Dia mendekatiku dan duduk disebelahku. "Baru 4 hari nggak kerja lo dah agak gendut deh." Ucap Erik sambil memperhatikanku.
"Hahahahhh....masak sih? Perasaan sama aja deh."
"Iya, Nov. Gw ngerasa elo agak berisi. Pasti kerjaan elo cuma makan, tidur, makan, tidur. Gimana nggak gendut tuh."
Aku tertawa kecil melihat mulut Lia yang sampai manyun-manyun. "Hey, gw kesini karna gw mau kasih kalian kabar bahagia." Lalu aku mengeluarkan selembar undangan pernikahanku yang berwarna biru muda. "Ini undangan pernikahan gw." Aku menyerahkannya pada kedua temanku ini.
"Nova, lo beneran mau nikah?" Lia terima undangan itu. Dia buka lalu dia baca. Begitu juga dengan Erik. Tapi wajah Erik terlihat kacau. Expresi yang tak terlihat bahagia, terpasang disana.
"What!? Elo nikah 4 hari lagi?!" Suara Lia yang meninggi membuat semua orang yang berada diruang tunggu dan sekitarnya menoleh kearahku.
Aku tepuk bahunya. "Jangan kenceng-kenceng. Malu gw."
"Waahh, Mbak Nova resign karna mau nikah ya?"
"Habis patah hati langsung dapat gantinya nih."
Begitulah tanggapan mereka yang ads diruangan. Mendengarkan teriakan Lia tadi.
"Nov, elo yakin mau nikah?" Tanya Erik dengan sangat serius.
"Iya, Rik. Walau ini perjodohan karna kesalahan Ayah gw, tapi gw nggak papa. Gw nggak mau Ayah gw masuk ke jalur hukum."
"Kesalahan Bokap lo?"
"Iya waktu itu ...." Aku menceritakan semuanya pada kedua temanku. "Tapi calon suami gw baik kok. Dia nggak jahat."
"Kalau kaya' gini sama aja elo dijual dong, Nov."
"Nggak, Rik. Ini semua buat Ayah gw. Gw nggak papa kok."
Aku menitipkan semua undangan pada mereka berdua. Setelah itu aku pamit pulang. Karna tentunya mereka harus makan siang dan istirahat sebelum waktu istirahat mereka usai. Aku kembali ke kostku untuk mengambil motor matic ku yang kemarin aku titikan pada pemilik kost.
Aku pamit pulang pada pemilik kost setelah memberikan sedikit tips karna sudah menjaga motorku. Tak lupa berterimakasih tentunya. Baru saja menyalakan motor, ponselku sudah berdering. Telfon dari Choky.
"Hallo." Sapaku.
"Panda, lo lagi dimana?" Tanyanya. Suaranya terdengar sangat khawatir.
"Gw lagi ada ditempat kost gw dulu. Nganterin undangan buat teman-teman kerja gw."
"Kapan pulang?"
"Ini mau langsung pulang. Udah diatas motor ini."
"Lo naik motor sendiri?"
"Iya."
"Berani?"
"Ya, berani. Emang apa yang mau ditakutin?"
"Ah, nggak. Hati-hati ya." Tut tut tut..... Telfon diputus sepihak.
Tu kan aneh lagi. Ngapain coba telfon cuma bilang begitu. Dasar cowok aneh.
Aku masukkan kembali ponselku didalam tas. Lalu kembali kuhidupkan mesin motorku. Langsung motorku melaju membawaku menyusuri jalanan kota. Aku fokus pada jalanan karna kebetulan jalanan agak ramai, tapi tidak sampai macet. Melewati perempatan jalan simpangan, aku sudah send lampu belok kiri, didepanku ada sebuah mobil warna hitam yang send kekiri juga. Tiba-tiba dibelakang ada motor yang melaju dengan cepat menyalipku dan mobil didepanku. Langsung ....
Ppyyaar!
kecelakaan itu terjadi. Pengendara motor itu menabrak mobil yang send kekiri tapi dia belok kekanan. Dan akupun menabrak mobilnya.
Saat terjatuh dari motor, terlempar kedepan hingga kepalaku terjeduk kaca mobil aku masih dalam keadaan sadar. Banyak sekali orang-orang yang berkerumunan. Ada yang menolong, ada yang hanya berdiri melihat tapi setelah itu pandanganku kabur dan gelap.