Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 - Terpukau

" H A P P Y  R E A D I N G "

Netra hitam Gabriel membulat sempurna, dengan bibir yang sedikit terbuka. Ia terpukau sekali dengan penampilan Rachel malam ini. Cantik, Perfect! sekali gadis ini. Gabriel tak lepas memandangi wajah itu, wine yang akan ia minum pun tertahan di udara. Besit dalam hatinya kalau ada perasaan yang tumbuh. Sulit di ungkapkan, Gabriel mencoba menenangkan degupan jantung yang melandanya sekarang.

Sebenarnya Gabriel tidak ingin datang ke acara pesta ulang tahun Derry. Tapi karena mereka adalah saudara tiri, mau tak mau Gabriel harus datang. Permintaan Ayahnya, Gabriel dan Derry harus terlihat akur dihadapan orang-orang. Yang sesungguhnya itu membuat hati Gabriel merasa terpuruk. Kenapa ia tidak bisa menerima keluarga Derry sebagai keluarga barunya. Heum, Gabriel masih berduka dalam meninggalnya ibu kandung yang telah melahirkannya saat 2 tahun lalu. Cowok itu juga tidak mau tinggal bersama mereka. Ia lebih memilih untuk tinggal di apartement seorang diri.

Setelah puas memandangi Rachel, cowok itu berdiri melangkah mendekati Rachel. Tapi, tiba-tiba suara mic berbunyi. Pertanda acara sudah dimulai, langkah kakinya terhenti lalu fokus memandang Rachel dari jauh. Gadis itu berada di pinggir kolam bersama sahabat-sahabatnya.

Senyuman, tawa kecil gadis itu membuat hati Gabriel senang. Tanpa sadar ia mengukir senyum sampai lesung pipinya terbentuk. Gemas,

Beberapa jam kemudian acara sudah bebas, bebas para muda-mudi untuk berpesta. Rachel menikmati alunan lagu yang dinyanyikan oleh anak band terkenal disekolahnya. Sebut saja, Genknya Zidan dan Reza. Kalau dikelas mereka paling hobby bernyanyi dan menjadikan meja sebagai gendangan untuk mengiringi alunan lagu tersebut. Ha-ha.

Katakan saja bila kau inginkan aku...

Aku juga ingin tau perasaanmu...

Katakan saja bila memang tak bisa...

Aku juga ingin tau jawabanmu...

Lirik lagu yang membuat hati Farrel merasa tersindir, begitu juga dengan hati Rachel. Apasih sebenarnya perasaan ini. Kenapa dibalik rasa takut dan waspada kepada Farrel. Rachel merasakan sesuatu yang menarik hatinya. Apa itu, em Rachel bingung sendiri. Ciyeee.

Ketika Rachel sedang meneguk segelas Wine, gadis itu terdorong ke depan lalu terjebur kedalam kolam. Membuat semua orang yang sedang asik berpesta menuju kearah gadis tersebut. Farrel yang sejak tadi tak lepas memandang Rachel, cowok itu dengan melepaskan jaket dan langsung menyeburkan diri kedalam kolam menolong Rachel. Nampak gadis itu tidak bisa berenang,

Gabriel juga ikut menyeburkan dirinya, tidak mau kalah menjadi pahlawan Rachel sekarang. Saat ia akan meraih tubuh Rachel, ternyata gadis itu sudah pingsan dan berada di pelukkan Farrel. Kalah gercep! Gabriel mendengus kesal, namun kekhawatirannya kepada gadis itu semakin dalam. Farrel membawa gadis itu ke tepi kolam, tanpa berpikir panjang Farrel memberi nafas buatan untuk gadis itu.

Semua orang di sana memandang Farrel tak percaya, gadis-gadis yang menggilai Farrel pun meronta-ronta tak jelas. Sikap peduli dan keuwuan ini, semua menginginkannya. Sesak, bagi gadis yang tadi tersenyum bahagia saat Rachel terjebur. Dan sekarang mendapat sesuatu yang tak ia duga. 2 cowok terpoluler menolong gadis mungil dan cantik ini. Nah, loh!

Stella khawatir dan cemas, ia merasa bersalah tidak bisa menjaga Rachel. Dan juga tidak mengetahui siapa yang mendorong sahabatnya ini. Setelah Rachel terbatuk berkat nafas buatan yang diberikan oleh Farrel pertanda gadis itu sudah sadar.

