Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 - Berani Saingan?

" H A P P Y  R E A D I N G "

"Duh, tinggi banget jadi susah ngambilnya." desah Rachel tinggi badannya tak mampu meraih buku Fisika di rak buku paling atas. Gadis itu berniat membalikkan badannya, tapi tiba-tiba ada cowok jangkung membantu Rachel mengambil buku tersebut. Rachel mendapati wajah Cowok itu yang menatap kearahnya. Ganteng! Rachel mendeskripsikan wajah cowok itu setelah memandanginya cukup lama.

"Nih, bukunya." ucap Cowok itu seraya menyodorkan buku fisika, cowok itu tersenyum tipis sambil memandangi wajah Rachel yang begitu imut, cantik dan manis.

"Terimakasih," balas Rachel.

"Sama-sama. Em, kamu anak baru ya?"

"Iya kak,"

"Pantes aja, aku baru liat cewek secantik kamu, hehe."

"Eum," Rachel terkejut seraya mendongakkan kepalanya menatap kearah cowok itu yang lebih tinggi darinya. Pipinya terasa panas sepertinya merah bagai tomat matang. Rachel merangkul buku fisika tersebut, kemudian kembali menunduk seraya tersenyum.

"Kenalin aku Gabriel, murid IPA 1." Gabriel mengulurkan tangan kanannya mengajak gadis itu bersalaman.

"Aku Rachel, murid IPS 1." Akhirnya mereka bersalaman

"Btw, lagi ngerjain tugas disini?"

"Iya, tugas dari Bu tiffany."

Ditengah percakapan mereka, tiba-tiba Gabriel dipanggil oleh salah satu siswa. Sehingga ia harus memutus obrolan singkatnya dengan Rachel. "Sampai ketemu nanti," ujar Gabriel sambil melambaikan tangan kanannya seraya mengukir senyum kepada Rachel.

Rachel membalas anggukkan sambil tersenyum manis kearah cowok itu. Rachel terus menatap punggung Gabriel yang semakin jauh. Hingga ketika Gabriel belok kekanan, tubuhnya lenyap dari pandangan Rachel.

"Rachel!" panggil Stella, membuat Rachel menoleh lalu kembali ke meja belajar mengerjakan tugas.

"Cie, tadi itu Gabriel, murid paling rajin di sekolah ini. Tapi bukan Ketua Osis." ujar Stella.

"Eum, masa?"

"Iya hel, apalagi dia lawannya Farrel dalam pertandingan menjadi Team B, jago banget. Tapi nggak bisa ngalahin Farrel dong. Gantengnya nggak ngotak!" cerocos Iren kemudian mendapat tendangan keras di kakinya."Aw," desisnya

"Kamu kenapa ren?"

"Udah nggakpapa hel, fokus ke tugas aja yok. Lanjut nanti aja ngobrolnya." Stella menutup percakapan mereka, kini harus fokus mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan hari ini juga.

****

Terik matahari di siang hari ini membuat Rachel buru-buru berlari kearah mobil yang sejak tadi menunggu didepan gerbang. Dan juga sosok cowok jangkung berseragam sekolah namun bukan murid SMA 69 melainkan murid SMA 52. Cowok itu tersenyum melihat Rachel yang berlari kecil menuju kearahnya. Setelah Rachel berada dihadapannya, gadis itu langsung membungkuk menahan tubuhnya dengan tangan ke lutut untuk menahan keseimbangannya. seraya mengatur nafasnya yang hampir habis.

"Makanya, jangan lari-lari."

"Panas tau, huftt."

"Ya udah buruan masuk."

Reyhan membuka pintu mobil mempersilahkan Rachel masuk. Gadis itu sudah berkeringat akibat panasnya terik matahari. Reyhan menyisihkan rambut Rachel lalu menyangkutkannya ke telinga. Reyhan sosok sepupu yang perhatian. Menjaga Rachel adalah tugas terakhir dari almarhum ayahnya. Reyhan hanya memiliki seorang ibu, tapi entah dimana ibunya sekarang. Reyhan pun tak mengetahuinya.

"Btw, udah lama nunggunya?" tanya Rachel setelah cowok itu masuk kedalam mobil lalu duduk dikursi kemudi. 

"Baru juga dateng kok,"

"Em, kirain dari tadi."

Reyha melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Cowok itu melirik sebentar kearah Rachel, ia curiga kalau sejak tadi gadis itu  diam-diam memperhatikannya. "Kamu ngeliatin aku?" tanya Reyhan kembali fokus menyetir seraya menyungging senyum tipis di bibirnya.

"Penampilan kamu, astaga malu-maluin!" celetuk Rachel.

"Kenapa? Gantengkan, iyalah ganteng banget sepupu kamu nih." ujar Reyhan dengan bangganya.

Rachel memicing sorotnya tajam memandangi penampilan Reyhan yang tidak ada rapi-rapinya sama sekali,"Nggak ada akhlak, jelek tau," cetusnya lalu kembali fokus kedepan. Baju dikeluarkan, memakai kaos hitam kemudian seragam sengaja tidak dikancing. Sepatu bukannya warna hitam seperti aturan sekolah. Rachel bergidik ngeri melihat sepupunya berubah total.

"Sepupu durjana, matanya katarak nih."

Selama Rachel diluar negeri mereka hanya berkomunikasi lewat video call. Tentu, Rachel tidak tahu persis kelakuan dan penampilan Reyhan yang sebenarnya seperti apa. Gadis itu heran, kenapa Reyhan berubah menjadi seperti ini. Padahal dulu anak itu sangat polos dan pendiam.

"Eh, ni anak malah bengong." Reyhan membuyarkan lamunan gadis itu yang menopangkan kepalanya dengan tangan menjadi tempatnya. Gadis itu masih tidak merespon malah memejamkan mata sipitnya. Rachel terlelap, kebiasaan yang sungguh memalukan. Untung saja bersama Reyhan, tidak akan malu dan cowok itu mengerti kebiasaan buruk Rachel. PELOR!

"Malah molor, dasar pelornya nggak ilang-ilang!" gerutu Reyhan, cowok itu memandangi wajah cantik Rachel, hidung kecil, bibir tipis, mata sipit. Siapa sih yang tidak tergoda dan terkagum dengan kecantikan gadis itu. Andai saja, Rachel bukan sepupunya sudah pasti ia akan memacari gadis ini.

Reyhan tersenyum mesem, aneh dengan pemikirannya yang tidak masuk akal. Tugasnya sekarang adalah menjaga Rachel agar gadis itu merasa aman dan nyaman. Karena disini, di kota ini. Banyak orang jahat yang bertebaran, ganteng maupun jelek, kaya maupun miskin. Mereka tidak patut untuk dipercaya sepenuhnya. Reyhan sangat berhati-hati sekarang, jangan sampai musuhnya mengetahui kalau Rachel adalah adik sepupunya. Untung saja saat menjemput Rachel tadi, keadaannya sangat aman. Sepertinya tidak ada yang melihatnya.

***

Farrel sudah tidak ingat berapa kali ia memasang cocokkan baju yang akan dikenakan malam ini, untuk pergi ke pesta ulang tahun Derry. Cowok itu mengusap wajahnya gusar, penampilannya harus terlihat keren dan ganteng. Lalu ia kembali mengambil baju yang berserakan diatas ranjang. Kaos putih dan jaket levis bewarna hitam, disertai celana jeans berwarna hitam ke abu-abuan. Cowok itu tersenyum tipis, penuh percaya diri.

Sosok Farrel yang biasanya tidak peduli dengan penampilan. Bahkan sealakadarnya, tapi selalu ganteng dan keren. Dan malam ini Farrel bersikeras untuk memilih baju yang cocok untuk ia kenakan. Agar tidak terlihat jelek dimata Rachel. Eh, kok Rachel sih? Eum jadi semua ini karna ingin bertemu dengan Rachel.

Senyuman Farrel berubah menjadi tatapan tanpa ekspressi, lalu diam berfikir. Kenapa dirinya menjadi seperti ini? Aneh, Farrel bisa dikatakan bucin. Tidak biasanya dia peduli dengan penampilannya hanya karna satu sosok. Farrel berdecak, perasaan apa ini? Gila! Farrel berusaha tidak memikirkan sosok  itu.

Setelah mengenakan jaket abu-abunya, Farrel meraih kotak jam tangan hitam yang ia beli 1 tahun yang lalu. Banyak kotak-kotak berisi jam mahal yang ia beli saat iseng. Hem, beli kok iseng. Iya, Farrel hobby membeli barang penting seperti jam tangan, ikat pinggang mahal dan topi untuk kepala yang tidak nanggung-nanggung harganya.

Lagi pula, cowok itu harus peduli dengan penampilannya. Dengan barang-barang mahal seperti ini, jika bangkrut bisa dijual lagi. Ehhh, tidak-tidak. Memang sekedar hobby saja mengoleksi barang yang sebenarnya sangat penting bagi para cowok. Untuk keseharian ataupun pesta seperti malam ini yang akan ia datangi bersama seorang gadis.

Pentingkan, biar terlihat ganteng dan keren dong, pastinya!

To be countinue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel