Bab 7 - Hoop!
" H A P P Y R E A D I N G "
"Berdiri!" bengis Farrel setelah memberikan beberapa pukulan pada lawannya yang bernama Gabriel anak XI.IPA1. Reputasi Gabriel terbilang bagus, tapi dia paling tidak bisa menahan emosinya. Apa lagi aura-aura permusuhan dengan Farrel semakin jadi.
Mereka sedang berada di koridor sekolah, tidak peduli jika ada guru yang akan datang dan memberi mereka hukuman. Farrel dan Gabriel saling memberikan pukulan, tidak setiap hari namun sering mereka berkelahi. Para siswa hanya menonton, tidak ada yang berani memisahkan kecuali pekikan guru.
"Kenapa berhenti, tonjok lagi aja!" tantang Gabriel yang sudah lebam dan bibir terluka. Posisinya kini di bawah Farrel, ia kalah dalam pertarungan ini.
Bugh!
Farrel memberikan satu pukulan terakhir untuk Gabriel tepat sekali di bagian hidung. Sampai cowok itu mengeluarkan darah dari hidungnya. "Sekali lagi kamu macem-macem, aku habisi dirimu!" ancam Farrel dengan tatapan tajamnya. Kemudian pergi begitu saja, kedua temannya pun mengikuti Farrel.
"Gabriel bilang apa ke kamu?"
"Aku heran, cowok se-pinter Gabriel bisa juga nyari masalah."
"Dia cuma mancing, mungkin biar kamu dikeluarin atau di skors dari sekolah ini." ujar Gavin,
"Nggak ada yang bisa ngeluarin aku dari sekolah ini!" Farrel menghentikan langkahnya, membalikkan badannya dihadapan kedua temannya.
****
"Kenapa kalian berdua berkelahi?" Pak beni membentak kedua murid yanh berkelahi barusan. Farrel dan Gabriel dipanggil untuk ke ruang Bk. Hukuman apalagi yang akan ia diberikan untuk anak-anak itu.
"Gabriel, apa yang bikin kamu seperti ini? Kenapa berkelahi sama Farrel?"
"Dan kamu Farrel! Keluar kamu dari ruangan saya sekarang, bersihkan 2 gudang atas sampai bersih!" Pak benny sampai bingung memberikan hukuman untuk Farrel, hampir setiap gudang Farrel yang membersihkan.
Sebelum pergi, Farrel menunggu pak benny akan memberikan hukuman apa kepada Gabriel. Cowok itu ingin kalau Gabriel mendapatkan hukuman yang berat darinya. Seperti di skors selama seminggu. Reputasi Gabriel akan anjlok menjadi buruk!
"Kamu saya skors 3 hari!" putus Pak benny, lalu memijit kening pelipisnya akibat pusing sepagi ini sudah emosi dengan langganannya yang tiap hari nyari masalah.
"Tapi pak, saya nggak--."
"Apa? Nggak terima? Atau mau ditambah lagi." Tegas Pak benny, paling tidak suka jika ada murid yang melawan perintahnya.
"Iya saya terima."
"Farrel, ngapain kamu masih disini. Sana keluar! ini lagi, bocah kerjaannya nyari masalah terus."
Farrel melangkah pergi untuk membersihkan gudang. Dering ponsel di saku celananya membuat Farrel tersentak kaget. Buru-buru ia merogoh saku celana untuk mengangkat panggilan tersebut. "Hallo Ma," sapa Farrel, pertama kalinya ia mengangkat panggilan dari wanita yang melahirkannya. Mengobati rasa rindu selama 2 tahun terakhir Farrel selalu mengabaikan panggilan itu.
"Apa kabar kamu, nak?" tanya Mama,
"Baik ma," jawab Farrel, terdengar suara isak tangis dari sebrang sana. Farrel mencoba untuk mencegah tangisan itu semakin jadi.
"Syukurlah, jangan nakal ya. Mama harap kamu bisa hidup dengan baik disana." ujar Mama, Farrel merasa sesak mendengarnya,
"Mama sudah transfer, buat keperluan kamu. Kamu nggak akan kekurangan sayang. Mungkin mama akan menemui kamu 1 tahun lagi."
"Ma, Farrel nggak butuh uang mama. Farrel butuh mama disini, Farrel kesepian ma. Ma, sampai kapan Farrel harus seperti ini."
Farrel memutuskan panggilannya, rasanya ia menjadi lelaki cengeng sekarang. Hatinya begitu sensitif. Selama ini Farrel butuh sandaran. Butuh kasih sayang yang lebih daripada uang. Farrel menyandarkan punggungnya didinding gudang. Dilantai paling atas yang sepi, bisa menenangkan pikiran sejenak sembari memejamkan mata.
****
Hooop!
Cowok jangkung memakai kaos berwarna putih sedang asik latihan basket. Farrel menangkap bola yang melambung kearahnya, kemudian ia melakukan gerakan drible sebelum menembakkan bola ke keranjang basket. Cowok itu mendongak mengambil ancang-ancang sebelum akhirnya melompat dan menembakkan ke keranjang. Hoop, Perfect! tembakkannya tak pernah meleset. Makanya Tim Farrel selalu menang dalam pertandingan dan menjadi idola para gadis.
"Lagi, lagi lempar!" pekik Gavin,
"Hooop!"
"Hiyaahhhh."
Beberapa kali menembakkan bola ke keranjang, Gavin dan lainnya sudah terlihat sangat lelah. Farrel masih semangat memantul-mantulkan bolanya."Farrel, udahan yok! Capek nih," ujar Derry seraya mengatur nafasnya yang terengah-engah.
Cowok itu masih asik melakukan gerakan driblenya. Penembakkan terakhir masuk dengan sempurna, lalu melangkah mencomot baju seragamnya yang ia letakkan dibangku panjang. Lalu ia sampirkan diatas pundak. Baru akan mengambil sebotol air putih tiba-tiba gadis berparas lumayan berambut panjang menghampiri Farrel. Gadis itu, ber tag Meyra. Siapa sih yang tidak mengenal Meyra, Gadis sombong plus sok cantik, selalu mencoba mendekati Farrel.
"Nih, air minumnya, aku baru beli khusus buat kamu."
"Nggak perlu!"
"Kenapa kamu tiba-tiba berubah sih?"
"Nggak ada, tetep aja begini."
"Apa karna anak baru itu, apa sih cantiknya dia?" celetuk Meyra, menatap kesal kearah cowok jangkung berkeringat itu.
"Nggak ada urusannya sama dia. Mending kamu keluar dari lapangan ini atau--,"
"Atau apa? Kamu nggak inget, waktu itu kita ngapain? Dasar brandal!"
Farrel memilih untuk melangkah pergi disusul oleh Gavin dan teman-temannya. Mereka menyusuri koridor sembari berbincang-bincang. Tiba-tiba muncul para gadis berjalan melewati mereka. Farrel mengawasi gadis berponi berwajah imut dan cantik. Membawa sebuah buku pelajaran MATEMATIKA,
"Suiiiwiit, uhuy cewek!" Derry bersiul, dengan cepat Iren ingin memukul cowok yang menyiulinya tadi.
Bughh! Buku tebal 300n halaman, mengenai kepala Derry. "Aw, sakit ih. Kalem napa kalem," desis Derry, terlihat kepala Iren memiliki tanduk kemerahan. Gadis itu akan marah dan sangat tidak suka jika ada cowok yang bersiul ke arahnya.
"Kamu kira, aku, sama temen-temen aku, itu burung! Pake disiuli segala." cetus Iren.
"Kasar banget sih, kamu, sakit tau." balas Derry
Teman-teman mereka hanya menawan untuk tidak tertawa, kelakuan kedua orang itu membuat Farrel puas menatap wajah Rachel yang menahan bibir untuk terbuka sehingga pipinya mengembung sempurna. Chubby! Farrel suka itu. Tidak, kembali ke awal kalau Farrel cuma ingin mengusik Rachel!
"Sabar iren. Ayo lanjut ke perpus, nanti telat." ujar Stella.
Iren mengangguk, masih menatap sinis kearah Derry. "Awas aja, aku pukul pake bisbol kalau siulin kita lagi!" ancam Iren, kemudian melangkah dengan hentakkan kaki yang cukup kasar.
"Demi apa bisa benjol kepalaku, kasar banget itu cewek! Bengisss! " gerutu Derry sembari mengelus-ngelus jidatnya agar tidak benjol.
Ajiiibb!
To be continue.