Chapter 8 : Wedding Day
Tristan baru saja mengucapkan kata-kata ancaman kepada Raline, lalu satu tangannya tiba-tiba saja merangkul calon istrinya ini dengan mesra.
"Apa kau sinting, jangan sentuh aku !"Celetuk Raline., mencoba melepaskan rengkuhan laki-laki ini.
Pak Anton yang berada di belakang mereka mendekati dan menegur Tristan.
"Maaf Tuan Tristan, Nona tidak suka anda bersikap seperti ini" Ucap Pak Anton, mencoba melepaskan rengkuhan laki-laki ini.
"Ini Calon istri saya Pak" Jawab Tristan tegas.
Dengan terus merangkul mesra Raline, lalu mengajak untuk melangkahkan kaki menuju ke lantai Apartemen mereka.
Raline mencoba sekuat tenaga melepaskan rengkuhan Tristan, tapi tidak juga berhasil karena kalah kuat dibandingkan dengan Tristan yang memiliki tubuh yang tinggi dan berotot
*
Di dalam Lift.
Wajah Raline tampak masam di dalam dekapan Tristan, laki-laki ini tidak berniat dan tidak ingin melepaskan rengkuhannya.
"Aku sesak" Gerutu Raline
Mendengar Kalimat itu yang keluar dari mulut Raline, sontak membuat Tristan melepaskan dekapannya dan membiarkan Raline agar bernafas dengan lega.
"Lelaki gila" Gerutu Raline, sembari melirik tajam pada laki-laki ini.
Tristan kembali mendekati Raline, mencoba merengkuh tubuh ramping nya kembali.
"Ini di dalam Lift, aku bisa melakukan apa saja terhadap mu" Bisik Tristan di daun telinga Raline.
Sontak tubuh Raline bereaksi menjauh dari Tristan, kemudian melirik nya yang sedang tersenyum simpul.
TING (Suara Lift terbuka)
Tristan spontan Menggenggam tangan Raline kembali, lalu mengajak untuk melangkahkan kaki menuju ke depan Apartemen milik mereka.
"Apa-apaan Lepaskan" Gerutu Raline, tetapI Tristan tidak juga ingin melepaskannya.
Raline membuka mulutnya, memegangi pergelangan tangan Tristan, lalu digigitnya.
"Ah !"Pekik Tristan.
Secepat kilat kakinya melangkah, berlari menjauh dari laki-laki yang terus menerus membuat darahnya terus mendidih sedari tadi.
BRAKK (Suara pintu terbuka kasar)
TAP ! (Suara pintu terhempas)
"Dasar tidak waras" Gerutu Raline, sesaat setelah masuk ke dalam Apartemen nya.
Sedangkan saat sudah berada di dalam Apartemennya, Tristan masih saja tersenyum simpul mengingat tingkah wanita itu tadi yang tampak menggemaskan . Walaupun hatinya tahu bahwa Raline sekarang membenci dirinya.
***
Di dalam Apartemen, Raline sedang bersantai dengan menyaksikan film di ruang tamu. setidaknya film yang sedang disaksikan nya mampu meredam emosi yang dirasakan nya sekarang.
Sesekali Raline tertawa terbahak-bahak melihat adegan lucu dari film tersebut.
TENG..TENG..
Suara bell berbunyi, disaat waktu sendiri nya yang menyenangkan.
"Siapa?" Gumamnya, lalu bangkit dari atas sofa tempatnya sedang bersantai bak kucing pemalas.
Kedua manik cokelat hazelnya menatap layar kamera ini, tapi tidak terlihat seseorang pada kamera Pintu yang menempel pada dinding putih ini.
CEKREKK (Suara pintu terbuka)
Ia membuka pintu dengan perlahan, tapi kening nya spontan mengeryit saat mendapati Tristan sudah ada di depan pintu kediamannya.
Spontan tangan Raline terangkat, mencoba menutup pintu tapi sayang sekali kecepatan tangannya kalah dengan tangan Tristan yang sudah lebih dulu menahan pintu agar tidak tertutup.
Tristan pun masuk ke dalam Apartemen tetangga, atasannya, dan sekarang adalah calon istrinya.
"Aku ingin memasak untuk calon istriku" Ucap Tristan, sembari menyeringai. Terdengar mencoba menggoda wanita cantik ini.
Raline terdengar menggerutu terus menerus walaupun Tristan tidak menggubris nya.
Karena ia sudah malas beradu urat, Raline pun menyaksikan kembali Film yang sempat dihentikannya sejenak saat bell berbunyi tadi.
*
"HAHAHA"
Terdengar suara Raline tertawa terbahak-bahak melihat adegan dalam film komedi itu.
Tristan yang sedang sibuk di dapur sesekali memperhatikan Raline yang tidak mempedulikan dirinya.
Menit demi menit terlewati, hingga suasana menjadi hening, suara Raline tidak terdengar lagi.
Tristan yang merasa penasaran, melangkah menuju keluar dapur. Lalu mendapati Raline sudah tertidur di atas sofa dengan Televisi yang masih menyala.
Tristan memperhatikan wajah Raline, tampak polos saat terlelap, sesekali telapak tangannya mengusap lembut kepala wanita ini.
Tubuh Raline tampak tidak nyaman tidur di sofa, lalu diangkat dan digendong oleh Tristan untuk tidur di atas ranjang empuk di dalam kamar tidur.
Senyumnya tersimpul, tatapan lekat memandangi calon istrinya ini, tertidur bak bayi yang polos, tanpa dosa dan sangat cantik.
"Kalau seperti ini kan lebih enak" ucap Tristan sembari menatap lembut Raline.
Dikecupnya kening Raline sebelum ia keluar.
MUACH~
"Good night, Baby" Ucapnya sembari memadamkan lampu di kamar tidur ini.
*
*
*
Satu minggu kemudian.
Tubuh Raline masih enggan turun dari atas kasur empuknya, menggeliat kesana kemari dengan malas.
Pagi ini ada jadwal pertemuannya dengan tim yang akan mengurusi masalah pernikahannya dan Tristan, tapi hal itu dianggapnya tidak penting sama sekali.
Suara ponsel berbunyi, kedua manik cokelat hazelnya sontak melihat pada layar ponsel yang tergeletak di atas nakas itu.
Ada panggilan dari Anita, sekretaris nya yang sudah ia percayai untuk mengurusi masalah pernikahan.
"Bu,hari ini ada Fitting baju pengantin terakhir" Ucap Anita pada sambungan panggilan suara ini.
"Tidak bisakah kamu saja Nit ?" Tanya Raline.
"Tidak bisa Bu, karena pengantin nya ibu bukan saya" Jawab Anita, terdengar terkekeh.
Setelah menutup panggilan itu, Raline terpaksa bangkit dari tidurnya.
Mulai membersihkan wajahnya di wastafel putih berukurnan besar ini.
Lalu menuju ke kamar mandi. Karena tiga puluh menit lagi Pak Anton akan menjemputnya, dan bertugas mengantarkannya ke butik yang akan mengurusi Gaun dan Tuksedo pernikahannya dan Tristan.
"Kalau bukan untuk melindungi ayah, tidak akan ku terima perjodohan dengan orang jahat itu" Gerutu Raline sembari berendam di dalam bathtub putih besarnya.
*
Di dalam kamar tidur.
Wajahnya ia Poles dengan sedikit bedak dan bibirnya ia Poles dengan lipstik berwarna nude.
Terdengar suara bell berbunyi. Kakinya pun melangkah keluar untuk membuka pintu.
"Pagi Non ?"Sapa Pak Anton.
"Sudah sarapan Pak?" Tanya Raline ramah.
"Sudah Non tadi dirumah"Jawab Pak Anton.
"Sudah lama sekali tidak makan masakan buatan ibu" Ucap Raline.
*
Di dalam mobil Raline terus saja menggerutu
" Pak apa saya batalkan saja pernikahan ini ?" Tanya Raline Kepada Pak Anton.
"Itu terserah Non Raline" Jawab Pak Anton.
Tetapi Raline menarik kembali ucapannya. "Ah tidak-tidak" Ucapnya, tampak uring-uringan.
*
Tristan sudah ada di dalam butik pengantin sejak beberapa menit yang lalu, mengurusi masalah Gaun dan tuksedo untuk acara pernikahan mereka.
Wajahnya tersenyum simpul saat melihat Raline yang baru saja datang.
Berbanding terbalik dengan Raline yang menampakkan wajah masam nya pada Tristan.
"Ini Gaun pengantin nya" Ucap wanita pemilik butik ini.
Gaun putih dengan Taburan batu Swarovski tampak cantik di gaun mahal yang tengah tergantung menjuntai dengan cantik nya..
Raline yang belum pernah melihat sama sekali gaun pengantin yang akan dikenakannya, tampak takjub melihat keindahan gaun yang akan ia kenakan.
"Pemborosan sekali Ayah" Terdengar Raline menggerutu.
Setelah beberapa saat, Raline keluar dari Ruang ganti.
Kecantikan Raline terlihat bak putri dalam dongeng sesaat setelah ia mengenakan Gaun pengantin itu.
Tristan tampak menatap penuh takjub melihat calon pengantin nya.
Dengan Rambut panjang hitam tergerai, kulit putih yang mulus dan wajah yang secantik biasanya membuat Raline terlihat sebagai pengantin paling cantik di Dunia.
Tristan menghampiri Raline dan memeluknya secara tiba-tiba. Raline hanya diam, ia tidak mau terlihat menolak calon pengantin pria nya di depan orang lain.
"Cantik sekali sayang" bisik Tristan
"Jangan panggil sayang kepadaku panggilan itu lebih pas untuk Kanaya si ibu tiri ku" Celetuk Raline dalam pelukan Tristan.
Mendengar perkataan Raline membuat Tristan semakin erat memeluk nya dan mencium kening calon istrinya ini di depan banyak orang.
Wajah Raline tampak berpura-pura tersenyum di depan para Staff Butik ini.
"Kalian pasangan serasi, Tuan dan Nyonya" Ucap pemilik Butik ini, sembari tersenyum.
*
*
*
D-DAY, Minggu, Pukul 10:00
Wedding day (Hari pernikahan)
Pernikahan Raline dan Tristan diadakan di taman Bunga milik belakang Rumah.
Dengan sentuhan bak negeri dongeng, taman ini tampak lebih indah dari biasanya.
Kursi berjajar rapi menghadap di depan tempat janji pernikahan akan terlaksana.
Beberapa pelayan dan juga tim persiapan pernikaham tampak Sibuk menata dekorasi yang sudah hampir selesai.
***
Ayah baru saja masuk ke kamar pengantin, tersenyum simpul dan terlihat meneteskan air matanya.
"Happy always, My Sweety" Ucapnya sembari memeluk anak gadisnya yang sudah cantik dengan gaun indah ini.
Sedangkan, Para tamu undangan yang sudah datang tampak sudah memenuhi tempat acara, antara lain sahabat dekat dan juga anggota keluarga tampak sudah duduk menunggu prosesi pernikahan.
Lala yang tidak jadi pulang sebulan lalu, sengaja pulang untuk menghadiri acara pernikahan sahabat baiknya.
Ia pun segera menemui Raline di dalam kamar pengantin.
Kedua tangannya dengan erat memeluk sahabatnya dengan penuh rasa sayang, sesaat baru saja mendapati betapa cantik nya calon pengantin dari Tristan Handoko ini.
Lala yang mengertahui semua yang terjadi, karena setiap saat Raline akan bercerita tentang hubungan nya dan Tristan. Mencoba menghibur sahabat baiknya.
"Don't cry, My Sweety" Ucap Lala, sembari menghapus air mata yang hampir jatuh di pipi Raline.
"Sorry, aku baru bisa datang sekarang" Kembali Lala memeluk Raline dengan erat.
*
15 menit kemudian.
Suara pembawa acara yang tidak lain adalah Lala, terdengar.
Tristan sudah duduk di kursi yang sudah dihias begitu indah, menunggu calon pengantin nya keluar bersama sang Ayah.
Tidak berapa lama Raline keluar dengan tangan yang sedang menggenggam erat lengan sang ayah.