"CEPAT! ambil jaket aku di sana!" pekik Farrel

Ketika jaket berada di tangannya, Farrel memakaikan jaketnya ke pundak Rachel. Pergelangan tangannya senantiasa menahan tubuh gadis itu untuk menjadi sandaran. Stella juga memberikan handuk.

Gabriel melengkukkan kedua lututnya dihadapan Rachel, seraya memandang wajah gadis itu penuh ke khawatiran. Dia kalah cepat dengan Farrel. Cowok itu seakan tidak memberinya celah sedikit pun untuk membantu Rachel. Jadi, mereka bersaing?

****

"Kamu beneran udah nggakpapa?" tanya Farrel

"Iya, nggakpapa." jawab Rachel.

Mereka berada di dalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan normal. Setelah kejadian tadi, Farrel hampir saja membuat anak orang mati. Ia tak henti-hentinya menghajar pelayan yang sengaja mendorong Rachel. Pengakuan sang pelayan adalah dia di suruh oleh beberapa gadis. Saat pelayan itu mencari gadis-gadis tersebut, mereka sudah tidak ada ditempat itu lagi.

"Lain kali, kamu ati-ati jangan terlalu pinggir kolam juga. Pas kecebur kan malu. Nyusahin tau nggak!" cetus Farrel tanpa menatap kearah gadis itu.

"Ya aku nggak tau kalau jadinya begini, maaf. Gue nggak bermaksud nyusahin kamu dan yang lainnya kok."

"Telat."

Rachel ingin menghantam kepala cowok bermulut pedas ini. Kalau saja Farrel bukan cowok nakal dan berbahaya, paling sudah ia lempar ke rawa-rawa biar di makan oleh buaya. Tidak, Rachel tidak sejahat itu kok.

Sesampainya dikomplek rumah elit dan mewah, pekarangan yang cukup luas. Ada taman keluarga ujung sana. Farrel keluar kemudian membuka pintu untuk Rachel. Lalu mengulurkan tangannya tetapi Rachel kekeh untuk berjalan sendiri. Gadis keras kepala membuat Farrel kesal, sudah niat bantu malah ditinggal begitu saja.

"Pala batu," gerutu Farrel yang masih menatap punggung gadis itu. Ia harus memastikan kalau Rachel benar-benar masuk ke dalam rumah. Takutnya, gadis itu pingsan ditengah halaman rumah.

Setelah gadis itu sudah sampai didepan pintu. Farrel hendak balik badan karena ia pikir sudah tidak ada lagi yang akan di bicarakan. Namun, Rachel memanggilnya, spontan Farrel kembali balik badan seperti semula. Cowok itu mengangkat satu alisnya seolah mengatakan 'Ada apa?'

"Terimakasih, ya. Hati-hati pulangnya." kata Rachel seraya memandangi Farrel penuh perhatian. Entahlah, Rachel bingung dengan perasaannya sekarang.

Farrel tersenyum tipis seraya beralih menatap kearah lain lalu kembali ke pandangan Rachel didepan itu. Tangan cowok itu masuk ke saku celana. Satu tangan yang mengacungkan jempol pertanda ok! Akhirnya Farrel pulang dengan senyuman yang terus terukir sepanjang jalan. Senang, itulah yang ada dibenaknya sekarang.

Ia mengingat bibir indah nan pink mulus alami yang butuh nafas buatan darinya. Setelah gadis itu sadar, ia memberinya sedikit lumatan lembut. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Sudah tidak heran lagi dengan orang seperti Farrel.

****

Gabriel berkali-kali mengubah posisi tidurnya sekarang. Grusah-grusuh seperti cacing kepanasan. Guling yang ada disampingnya tadi kini jatuh kebawah. Saat ia akan mengambilnya, terdengar dering balasan SMS. Cowok itu dengan cepat meraih ponselnya di nakas lalu membuka pesan tersebut.

"Yess!" Gabriel dengan raut gembira tanpa malu langsung jingkrak-jingkrak diatas ranjang empuknya.

"Akhirnya aku dapet nomernya Rachel!"

Betapa senang hati seorang Gabriel Alvarro mendapat nomor gadis yang ia sukai. Jujur saja, Gabriel sudah menyukai Rachel semenjak pandangan pertama. Tidak peduli jika Farrel menjadi saingannya, toh Rachel bisa melihat mana yang akan bisa membuatnya nyaman. Semoga berhasil Gabriel!!!

To be countinue.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel